Implementasi Perang Gerilya di Laut
PENDAHULUAN
Perang Gerilya atau Guerilla Warfare, kata yang setiap Warga Negara Indonesia pasti mengetahuinya. Kata gerilya sendiri berasal dari kata Guerrilero (Spanyol) yang berarti teknik serangan yang dilakukan oleh sekumpulan pejuang yang bertujuan mengganggu, melemahkan musuh dengan menggunakan cara yang mendadak, dalam mencegat atau menyergap sasaran, atau dalam memutus jalur logistik lawan dan tindakan yang serupa dengan itu. Seperti yang kita Ketahui Perang gerilya begitu akrab dengan rakyat Indonesia karena tidak bisa dipungkiri lagi sejak lama kita mengenal strategi perang gerilya sejak zaman pangeran diponegoro hingga Perang kemerdekaan. Peperangan Gerilya sendiri merupakan suatu bentuk peperangan yang digunakan secara strategis oleh pihak yang lemah dengan melakukan taktik-taktik ofensif dalam bentuk, waktu dan tempat yang terpilih.
Dalam hal Gerilya laut sangat sedikit sekali sumber yang menjelaskan peperangan Gerilya Laut. Seperti yang kita ketahui Wilayah Nusantara merupakan wilayah kepulauan dimana sebagian besar wilayahnya didominasi laut. Dimasa lalu maritim kita begitu kuat tetapi sangat sedikit sekali rebahasan mengenai gerilya laut, Kita semua tahu bagaimana kejayaan maritim kita dimasa lampau baik itu besarnya armada maritim Kerajaan sriwijaya ataupun Kerajaan Majapahit dimasa lampau, Akan tetapi seperti yang kita tahu dikala itu kekuatan Majapahit ataupun Sriwijaya tidak bertumpu kepada Angkatan lautnya sebagai ujung tombak serangan dan sangat jarang atau bahkan tidak menggunakan kapalnya untuk melakukan peperangan laut.
Dimana kapal hanya berfungsi sebagai sarana anggkut pasukan infantry. Dalam peperangan gerilya di darat kita memiliki pedoman pokok dan banyak memiliki reverensi untuk kita pelajari salah satunya Pokok – Pokok perang gerilya karanggan Jendral AH Nasution, Dimana dijelaskan berbagai macam dasar dan aturan dalam menerapkan peperangan gerilya diantaranya :
Pokok-pokok Gerilja
1. Peperangan abad ini adalah perang rakyat semesta
- Usaha perang bukanlah cuma usaha angkatan perang saja, melainkan dan malah telah menjadi usaha rakyat semesta pelbagai sektor kehidupannya, yang masing-masing menjadi pesertaan dalam usaha yang seluruhnya, yang tak dapat lalai-melalaikan lagi.
- Perang yang sekarang bukan lagi perang antara tentara dengan tentara saja, bukan lagi cuma perang militer. Melainkan sekarang yang berperang adalah rakyat, rakyat seluruhnya. Perang bergolak secara semesta, walaupun keputusan akhirnya ditentukan oleh kalah menangnya kedua angkatan bersenjata yang berhadapan.
- Maka ilmu perang itu bukan cuma ilmu perang yang khusus dengan strategi, taktik dan logistiknya, meainkan pula politik militer, politik, psychologi dan ekonomi. Lapangan perang bukan lagi cuma yang militer, melainkan juga sepenuhnya politik dan ekonomi. Pimpinan perang bukan lagi mengenai medan militer, melainkan medan-medan seluruhnya secara semesta. Syarat-syarat yang diminta dari padanya bukan lagi keahlian cuma keahlian militer, melainkan pemahaman seanteronya politik, militer dan ekonomi.
2. Perang Gerilja adalah perang sikecil/silemah melawan sibesar/sikuat.
- Berperang gerilja bukanlah karena menganut “ideologi” bergerilja, melainkan karena kita diharuskan, karena telah tidak mampu menyusun kekuatan yang berorganisasi secara modern, yang setara dengan musuh. Maka gerilja kitapun baru pada tingkatan melelahkan musuh, belum sampai dapat menghancurkannya walaupun bagian demi bagian.
3. Perang gerlija tidak dapat secara sendiri membawa kemenangan terakhir, perang gerilja hanya untuk memeras darah musuh. Kemenangan terakhir hanyalah dapat dengan tentara yang teratur dalam perang yang biasa, karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif dan hanya offensiflah yang dapat menaklukan musuh.
- Defensif tidak dapat mengalahkan musuh, hanya offensiflah yang mampu demikian. Deffensif sekedar sementara menyiapkan dan menantikan untuk melakukan offensif pada suatu waktu.
- Perang gerilja strategis hayalah defensif. Kemenangan perang hanya mungkin oleh offensif, offensif oleh suatu tentara yang teratur, oleh suatu tentara yang setara.
4. Perang gerilja biasanya adalah perang ideologi. Perang gerilja adalah perang rakyat semesta.
- Prajurit gerilja bukanlah cuma prajurit pemanggul senjata seperti yang lazim dalam perang biasa, melainkan ia adalah pemanggul ideologi. Ia bukan cuma pelopor pertempuran melainkan terutama pelopor ideologi.
- Sejarah cukup menunjukan bahwa perang gerilja adalah senantiasa sebagai pelopor perjuangan ideologi. Rakyat yang tertindas, rakyat yang terjajah, rakyat yang teraniaya oleh pendudukan, mengepalkan tangannya untuk mengenyahkan penjajahan, sipenindas dan sipenduduk yang kejam. Penderitaan perjuangan yang bagaimanapun rasanya enteng jika dibandingkan dengan kesengsaraan penindasan, penjajahan dan pendudukan yang kejam.
- Ideologi, semangat kemerdekaan, menjadi sumber kekuatan dan kesanggupan untuk memulai peperangan melawan musuh yang kuat dan teratur dengan segala tentaranya.
- Maka hanya dengan ideologi yang kuat, hanya batin yang teguh, yang dapat meledakan perang gerilja yang cukup tabah buat menempuh jalan penderitaan yang panjang dan sulit sampai pada tingkatan mengalahkan musuh yang kuasa.
- Tindakan-tindakan sigerilja tidak bisa cuma mengutamakan pertempuran-pertempuran, melainkan haruslah pula mengutamakan psyichologis dan sosial ekonomis dengan gerakan-gerakan propaganda, politik non-kooperasi, politik bumi-hangus, infiltrasi dll.
5. Akan tetapi perang gerilja tidaklah berarti bahwa seluruh rakyat bertempur.
- Rakyat adalah sendi bagi gerilja
- Pemimpin-pemimpin kita selalu mengibaratkan gerilja sebagai ikan dan rakyat sebagai air, mencontoh pelajaran dari Mao Tse Tung. Maka “air” itu harus dipelihara dalam “hawa” politik dan sosial-ekonomi yang sewajarnya untuk menyuburkan pertumbuhan gerilja yang “berenang” didalamnya.
- Perang gerilja adalah perang rakyat, gerilja lahir dan tumbuh diatas haribaan rakyat yang berjuang, gerilja berjuang dengan bantuan, pemeliharana dan perlindungan rakyat pula. Gerilja adalah prajurit rakyat yang sedjati.
- Massa bisa gampang diagitir untuk mengganas beramai-ramai, tetapi pula massa itu gampang pecah dan kacau balau, sehingga menjadi sangat sulit untuk dipimpin. Suatu sukses bisa menjalankan semangat massa dengan cepat, tetapi kegagalan bisa pula merosotkan dan mematahkan semangatnya sekaligus. Pula massa sangat gampang dikacaubalaukan oleh gerakan desas-desus.
6. Perang gerilja tidaklah boleh sembarangan “geriljisme”
- Kaum gerilja juga harus berdisiplin, juga harus berorganisasi, juga harus berlatih, juga harus mempelajari taktik bertempur, juga harus mempunyai rancangan dan perhitungan. Kaum gerilja juga mempunyai pemimpin yang harus ditaati, Bahkan segala sesuatu harus lebih berat disadari.
- Gerilja harus bersifat geriljis terhadap musuh, sehingga ia tetap pusing dan kacau mengenai keadaan dan maksud-maksud gerila, akan tetapi harus bersifat teratur dan berdisiplin kepada pemimpin sendiri.
7. Gerilja berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu, merawat dan menyembunyikan gerilja, serta menyelidik untuk keperluannya.
- Gerilja berpangkalan dalam rakyat, mempersiapkan diri ditengah-tengah rakyat, bersembunyi ditengah-tengah rakyat. Gerilja berpangkalan dimana-mana, asal saja ada rakyatnya dan asal saja buminya cukup ruangan dan persembunyian.
8. Gudang senjata gerilja adalah gudang senjata musuh.
- Persenjataan dan amunisi teramat sangat penting dan teramat sulit dalam suatu perang gerilja. Perang gerilja adalah perang sikecil melawan sibesar, maka kekuatannya adalah cara-cara geriljanya, yang muncul dan hilang dimana-mana menurut keprluan keadaan.
- Sebagai sikecil dapat dimengerti, betapa pentingnya penghematan tenaga dan penghematan peluru.
9. Menyimpulkan strategi dan taktik perang gerilja.
- Perang gerilja dan pertahanan rakyat total sebagai obat mujarab untuk mengatasi tiap-tiap agresi terhadap negara kita. Maka perlulah secara obyektif disadari lagi sepenuh-penuhnya arti strategis dari perang gerilja. Gerilja memang dapat hebat dan dahsyat, dapat mengikat dan melemahkan musuh yang berpuluh-puluh jumlahnya. Namun perang gerilja adalah strategis tetap defensif pada hakekatnya, dan tidak mampu mengalahkan musuh.
- Siasat gerilja adalah mengikat musuh sebanyak mungkin, melalhkan, memeras darah dan keringatnya sebanyak mungkin, dan menggoncangkan urat-urat syarafnya. Gerilja adalah muncul-menghilang, mondar-mandir dimana-mana, sehingga bagi musuh tiada dapat dicari dimanapun, tapi dirasakan menggempur dimana saja.
- Siasat gerilja ialah untuk memaksa musuh tersebar kemana-mana menjadi immobil sebanyak-banyaknya, dan terpaksa mengadakan stelsel pembentengan yang tetap. Musuh disebar-sebar, dipecah-pecah dan dipakukan, sambil sigerilja terus memeras darah, keringat dan urat syarafnya. Musuh yang besar harus dihindari, atau diganggu secara dicubiti dimana-mana. Musuh yang kecil harus dikepung dan dihancurkan serta alat-alatnya dirampas.
- Untuk dapat melakukan tindakan yang muncul menghilang yang tak dapat dicari tetapi selalu terasa dimana-mana, gerilja memerlukan “pangkalan” diantara kedudukan musuh, yang diladeni oleh rakyat, yang cukup tersedia dipelbagai pelosok buat keperluan gerilya yang mondar-mandir.
- “Pangkalan” itu harus dipilih didaerah yangbumi dan rakyatnya cukup memenuhi syarat. Bumi yang sulit didatangi oleh musuh, yang cukup tempat persembunyian dan jalan penyingkiran, yang tak dapat diserbu oleh musuh secara besar-besaran denga peralatan yang berat, dimana sigerilja dapat memaksa musuh untuk berhadapan dengan peralatan yang sama, yakni setara infanteri belaka. Bumi yang dikenal sedalam-dalamnya oleh para gerilja. Bumi yang didiami oleh rakyat yang bersemangat, yang memperjuangkan ideologi yang sama dengan gerilya, atau paling sedikitnya yang menyukai gerilya. Syarat-syarat bumi dan rakyat adalah yang terbaik, jika gerilja bersarang dalam daerah kampung halamannya ditengah-tengah sanak saudaranya sendiri.
10. Sifat pokok perang gerilja ialah rakyat yang membantu, ruangan geografis yang cukup dan adanya perang yang lama.
- Rakyat yang membantu itu memang kuat batinnya, kuat ideologinya, kuat semangat kemerdekaannya, kuat semangat perjuangannya, tabah menderita kesengsaraan perjuangan.
- Syarat geografis yang diminta wilayah-wilayah yang cukup luas dan daerah-daerah yang sulit dilintasi, tidak begitu banyak jalan raya, banyak gunung dan bukitnya, banyak hutan dan belukarnya. Daerah demikian adalah sarang-sarang gerilja.
- Untuk memenuhi syarat perang lama, maka perlulah sungguh-sungguh tabah rakyat dan tentaranya, dengan seksama berjuang menderita sampai tercapai kemenangan perang yang terakhir. Rakyat dan lebih-lebih pemimpin-pemimpin harus tabah terhadap intimidasi musuh yang saling berganti dengan bujukan manis seperti madu. Tabah untuk tetap menolak kolaborasi, tabah untuk tetap bernon-kooperasi, dan tetap lebih suka menderita daripada menerima pekerjaan dari musuh, daripada menerima perlindungan di rumah yang disediakan musuh atau kota-kota yang dipasifisirnya.
11. Perang rakyat yang total memerlukan pemimpin yang total dan bukan saja pada puncak nasional, melainkan juga pada daerah-daerah gerilja yang terbawah.
- Kesatuan dan kebulatan pemimpin adalah syarat mutlak untuk kesempurnaan perang rakyat yang semesta.
12. Perang anti-gerilja harus menuju kepada memisah gerilja dari rakyat pangkalnya, dan karena itu lebih-lebih harus mengutamakan gerakan politik, psychologis dan ekonomis. Gerilja harus dilawan dengan senjata-senjatanya sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan flexible.
- Perang anti-gerilya adalah usaha pasifikasi, dan pasifikasi adalah terutama usaha membangun, sedangkan perang biasa adalah terutama usaha menghancur.
- Perang anti-gerilja adalah memberantas perlawanan rakyat yang bbersifat total, baik yang aktif menggerilja dan menyabotir, maupun yang passif melawan belaka seperti bergerak di bawah tanah, dilapangan propaganda dan intelligence.
- Pertikaian politik dalam negeri biasa menggunakan kegiatan gerilja dan perlawanan bawah tanah. Tugas anti-gerilja dalam arti yang luas adalah tugas yang tiada henti bagi banyak negara apalagi negara yang muda.
- Tujuan pokok dalam anti gerilja ialah memisahkan rakyat dari gerilja. Hanya atas dasar itu dapat berhasil tindakan anti-gerilja secara militer.
- Kemenangan politik-ideologis, kemenangan sosial-ekonomis dan psychologis adalah pangkal untuk dapat mencapai kemenangan militer.
- Menangkapi rakyat bersama-sama, menghukum rakyat secara kolektif, membakari rumah-rumahnya, semuanya karena membantu atau menyembunyikan agen-agen gerilja adalah menjadi senjata yang paling kuat yang “dihadiahkan” kepada kaum gerilja. Kaum gerilja yang akan semakin muncul sebagai pelindung rakyat. Sebaliknya maka siasat anti-gerilja haruslah mengikhtiarkan keadilan dan kebajikan yang sebenar-benarnya.
- Soal pokok adalah menawan hati rakyat. Inilah strategi perang anti-gerilja. Mengenal rakyat, mengenal cita-citanya, mengenal adat-istiadatnya, mengenal masalahnya adalah senjata utama dalam tangan pihak anti-gerilja.
- Perlu sekali pihak anti-gerilja sebanyak mungkin menggerakan tenaga-tenaga rakyat, mempergunakan pemimpin-pemimpin rakyat. Gagallah usaha-usahanya, kalau ia harus bertindak dengan cuma tentaranya, gagallah kalau ia tiada dapat menggerakan tenaga rakyat. Sedapat mungkin haruslah ia usahakan, supaya pemimpin-pemimpin rakyat yang berpengaruh tertarik kepada pihaknya dengan pelbagai macam daya upaya. Sedapat mungkin rakyat jangan merasakan langsung paksaannya dan kebutuhannya, haruslah ia disalurkan melalui pemimpin-pemimpin rakyat sendiri.
- Perang psychologisnya mengusahakan memperoleh keterangan tentang ketegangan-ketegangan dan perselisihan di dalamnya, apalagi antara pemimpin atau pemimpin dengan pengikutnya. Hanya inilah yang bisa dipergunakan untuk memisahkan mereka, dan tidak akan berhasil cuma desas-desus atau fitnah belaka.
- Peristiwa perselisihan kecil atau keteledoran yang kecil pada pihak gerilja, yang sungguh terjadi bisa dipergunakan dengan sangat bermanfaat oleh pihak anti-gerilja
- Yang paling penting ialah menawan hati dan pikiran anggota-anggota geriljasendiri, terutama yang telah tertawan. Dengan sikap yang baik-adil, dengan menyadarkan kepada maksud anti-gerilja lebih tinggi daripada sigerilja, dengan lain-lain daya upaya, supaya akhirnya tercapai perubahan pikiran mereka.
- Gerilja harus dipisah dari rakyat. Gerilja harus dihadapi dengan senjata-senjatanya sendiri. Inilah pokok pegangan anti-gerilja
PERMASALAHAN
Dari tulisan diatas kita bisa melihat bagaimana pokok pokok dalam peperangan gerilya darat. Tetapi apakah pokok pokok gerilya ciptaan Bpk Jendral AH Nasution tersebut dapat di terapkan di dalam Peperangan Laut? Dan pertanyaanya adalah :
- Bagaimana mengenai peperangan gerilya yang ada dilaut ?
- Kemudian bagaimana meng menerapkan pokok pokok gerilya darat ke laut
- Seberapa penting strategy peperangan gerilya laut itu jika dilihat dari postur pertahanan yang kita miliki.
PEMBAHASAN
Dalam Perang gerilya Laut memang berbeda dengan yang Peperangan gerilya darat, walaupun dalam beberapa point memiliki kesamaan. Jika di laut peperangan gerilya lebih dikenal dengan istilah guerre de course, yang pada tahun 1880 dikembangkan oleh seorang perwira Angkatan Laut Perancis Jeune Ecole, dalam menghadapi supremasi Armada Inggris. Taktik yang digunakan sama dengan taktik peperangan gerilya di darat, yaitu serangan-serangan ofensif pihak lemah terhadap pihak yang kuat,
dengan menghindari kemungkinan berhadapan dengan kekuatan lawan secara terbuka dan menyerang serta memutus garis atau jalur perhubungan dan logistik lawan.
Seperti dalam Peperangan gerilya di darat kesamaan dalam perang gerilya laut 3 faktor penting menjadi kunci pokok yaitu :
- Mobilitas (mobility)
- bersembunyi (concealment)
- pendadakan (surprise)
ketiga kunci factor tersebut menjadi ciri khas/ elemen dari peperangan gerilya ini, sedangkan taktik yang biasa digunakan adalah hit and run atau pukul dan sembunyi (menyatu dengan alam). Pihak gerilyawan biasanya memanfaatkan medan yang sulit dijangkau dan dipantau oleh musuh (rugged terrain, empty reaches and lower depth of the ocean) dan mengenal medan secara baik, sebagai contoh medan bawah laut bagi armada kapal selam jerman pada saat perang dunia II.
Sedangkan keberhasilan kapal-kapal selam Jerman dan Amerika Serikat dalam menghancurkan armada lawan di Atlantik dan Pasifik merupakan contoh kesuksesan dari perang gerilya di laut.
Dengan demikian istilah guerre de course dapat diartikan sebagai gerilya laut, yaitu teknik dan taktik pertempuran di laut yang berupa serangan oleh unsur-unsur laut secara mendadak, sembunyi kemudian menyergap sasaran dengan tujuan mengganggu, melemahkan, melelahkan dan memutuskan garis perhubungan laut atau jalur logistik lawan
Dalam perjalanan sejarah Teori Guerre de Course digunakan oleh armada kapal selam Jerman dan Amerika Serikat, diawali oleh kesuksesan kapal selam U-47 jerman yang berhasil menerobos pertahanan dan menenggelamkan sebuah kapal Penjelajah Inggris (Royal Oak) di Pangkalan AL Inggris yang dijaga ketat. Kemudian kesuksesan tersebut diikuti oleh peristiwa penenggelaman dua kapal Induk Inggris.
Sementara itu armada kapal selam Amerika Serikat di Pasifik berhasil mengukir kemenangan terhadap AL Jepang dengan menenggelamkan 1113 kapal angkut logistik Jepang dan 214 kapal perang Jepang. Dalam sejarah perang laut, Kapal-kapal Selam Amerika Serikat ini pernah melakukan beberapa kali serangan terhadap kapal-kapal Jepang di perairan nusantara.
Dalam perang laut modern, dimana telah terjadi pergeseran pada medan peperangan, yaitu dari medan samudera terbuka ke medan perairan pantai (kawasan litoral), dimana kondisi medan operasi di kawasan ini memiliki keuntungan-keuntungan tersendiri bagi pengoperasian unsur kapal-kapal cepat yang berukuran kecil dan kapal selam. Khusus untuk kapal selam, keterbatasan yang ada (pada kapal selam diesel elektris), dapat diperkecil jika medan operasinya berada di sekitar kawasan litoral, terutama dalam hal kecepatan dan ketahanlamaan operasi di bawah air (under water/ submerged endurance). Kemampuan lintas laut dengan kondisi menyelam tanpa keperluan untuk snorkelling akan dapat dilakukan jika daerah operasi tidak jauh dari pangkalannya. Beberapa konflik antar negara pasca perang dunia II dan insiden yang berkaitan dengan pengoperasian kapal selam maupun prinsip-prinsip gerilya laut diantaranya Perang Malvinas tahun 1982. Kapal Selam Inggris HMS Conquerorberhasil menenggelamkan kapal Argentina General Belgrano yang dikawal oleh dua Destroyer Argentina lainnya, sementara itu di pihak Argentina, kapal selamnya San Luis berhasil melakukan penembakan torpedo terhadap kapal-kapal Inggris, namun torpedo yang ditembakan mengalami kerusakan pada sistem pengendaliannya, sehingga gagal mengenai sasaran. Yang perlu dicatat adalah kehadiran kapal selam Argentina tersebut tidak diketahui atau tidak terdeteksi oleh pihak AL Inggris. Begitu pula apa yang pernah kita lakukan dalam Oprasi TRIKORA dimana armada Hiu Kencana ( Kapal Selam Whiskey) mampu melakukan penyusupan tanpa terditeksi ke wilayah Irian barat dan kemudia berhasil menyusupkan anggota TNI dan sukarelawan.
PENUTUP
Dari tulisan di atas timbul pertanyaan, apakah kapal selam merupakan opsi yang paling memungkinkan untuk penerapan konsep perang gerilya laut. Jika demikian apakah Negara Negara tetangga menerapkan demikian? jawabnya ya, selama ini kita selalu terpukau dan selalu melihat ke atas tanpa mau melihat Negara seperti Singapore.
Kita lihat saja berapa kapal selam Singapore dan kenapa Negara sekecil itu memiliki kapal selam lebih banyak dengan Negara tetangga yang lain, meskipun kapal selam Singapore ( RSS Archer dan RSS Challenger ) tidak bisa dibandingkan dengan Scorpène-class milik Royal Malaysia, tapi dengan jumlah itu efek Deteren yang dimiliki jelas lebih terasa, karena dipastikan Singapore Navy mampu memberikan perang Gerilya Laut yang lebih panjang dan memberikan kerugian bagi inverior yang mencoba masuk ke Negaranya. Begitu juga apa yang dilakukan TNI dimasa Orde Lama TNI AL dengan mengoprasikan 12 Kapal Selam Kelas Whiskey, dimana 12 kapal selam terbukti mampu menjadi ancaman terror bagi armada belanda yang berada di perairan Irian Barat. Kembali kepada definisi kenapa kenapa kita menerapkan konsep Peparangan Gerilya, dimana peperangan yang dilakukan si lemah untuk memberikan kerugian sebesar mungkin kepada sikuat dengan tujuan melemahkan semangat bertempur dan kemudian mundur. Oleh Karena itu kita menyadari pada waktu Orde lama Angkatan Laut kita belum mampu mengimbangi postur armada laut yang dimiliki sekutu khususnya AL kerajaan belanda. Kapal selam ataupun berbagai kapal cepat menjadi pilihan pokok dalam menghadapi superioritas AL Belanda.
Daftar Pustaka :
- http://en.wikipedia.org/wiki/Submarine_warfare
- http://en.wikipedia.org/wiki/Jeune_%C3%89cole
- http://serbasejarah.wordpress.com/2010/12/23/pokok-pokok-gerilja/
- http://en.wikipedia.org/wiki/U-boat
- http://wira96.multiply.com/journal/item/7?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
- http://en.wikipedia.org/wiki/Falklands_War
jadi jumlah minimal yang ideal untuk kapal selam yang harus dimiliki oleh Indonesia berapa??dengan spesifikasi seperti apa??
Sebenernya saya kurang kompeten untuk mengatakan sebenernya berapa seharusnya KS yang harus kita miliki,
tapi jika pendapat saya pribadi dengan melihat perkembangan kawasan, paling tidak Indonesia harus memiliki sekitar 8 -16 unit Kapal Selam
sebenarnya bukan hanya KS saja yg harus kita miliki..bahwa sejatinya peperangan KS juga harus diikuti dengan satuan tempur lain seperti pesawat tempur dan Kapal perang permukaan…karena untuk perang laut modern saat ini negara-negara maju sudah menciptakan kapal permukaan anti kapal selam dan pesawat anti kapal selam….sehingga dalam pertempuran laut, KS tidak akan berperang secara individu melainkan akan bergabung dengan satu gugus tugas tempur lainnya yg terdiri dari beberapa kapal permukaan dan pesawat tempur….tapi apabila peruntukan nya hanya sebatas sebagai alat intai dan shock therapy itu bisa di lakukan…
untuk memenangkan pertempuran Laut , tidak dilihat dari banyaknya KS yg kita punya tetapi lebih dari kwalitas KS yg kita punya…seberapa lama KS itu dapat tahan di dalam laut untuk melakukan pertempuran…1 KS type Kilo tidak bisa dibandingkan dgn jenis scorpene yg mempunyai daya gerak nuklir.
demikian semoga bermanfaat.
pengawal samudra :
betul sekali pak/bu … dalam peperangan moderen memang di butuhkan satuan gugus tempur yang lengkap, untuk memenangkan perang … dalam tulisan saya bermaksud menekankan KS sebagai alternatif efek deteren, dan pada waktu itu .. saya berusaha mensimulasikan dimana kedaan TNI kita bener2 terpojok seperti era perjuangan. dimana alutsista laut kita mengalami kerusakan yang cukup telak. kapal Selam merupakan opsi untuk memulai upaya perlawanan, walaupun saya sadari pengoprasian kapal selam juga memerlukan dukukan logistik yang memadai baik itu dermaga ataupun bahan bakar dll. dan saya yakin TNI sudah menyiapkan berbagai macam simulasi, tahapan tahapan perang baik itu infasi, atau kita bener bener terpojok.
danlagi jika dilihat dari sistem oprasi yg dilakukan kapal selam kapal selam mungkin satu2 nya kapal yang mampu bergerak senyap menuju target sasaran dan mampu melakukan tahap pertama infiltrasi seperti pengumpulan data intelejen dll.
untuk masalah kwalitas KS, tentu saja itu menjadi prioritas. jika disruh memilih menurut saya pribadi tentu saja scorpene lebih unggul ketimbang Kilo, walaupun banyak yang bilang Kilo KS bagus. ditinjau dari teknologi jelas scorpen lebih unggul. tapi jika menurut saya pribadi lagi alternatif lain bisa muncul dari HDW
( HowaldtswerkeDeutsche Werft ) , mungkin U 214 : )
Menurut pendapat sederhana saya tidak ada yg bisa di gerilyakan di laut. kapal selam bukan solusi dan bukan elemen gerilya laut.
teori diatas memang nampak indah namun jauh dari feasibilitas implementasi baik strategi dan taktik.
mobility, concealment and surprise bukan merupakan elemen dari perang gerilya saja yang kemudian diartikan dengan sederhana ketika ada 3 elemen tersebut berarti dapat dikategorikan sebagai perang gerilya. Jangan terjebak dengan hanya melihat hal tersebut saja, karena nanti analoginya kita juga dapat mencari-cari definisi perang gerilya di udara juga ….
Ada perbedaan yang mendasar mengenai perang di darat, di laut/udara. yang pertama tujuan dari ketiga operasi tersebut berbeda , yang kedua laut tidak bisa dikuasai, hanya bisa dikendalikan …
Apa yang akan kita lakukan di dalam perang gerilya di laut ketika musuh tidak lagi melakukan operasi laut yang dilaksanakan untuk mendukung operasi darat ketika daratan sudah dikuasainya … ?