Pancasila Masih(Kah) Milik Indonesia (?)

10 Responses

  1. Bambang Ts says:

    Tulisan Mencerahkan Mas Is…..
    Betul, Pancasila tidak membutuhkan pengakuan apapun dari kita, tapi bangsa inilah yang membutuhkannya untuk tetap menjaga kebhinekaan dan keragamanan Budaya yang sangat majemuk…

    • mochamad istamar says:

      Begitulah mas Bambang, kebebasan dan keberbedaan budaya serta bahasa melupakan persatuan sebagai sebuah bangsa dan manusia Indonesia. Tidak mengherankan jika di jejaring sosial dan seringnya konflik sosial akan terdengar sumpah serapah berbau SARA, dan kalimat-kalimat provokatif yang mengarah ke pemisahan atau ajakan perang suku. Sukarno rela terpenjara dan mati demi Ide persatuan Indonesia. Bangsa ini lupa Yos Sudarso dan tentara- tentara kelas bawah atau gerilyawan dari sabang sampai merauke berjuang demi persatuan Indonesia terkhusus dalam konflik mengembalikan Papua Barat kedalam persatuan indonesia.

      Jangankan yang berbeda suku atau agama; masih sama-sama Islam tetapi berbeda manzhab sudah melupakan persatuan dikalangan muslim apalagi persatuan sebagai bangsa. Jangankan sesama muslim, sesama penganut Kristen juga demikian kondisinya. Ibnu Khaldun mengingatkan dalam bukunya Mukhaddimah bahwa hancurnya sebuah kerajaan pertama-tama dimulai dengan hancurnya semangat persatuan. Semoga Negara ini tidak demikian, para pemimpin bisa belajar dari berbagai sejarah peradaban manusia di dunia dan sejarah peradaban di nusantara.

      Pilihannya akankah kita menjadi bagian dari pembusukan bangsa ini dengan mengabaikan pancasila khususnya soal persatuan, ataukah kita menjadi bagian yang mencegah meluasnya pembusukan dengan menggelorakan Pancasila dan persatuan indonesia dalam menangani problem sosial Indonesia.

  2. salim says:

    Luar Biasa artikelnya mas, kebobrokan politik dan anteknya yang berlindung dibawah pancasila akan menuai hasil nya sendiri, penggalian Pancasila berasal dari nilai nilai luhur budya bangsa bukan hanya sejak bangsa indonesia merdeka tetapi sejak pertama kali yang namanya Nusantara Lahir. Yang berlindung dibawah Pancasila adalah mereka mereka yang keblinger yang hanya menghambat perkembangan bangsa ini. Bila masih di kuasai oleh: Kuasa Gelap there is no way that we have to enter Kuasa Terang. The way how to get there, is The way of PANCASILA. Spiritualisasi Pancasila tak lain dan tak bukan bertujuan melakukan pembentukan Jiwa. Jika tidak maka selimut Republik yang kotor oleh Korupsi, Kemiskinan, Pengangguran dan Bencana Alam serta degradasi moral akan kian kotor.

    cuplikan pidato bung karno yang memperkenalkan Pancasila di PBB dalam rangka Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960. “Sesuatu” itu kami namakan “Pancasila”, ya “Pancasila” atau Lima Sendi Negara kami. Lima Sendi/Dasar tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto komunis ataupun Declaration of Independence. Declaration of Independence memang, gagasan-gagasan dan cita-cita itu mungkin sudah ada sejak berabad-abad telah terkandung dalam bangsa kami. Dan memang tidak mengherankan bahwa paham-paham mengenai kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad kejayaan bangsa sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat kelemahan Nasional.”.

    Satu hal yang kita takutkan adalah bila bangsa ini tdk cepat berubah memaknai Pancasila, Bukan tidak mungkin dasar negara ini dipakai bangsa lain dan kita tinggal gigit sepatu bukan gigit jari lagi.

    Best Regard

    • mochamad istamar says:

      Terima Kasih mas. Sepertinya pujian itu berlebihan, mungkin hanya mengena karena realitas yang demikian bobrok di Negeri Tercinta. Saya sering teringat sebuah babat sewaktu di Lombok yang menceritakan kemunduran dan keruntuhan Majapahit yang kondisinya kok mirip Indonesia sekarang. Saya hanya berdoa semoga mulai tahun-tahun sekarang adalah sebuah titik balik dan tidak semakin bobrok seperti Majapahit dahulu.

  3. Nona Pate says:

    Kebangkitan Pancasila menyongsong tanggal 1 Juni 2011 semakin menggelora dipicu antara lain oleh kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang Pancasila seperti jajag pendapat Kompas 4-6 Mei 2011 yang 92,5 % responden menyatakan perlunya penguatan terhadap ideology Pancasila, kesimpulan dan rekomendasi Saresahan Nasional Pancasila 2-3 Mei 2011 di UGM yaitu Nilai Pancasila Harus Membumi, Megawati Sukarnoputri Tawarkan Pancasila Kepada Dunia di World Cultural Forum 18 Mei 2011, Kesepakatan Temu 9 Lembaga2 Negara 24 Mei 2011 yakni Semua lembaga negara berkomitmen secara aktif mengambil tanggung jawab untuk menguatkan Pancasila sebagai ideologi Negara, Seluruh lembaga negara sepakat bahwa Pancasila harus menjadi ideologi dan inspirasi untuk membangun kehidupan berbangsa yang rukun, harmonis, dan jauh dari perilaku mendahulukan kepentingan kelompok atau golongan, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika adalah empat pilar kebangsaan yang harus diterapkan, Diperlukan rencana aksi nasional untuk mensosialisasikan dan menguatkan nilai-nilai Pancasila.

    • mochamad istamar says:

      Sepakat dengan mbak nona pane harus ada rencana aksi secara nasional. Untuk apa pancasila ditawarkan ke dunia internasional jika kita sendiri tidak mau memakai. Btw pancasila sudah ditawarkan dan dikenalkan kedunia internasional oleh sukarno seperti yang diungkapkan oleh mas Salim dewan penasehat Keris. Selain itu semangat new nationalism Obama juga sangat mirip dan sama isinya dengan pidato Sukarno di PBB, sewaktu mengenalkan dan menawarkan pancasila sebagai solusi tatanan dunia baru setelah perang dunia II. Seandainya mbak nona pate berkenan memberikan, saya ingin meminta kopian kesepakatan temu 9 lembaga-lembaga negara tanggal 24 mei 2011.

      Indonesia sedang mengalami permasalahan multikulturalisme yang akut. Entah mengapa pemerintah seperti tidak menyadari obatnya ada di Pancasila. Ada banyak jurusan antropologi, sosiologi, politik, hukum, ekonomi, dan filsafat yang menghasilkan lulusan bahkan hingga 4 kali setahun. Ironis, tidak ada diantaranya yang diajak untuk mendikusikan bagaimana mengatasi problem multikulturalisme di Indonesia. Tidak ada yang diajak untuk merumuskan bagaimana seharusnya implementasi Pancasila. Seolah-olah amanat konstitusi membuat rakyat cerdas haruslah dengan nilai Ujian Nasional tinggi. MPR yang mensosialisasikan 4 pilar kebangsaan masih sangat kurang komunikasinya.

      Padahal dalam peperangan asimetris orang2 ahli di bidang sosial di luar birokrasi pemerintahan adalah ujung tombak, terutama dalam peperangan politik dan Ideologi. Kenapa seolah-olah hanya militer yang aware akan hal ini. Pihak kemenhan juga terkesan lamban dalam menyikapi bagaimana strategi nasional dalam peperangan asimetris. Dewan Ketahan Nasional (Wantannas) terkesan adem-ayem; padahal peperangan asimetris sangat mengancam kepentingan nasional Indonesia yang seharusnya menjadi perhatian wantannas.

      Saya berfikir positif saja, mungkin Kemenhan sedang sibuk menggodok berulang kali berbagai perundangan menyangkut pertahanan yang masih menjadi PR sejak era menhan Yuwono S. Sedangkan kemendag sedang sibuk mengurus pilkada dan perda bermasalah. Kemenlu juga sangat sibuk berkaitan peran internasional Indonesia yang main berkembang dan diperhitungkan. Kemenkopolhukam sibuk ngurusi konflik yang tidak pernah mereka mengerti atau mungkin malas untuk mencoba mengerti. Kemendagri sedang sibuk impor dari china dan India. Kemenkesra sibuk ngurusi lapindo hingga BLSM. Elit pusat lain juga demikian, sama-sama sibuk. Kepentingan Nasional nampaknya masih menjadi PR pejabat selanjutnya sama seperti yang sudah-sudah.

  4. Kadang kala, kita baru akan merasa kehilangan ketika hal tersebut sudah diterapkan dengan baik di tempat lain…. Apakah hal itu juga harus terjadi untuk Pancasila?

    • mochamad istamar says:

      seperti peribahasa lama, kita baru nyadar kena kuman kalo kumannya sudah diseberang lautan

  5. Gail J. Houston says:

    Dari kelima sila tersebut sangat jelas pengaruh aliran sosio-nasionalisme (Internasionalisme dan nasionalisme), sosio-demokratis (demokrasi dan keadilan sosial) dan agama (KeTuhanan). Paham sosio-nasionalime Bung Karno dipengaruhi oleh ajaran A. Baars (kosmopolitanisme A. Baars dari Belanda) sedangkan paham sosio-nasionalisme dipengaruhi oleh seorang sosialis Dr. Sun Yat Sen pendiri negara Tiongkok merdeka. Sedangkan sila KeTuhanan berasal dari diskusi antara Bung karno dan pemuka agama Islam saat itu. Jadi isi sila pancasila itu bersumber dari Belanda, Cina dan Islam. Jika ada yang bilang Pancasila digali dari budaya bangsa indonesia atau peninggalan nenek moyang itu adalah keliru.. hehehehehe.

    • Mochamad Istamar says:

      Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Soekarno berada dalam pengaruh berbagai paham/ide yang mas gail sebutkan. Hal itu adalah wajar sebagai orang yang berpendidikan, pertanyaannya seberapa dalam, seberapa lama, dan bagaimana dia menerjemahkan paham itu, serta adakah faktor yang mempengaruhi pemahaman suatu ide dapat dicerap dan diterima oleh seseorang. Pemahaman dan tindakan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh apa yang ada di dalam otaknya. Apa yang ada di dalam otaknya sangat bergantung dengan habit kehidupannya. Paham sosial demokrat dalam komunisme dapat dipahami dan diimplementasikan secara berbeda oleh Uni Soviet, China, Korea Utara, beberapa negara arab, dan Kuba. Jika mas Gail sempat untuk mencoba membaca buku strategi kebudayaan karya Romo Van Peursen maka itu akan membantu pemahaman anda, kenapa pancasila dikatakan sebagai peninggalan/digali dari budaya bangsa yang saya maksudkan. Singkatnya otak Soekarno adalah otak orang Indonesia, yang entah berapa jam sehari bersentuhan dengan berbagai hal berkaitan dengan Indonesia. Sejak baru lahir Soekarno langsung bersentuhan dengan adat dan budaya orang indonesia, jauh sebelum mengenal Ide-Ide itu.

      Akan sangat membantu lagi jika mas Galil membaca kembali Isi pidato pancasila Sukarno, buku Pancasila ilmiah populer, buku kumpulan pidato tentang pancasila, dan buku-buku tentang pancasila yang ditulis oleh Driyarkara dan Notonagoro secara seksama. Dan mohon dipahami juga bagaimana ciri filsafat di Indonesia waktu itu bahkan mungkin hingga sekarang masih banyak yang tidak sistematis. Jadi tidak akan ditemukan istilah keren internasionalisme seperti dilontarkan Dr Sun. Itu pun Dr. Sun cukup enak mengutip filosof mereka semisal Confusius bla bla bla. Cukup terbatas bagi kita bangsa Indonesia untuk dapat mengutip sebuah filosofi yang bisa dikatakan tersistematisasi, ditambah akses pengetahuan yang ilmiah trsebut sangat sulit kala itu. Mungkin perlu dipertegas bahwa Pancasila sebagai peninggalan nenek moyang atau digali dari budaya bangsa bukan berarti menafikan budaya bahkan pemikiran asing. Justru dengan adanya penggalian dan pencarian peninggalan nenek moyang sebagai sebuah identitas adalah karena persinggungannya dengan budaya dan pemikiran asing. Semisal Yosodipuro menulis “jaman edan wong sing ora edan ora keduman” itu adalah bentuk persinggungan dengan unsur asing yang mulai meruntuhkan moral orang Indonesia(kala itu Jawa).

      Pertanyaannya apakah sosio-nasionalisme memang tidak dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak sriwijaya maupun majapahit yang menyatukan dan mengatur bangsa-bangsa tua (jawa, sunda, minang, lombok mirah, bali, bahkan hingga bangsa khmer? apakah memang bangsa indonesia tidak memiliki ketuhanan (agama) seperti ditunjukkan hubungan akur hindu-budha yang melahirkan sinkretisme keduanya dst. ya, begitulah pancasila yang lebih menunjukkan identitas kita masa lalu dan bagaimana identitas kita kedepan. Apakah kita harus meminta pengakuan dunia Internasional khususnya dari A. Baars, dsb itu yang sering dikutip Sukarno untuk mengatakan bahwa ya indonesia pada dasarnya itu cenderung sosialis, komunalis, dsb. sejak masa kerajaan/bangsa tua?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.