Menteri Pertahanan Prancis Kunjungi Indonesia, Kontrak di Depan Mata?

Menhan RI, Prabowo Subianto, bersama dengan Menhan Prancis Florence Parly di Hôtel Brienne, Kantor Menhan Prancis. Senin (13/01/2021). (Dokumentasi : Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia)
Oleh: Hanif Rahadian
Menteri Pertahanan (Menhan) Prancis Florence Parly diberitakan akan mengunjungi Indonesia pada tanggal 22 Januari 2022, dan dijadwalkan akan bertemu Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto di gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta. Jika lawatan dari Menhan Prancis tersebut dapat berlangsung sesuai rencana, maka pertemuan ini akan menjadi pertemuan ke-empat di antara kedua Menhan setelah sebelumnya, Menhan Prabowo Subianto menemui Menhan Florence Parly di Paris, pada tahun 2020 dan 2021. Kunjungan Menhan Prancis ini terjadi di tengah proses negosiasi Indonesia untuk ‘memboyong’ sejumlah sistem persenjataan dari Prancis, utamanya adalah pesawat tempur ‘Rafale’ yang diproduksi oleh Dassault Aviation, serta kapal selam kelas ‘Riachuelo’ yang merupakan salah satu variant pengembangan dari kapal selam kelas ‘Scorpene’, yang diproduksi oleh Naval Group.
Prancis sebelumnya telah mengalami kerugian besar akibat batalnya kontrak penjualan kapal selam dengan Australia, setelah negeri kanguru tersebut, lebih memilih untuk tergabung ke dalam sebuah pakta pertahanan dengan Amerika Serikat dan Inggris yang kemudian dikenal dengan AUKUS. bergabung dalam AUKUS, Australia akan dibantu untuk dapat memiliki dan mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir. Hadirnya AUKUS dan tawaran akan kapal selam bertenaga nuklir tersebut pada akhirnya harus membuat Australia membatalkan perjanjian dari pengadaan kapal selam diesel-elektrik kelas ‘Barracuda’ dengan Paris yang ditandatangani pada 2016 dengan nilai mencapai $55 Miliar US Dollar, atau setara dengan 789 Miliar Rupiah.
Kegagalan dari kontrak besar dengan Australia tersebut, akhirnya mendorong Prancis untuk ‘melirik’ Indonesia, sebagai salah satu mitra strategisnya di wilayah Asia-Pasifik sekaligus ‘calon pembeli’ dari sistem persenjataan yang diproduksi. Apalagi Menhan Prabowo Subianto saat ini sangat berminat untuk mendatangkan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) buatan Paris ke Jakarta. Pertemuan demi pertemuan pun semakin gencar dilakukan dengan turut melibatkan perwakilan dari kedua belah negara maupun perwakilan dari Industri Pertahanan Prancis. Meskipun Indonesia masih tetap berusaha untuk bangkit dari keterpurukan akibat dari pandemi COVID-19, namun upaya pemenuhan kebutuhan dari kekuatan pokok minimum Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga masih tetap berjalan. Proses negosiasi dan komunikasi antar Jakarta dan Paris hingga saat ini masih tetap terjaga dengan baik, hal ini tergambar jelas dengan semakin seringnya perwakilan dari Prancis mengunjungi Kementerian Pertahanan untuk membicarakan masalah kerjasama strategis antara Prancis dan Indonesia, salah satunya adalah rencana kunjungan Menhan Florence Parly ke Kementerian Pertahanan pada akhir pekan ini, bukan tidak mungkin bahwa proses negosiasi dari rencana pembelian alutsista dari Paris saat ini berjalan ke arah yang menjanjikan dan positif.
Pertanyaannyan akan kembali kepada seberapa besar komitmen Indonesia dalam merealisasikan hadirnya alutsista-alutsista yang diinginkan dari Prancis tersebut untuk memperkuat TNI dalam menjalankan tugasnya. Perlu diingat bahwa sejak safari Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto ke negara-negara Eropa termasuk Prancis pada tahun 2020, belum ada satu kontrak pun pembelian alutsista yang dinyatakan efektif hingga saat ini.