Surface to Air Missile, Guardian of the Sky

13 Responses

  1. Shinto says:

    oh ya koq yang dibahas sebatas rudal SHORAD ya mas..? tidak ada ulasan tentang medium SAM.. soalnya kita pernah mengoperasikan SA-2 dan belum pernah ada pengganti yang sepadan. Untuk mengantisipasi kecepatan, kecanggihan pesawat tempur dan kemampuan daya serang tertanam (multirole)… apakah tidak terlalu riskan jika tetap menggunakan SHORAD…? dikarenakan jika hanya dengan kemampuan daya tangkal sejauh 30Km… apakah system baterei tidak rentan terhadap serangan AGM yg dibawa pesawat tempur lawan…?

  2. Hendra Simbolon says:

    Memimpikan TNI mempunyai sistem pertahanan udara berlapis yang mumpuni yang terdiri dari SAM jarak pendek,medium dan longrange SAM.

  3. sebelum membahas medium/long range SAM, saya tertarik membahas tupoksi Arhanud, benarkah arhanud hanya memiliki tupoksi untuk pertahanan titik dan jarak pendek? sedangkan kalau sejarahnya Rudal Jarak Menengah SA-2 itu di satrudalnya bukan dibawah TNI AD

  4. Shinto says:

    kenapa arhanud ga dibawah satu atap kohanudnas ya…?

  5. jadi ada 2 mas, pembinaan dan komando, pembinaan kan di TNI AD, tapi komando bisa lewat Kohanudnas

  6. Kalo diluar negeri gimana yah?

  7. kalau di russia ada angkatannya sendiri mas, VKO, terpisah dari AD dan AU, kalau di Amerika, ada yang bertanggung jawab untuk area, pertahanan udara brigade, pertahanan udara divisi, bahkan pertahanan udara batallion, kalau di amerika di bawah divisi infantri atau lebih kurang sama dengan di TNI AD, kecuali di amerika mulai shorad sampai long range dipegang TNI AD

    sebenarnya yang patut ditekankan bukan dibawah siapa dalam pembinaannya mas, yang penting semua bentuk air defence (arhanud, SAM, KRI kemampuan hanud) berada dalam komando dan jalur perintah yang responsif dan efisien ketika menghadapi ancaman udara. Jadi Kohanudnas sebenarnya sudah cocok dalam memegang komando pertahanan udara asalkan ketika ada ancaman bisa responsif dan satuan operasional dapat merespon tanpa harus menghadapi jalur yang panjang

  8. Bambang Trisutrisno says:

    Hehehe… Sekarang masih ditangan Presiden ya Prim..??

  9. Arief Yunan Priyoutomo says:

    Ijin mengklarifikasi..
    Dulu pas bikin tulisan ini memang saya berpatokan pada Pussenarhanud, dengan tupoksinya yang terbatas dan menurut saya memang lebih kepada memberi perlindungan pada penggelaran pasukan darat dari serangan udara..
    Makanya kenapa saya berpikir untuk Pussenarhanud sudah cukup sampai VSHORAD dan SHORAD tadi, terutama lagi yang memiliki mobilitas tinggi..
    Kenapa? Ya karena itu tadi untuk memberikan payung udara untuk penggelaran operasi di darat..

    Sedangkan untuk HIMAD (High to Medium Air Defense) saya belum berani nulis, soalnya Satrudal milik AU kan baru akan dibentuk..
    Yang menarik adalah Satrudal ini dulu bagian dari Wing Pertahanan Udara 100 milik Kohanudnas yang berkekuatan SA-2/S-75 pada jaman keemasannya..
    Nah ke depan ketika Satrudal direaktivasi, apakah akan di bawah Koopsau atau di bawah Kohanudnas atau hanya sekedar Balakpus Mabes AU?
    Mungkin kalau saya udah dapat sedikit pencerahan tentang wacana Satrudal ini, saya akan mencoba menulis tentang HIMAD..
    Soalnya di dalam strategi Kohanudnas sendiri, mengakui adanya 3 lapis pertahanan udara, yaitu pertahanan udara terminal, titik dan area..
    Jadi masih ada korelasinya lah..
    Hehehehe…

  10. Shinto says:

    Ditunggu ulasan selanjutanya mengenai HIMAD om… jika Wing Pertahanan Udara 100 bener-bener mau direaktivasi…

  11. Ditunggu tulisannya med….pasti bagus banget tuch…..:)

  12. Ass wr wb.
    Pemerintah dan DPR Komisi 1 harus melakukan kebijakan2 dan tindakan peningkataan alutsista yg dibarengi transfer teknologi yg menitikberatkan pada pemberdayaan, pengayaan Litbang Pertahanan disetiap Instansi terkait ,jadi tidak hanya sebagai end user saja dan yg tidak ditumpangi kebijakan luar yg “memaksa”. KKIP diharapkan dpt memaksimalkan kordinasinya.

    1. Pengadaan dan peningkataan Batre2 Missile di TNI AD merupakankeharusan (urgent), Short,Medium Long Range pada kemampuan SAM/ SSM/ ASM dan Cruise Missile, sementra ini alutsista yg ada sangat kurang.( RBS,Proprad,Rapier??? dll ).

    2. Peningkatan electronic threats yg cepat, TNI AD harus membentuk YON EW Electronic Warfare (mobile).

    3. C3I yg dulu di bentuk Mabes TNI harus dioptimalkan pada setiap Matra, tidak hanya pada komunikasi radio tapi optimalisasi pda C3I data Link .

    4. Pemerintah & Komisi 1 DPR harus meningkataan kemampuan EW di TNI AU/TNI AL yg paling urgent . salah satunya mengoptimalkan CN235 MPA dan C295 AWACS .

    5. Peningkataan alutsista harus disertai transfer teknolgi dan pemberdayaan Litbanghan pada instansi trkait DISLITBANG TNI AD,TNI AU, AL, BALITBANG DEPHAN, KEMRISTEK,BPPT PTIPK,LAPAN dll yg trkodinir oleh KKIP.

    6. peningkataan fasilitas,anggaran dan SDM di litbanghan dan di TNI sendiri yg sbagai user, pemerintah sudah saatnya membawa kembali SDM yg diluar

    Jika kita hanya berjalan di tempat atau bahkan jalan mundur, setidaknya CVN jhon Stennis hiir mudik dng bebas, EF 111,hawkeye,EA 6B powler dll bisa bebas bergaya 🙂 ..

    semoga Pemerintah dan DPR dapat menindaklanjutinya.
    terima kasih saya haturkan.
    wass
    Adhi Prasetyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.