Mengkritisi Kenaikan Anggaran Pertahanan
Beberapa saat lalu terdengar kabar yang bisa jadi menggembirakan bisa juga tidak. berita tersebut : kemhan mendapatkan porsi anggaran yang terbesar tahun ini. Gaji dan tunjangan bagi PNS dan TNI/POLRI naik. Berita gembira dan tidaknya tersebut adalah kenaikan terjadi pada saat subsidi BBM dan beban utang beserta kemungkinan besar bunga utang dalam obligasi dan semacamnya naik. Disisi lain postur APBN kita mengalokasikan belanja modal yang tidak begitu besar.
Menurut saya postur anggaran saat ini sedikit merisaukan jika pemerintah ternyata salah memperkirakan dan mengelola anggaran yang telah diberikan. Menurut pengamatan saya mengenai APBN dari tahun-tahun lalu, kenaikan pendapatan negara yang utama terdiri dari 3 hal :
1. Belanja modal yang cukup tinggi dan didominasi oleh infrastruktur.
2. Peningkatan pajak yang lumayan baik meski sedikit meleset dari target.
3. Konsumsi masyarakat (industri kreatif, manufaktur dsb) yang cukup tinggi salah satunya mungkin dipengaruhi stabilitas rupiah dan nilai rupiah yang cenderung menguat.
Inflasi yang tiap tahun semakin tinggi, dikhawatirkan akan melemahkan daya beli masyarakat terutama masyarakat miskin. Makanya subsidi menjadi penting untuk menjaga kemampuan beli masyarakat terhadap barang2. Tetapi, bagaimanakah strategi pemerintah dalam memberikan subsidi untuk menekan pengaruh dari inflasi tersebut. Pertanyaan utama dalam hal ini apakah pemerintah lebih baik memberikan subsidi UTL/BBM/Operasi Pasar ataukah pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk hutang/hibah produktif untuk menumbuhkan ekonomi kecil dan mengembangkan ekonomi kecil menjadi menengah dan menengah menjadi Atas; dan atau serta peningkatan jaring pengaman sosial ditiap opsi tersebut.
Peningkatan pendapatan Pajak dalam realisasi APBN tahun2 sebelum APBN 2011 dan 2012 menurut saya lebih dikarenakan peningkatan proyek2 infrastrukur dan pengeluaran modal non infrastruktur. Hal ini menurut saya terbukti dengan meski bertambahnya pemilik NPWP/ wajib pajak, tidak memberikan tambahan yang optimal dalam penerimaan pajak. Jika belanja modal berkurang yang tentunya akan mengurangi penerimaan pajak, bagaimana nasib APBN tahun kedepannya lagi dan nasib pembiayaan berjalan. Penerimaan Pajak tahun 2011 yang diharapkan mampu meningkat sesuai target untuk kemudian mampu menambah alokasi pertahanan dalam RAPBN 2011 saja gagal yang ujungnya cuma nambah 2 trilyun saja.
Upaya kedepan dari pemerintah untuk mengurangi beban utang dan secepatnya lepas dari jerat utang menurut saya : pemerintah harus sebisa mungkin menjaga tingkat defisit APBN dibawah 100 trilyun. pemerintah harus menjaga pertumbuhan ekonomi dengan penggunaan hampir 100 persen anggaran untuk belanja barang2 dalam negeri (sesedikit mungkin untuk impor). Pemerintah membantu industri untuk meningkatkan kualitas dan teknologinya. kampanye produk dalam negeri. Impor harus benar2 dijaga agar kita benar2 mendapatkan alih teknologi yang sebesar-besarnya, sehingga bermanfaat bagi pengembangan kualitas dn harga prodk.
Pertanyaanya :
1. Apa imbas bagi ketahanan RI dalam usaha mempertahankan kedaulatannya? jika sampai RAPBN 2012 disepakati dan dalam prosesnya gagal menjaga ekonomi tetap menanjak atau minimal stabil. apakah kita harus jual/sewakan satu dua pulau untuk pihak asing?
2. Defisit APBN memang terbilang kecil (100-200 T) tiap tahun. Defisit bagi saya = hutang karena upaya menutup defisit pasti dengan hutang. Entah itu Hutang dalam negeri (Prakteknya asing mulai mendominasi)/luar negeri, Utang = Beban. Jika Utang dikuasai oleh pihak tertentu apa kita akan mempunyai kedaulatan dalam mengontrol ekonomi dan politik luar negeri? (Contoh: US yang kurang berdaya terhadap china soal F-16 dan alutsista lain pesanan Taiwan). Peribahasa mengajarkan sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit, Hutang yang meski sedikit-sedikit lama2 banyak juga itu hutang dan tentunya akan semakin memberatkan APBN. Contoh negara yang mulai keberatan menanggung hutang akibat defisit : Jepang, Yunani, Portugal, Belanda, hampir semua Eropa dan tentunya Amerika. beruntung bagi negara2 besar itu karena lembaga pemeringkat Utang berdomisili dan mungkin bekerja untuk mereka, maka peringkat utang mereka juga masih terlihat bagus. Padahal hutang2 negara itu menumpuk besar misal Amerika yang hutangnya lebih kurang 14,5 Trilyun dollar.
3. Porsi besar Kemhan yang rencananya digunakan sebagian besar untuk belanja alutsista, dapatkah digunakan untuk tetap menggerakkan ekonomi dalam negeri? mengingat rencana beli alutsista dalam negeri hanya 1,3 T dari 64 trilyun anggaran yang diberikan kepada kemhan.
4. Apakah alutsista daya gentar itu = alutsista canggih tapi jarang bisa operasional. ataukah alutsista daya gentar itu = alutsista yang mampu operasional menyambangi terus menerus semua wilayahnya. Ibarat keamanan kampung, lebih bergentar polisi yang berjaga tetapi hanya di pos kamling atau lebih bergentar tukang ronda tetapi muter terus keliling kampung dan tidak cuma di pos kamling. Apa kita mendahulukan pemenuhan kebutuhan jumlah alutsista dan perawatan. Ataukah mendahulukan perawatan dan intensitas kehadiran alutsista dan pengawak (operasional di batas laut, darat, dan udara).