Mengenal Remote Controlled Weapon Station Karya Anak Bangsa!

Model RCWS Pertama
Remote Controlled Weapon Station (RCWS) atau juga bisa disebut sebagai Sistem Kendali Senjata Jarak Jauh dalam bahasa Indonesia, merupakan sebuah sistem senjata yang di mana pengendaliannya dapat dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sebuah alat kendali atau remote, sistem senjata ini biasanya menggunakan kaliber persenjataan kecil hingga sedang, dan dapat ditempatkan di kendaraan tempur yang beroperasi di darat maupun di laut hingga digunakan untuk pertahanan pangkalan. RCWS didukung dengan kemampuan multi-fungsi serta ditunjang dengan tingkat akurasi yang tinggi, ditambah dengan pengendaliannya yang menggunakan alat kendali tembak atau Fire Control System (FCS), memungkinan operator senjata tersebut untuk mengeliminasi ancaman dari tempat yang terlindungi dan aman. Di Indonesia, sistem ini masih banyak dikembangkan oleh berbagai produsen lokal, dengan harapan dapat digunakan oleh TNI dalam menjalankan tugasnya.
Seminggu yang lalu, Lembaga KERIS berkesempatan berbincang dengan salah satu pengembang RCWS asal Indonesia yaitu seseorang yang berpengalaman dalam bidang Carbon Composite Fiber, serta ahli dalam bidang mekanik yang meliputi proyeksi gambar 2D & 3D, beliau adalah Ray Firmansyah. Om Ray (Begitu kami menyebutnya) mengatakan bahwa dia sudah beberapa kali terlibat dalam proyek pengembangan sejumlah hardware dan bekerjasama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Distlibangal). RCWS yang dikembangkannya saat ini pun, diproyeksikan dapat digunakan oleh TNI-AL di masa yang akan datang. Perbincangan kami dilakukan secara virtual, dalam sesi perbincangan kami, Om Ray berbagi kisah bagaimana dia membangun RCWS ini.
Ide awalnya adalah saat Om Ray berpikir bahwa prajurit butuh perlindungan lebih saat menjalankan tugas, yang akhirnya mendorongnya untuk mengembangkan atau memodifikasi sebuah sistem RCWS. Ide ini kemudian menarik minat dari TNI-AL yang akhirnya meminta Om Ray untuk mengembangkan sebuah RCWS yang nantinya akan diuji kelaikannya oleh Dislitbangal. Om Ray memulai semuanya dengan pendanaan dan desain yang dia gambar secara pribadi, meskipun turut mengakui bahwa dia banyak melirik referensi dari banyak pihak. Ia merasa bahwa apa yang dikerjakannya masih dalam tahap modifikasi bukan sebagai penemu, namun tidak semua ditiru, Om Ray menggaris bawahi bahwa untuk desain, remote control dan produksi dari sistem yang dikerjakannya tersebut adalah murni hasil buah tangannya.
RCWS yang dikembangkan Om Ray hingga saat ini belum memiliki nama resmi, sebab awalnya alat ini dikembangkan untuk TNI-AD, namun karena TNI-AL berminat akhirnya rencana awal dibatalkan, sehingga alat ini akhirnya dikembangkan untuk TNI-AL dan sempat dihadirkan dalam gelaran Indo Defence 2018. Karena perubahan rencana yang cepat tersebutlah yang akhirnya mengakibatkan belum adanya pemberian nama resmi untuk RCWS ini.
“Belum ada namanya, kejadiannnya sangat cepat dulu. Karena TNI-AL berminat dan akhirnya tidak jadi dengan TNI-AD, dan lantas diikutkan dalam Indo Defence 2018″‘ jelas Om Ray saat kami menanyakan nama resmi dari RCWS yang dikembangkannya.
Alat ini sudah menjalani uji fungsi dan uji gerak, meskipun saat ini untuk spesifikasi lengkap dan sertifikasinya belum ada karena masih butuh pengembangan yang lebih matang kedepannya. Untuk dapat mengembangkan lebih jauh lagi alat tersebut, maka Om Ray akhirnya mengajukan secara personal pengembangan sistem ini kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk selanjutnya akan diarahkan terkait arah riset dan pengembangannya.
Kami berbincang juga terkait persenjataan jenis apa yang dapat digunakan dalam sistem RCWS besutan Om Ray, manakala kami menerka bahwa platform tersebut dapat menggunakan senjata seperti M4 sesuai desain yang ada, ataupun senjata Assault Rifle jenis lain seperti varian SS besutan PT. Pindad. Om Ray lantas menjelaskan bahwa sejauh ini senjata yang digunakan dalam desain memang berjenis M4, namun dia juga mengatakan bahwa dalam pengajuannya kepada BRIN, calon user ataupun vendor lain yang ingin bergabung dalam pengembangan alat tersebut boleh mengajukan tiga paket persenjataan yang berbeda, yang pasti hanya berkategori senjata ringan dengan muatan dibawah 7Kg.
“Jadi untuk senjatanya, didesainnya memang untuk M4, cuma di BRIN saya mengajukan siapapun nanti calon customer, baik itu TNI-AD atau TNI AL atau siapapun ataupun ada perusahaan lain yang ingin Joint Venture dengan saya, boleh mengajukan tiga paket senjata ringan, pokoknya di bawah 7kg saja”‘ pungkas Om Ray.
Sejauh ini, kemampuan sistem RCWS yang masih dalam tahap pengembangan ini memiliki sudut elevasi hingga 45° dan dapat berputar sampai dengan 360°, menariknya satu platform RCWS tersebut, senjata yang dipasangkan dapat mencapai 6 senjata sekaligus, dan cukup dioperasikan oleh satu operator melalui satu remot kendali.

Remote Kendali
Untuk lamanya proses pengembangan jika mengacu sesuai dengan model awal, Om Ray mengatakan bahwa dia perlu waktu pengembangan selama kurang lebih 3 bulan, namun Om Ray juga menjelaskan bahwa dia belum bisa menghitung berapa lama proses pengembangan yang diperlukan apabila pada model selanjutnya terdapat spesifikasi-spesifikasi tambahan sesuai dengan kemauan dari calon user yang bersangkutan. Om Ray saat ini mengembangkan dua model RCWS yang berbeda, di mana model pertama sudah diserahkan ke pihak Dislitbangal untuk pengujian dan pengembangan lebih lanjut, sementara modal kedua saat ini masih mulai dikembangkan dan dimulai dari nol dengan modal dan pendanaan pribadi oleh Om Ray, karena belum adanya investor yang masuk.
RCWS model pertama yang saat ini sudah ada di Dislitbangal, dan telah menjalani serangkaian uji coba, yang di antaranya meliputi uji coba akselerasi, uji fungsi dan uji cuaca, walaupun Om Ray juga tidak menampik, bahwa proses daripada RCWS ini masih sangat panjang sebelum bener-benar dapat digunakan dalam alutsista-alutsista TNI-AL. Terkait masalah penempatan, Om Ray mengatakan bahwa dia berharap senjata hasil modifikasinya ini dapat dipasang selain di Tank untuk proteksi jarak dekat, alat ini juga bisa disematkan pada Combat Boat dan Helikopter. Lebih lanjut, alat ini juga memungkinkan untuk dijadikan semacam Sniper yang dapat dipasangkan di sebuah gedung untuk perlindungan VVIP dan akan dikembangkan dengan skema portable sehingga bisa dipindah-pindahkan penempatannya sesuai dengan kebutuhan pengamanan, ide ini saat ini masih dalam tahap perencanaan.
Harapan lainnya dari Om Ray adalah, apabila RCWS ini dapat digunakan oleh TNI-AD, maka dapat ditempatkan di area-area perbatasan, sehingga dia berpendapat pengamanan perbatasan bisa lebih optimal karena bisa beroperasi selama 24 jam penuh dalam kondisi cuaca apapun, dan operator yang mengendalikan remote atau bertugas sebagai eksekutor senjata dapat melakukan pengamanan secara bergantian dan tentunya berada di jarak yang lebih aman.
Terakhir, kami berbincang terkait tantangan dan kendala-kendala yang sejauh ini dialami dalam proses pengembangan senjata ini, Om Ray menuturkan di samping kebutuhan materi, dia juga berharap ada pihak-pihak lain yang dapat membantunya terutama yang memiliki keahlian pada bidang Software, Om Ray mengakui bahwa salah satu kekurangan dalam tahap pengembangan ini adalah minimnya SDM yang dimiliki, karena selama ini sejak tahun 2018, dia membangun semuanya secara mandiri. Om Ray menjelaskan lebih lanjut bahwa yang sangat dibutuhkannya saat ini adalah SDM dan tim yang solid serta expert dalam bidang Software, yang bisa membantunya untuk secara sukarela membangun RCWS dan menjadikannya lebih sempurna.
“Cuma untuk yang penting saat ini, selain uang adalah tim, yang memang mau support banyak hal” tutup Om Ray mengakhiri diskusi kami pada malam itu.