Membuat Tank Tempur Utama (MBT) Sendiri
Rencana pembelian 100 unit Leopard 2A6 oleh TNI-AD sempat menimbulkan pro kontra opini di media massa, baik dari kalangan legislatif yang sebagian purnawirawan TNI sendiri, maupun dari sejumlah pengamat-pengamat militer. Saling adu argumentasi cukup mewarnai suasana beberapa waktu lalu.
Dari sekian banyak argumentasi beserta dasar argumentasi yang ada, baik yang pro maupun yang kontra, saya tertarik kepada sebuah argumentasi dari pihak yang kontra pembelian tank Leopard 2A6 ini dengan dasar argumentasi untuk membuat tank sendiri daripada membeli dari luar.
I. Pemikiran yang cukup visioner, akan tetapi…..
Beberapa purnawirawan jendral yang duduk di legislatif dan beberapa pengamat militer berpendapat bahwa pembelian Leopard 2A6 adalah sia-sia, langkah yang tidak visioner dan bahkan dianggap tidak nasionalis. Mereka berpendapat bahwa PT Pindad sudah mampu untuk membuat medium tank. Berikut ini saya coba angkat pernyataan mereka:
Komisi I DPR sudah melihat prototipe tank tipe medium yang dipesan Presiden SBY kepada PT Pindad.Tank tipe medium buatan PT Pindad tersebut dinilai sangat sesuai dengan kebutuhan penguatan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) yang dibutuhkan TNI.
“Prototipe tank sudah jadi dan sudah jalan. Sudah dikunjungi oleh Komisi I. Hasilnya cocok, kenapa tidak dikembangkan. Produk anak bangsa murah dan cocok. Tinggal sekarang bilang Oke, buat yang banyak,”
Bahkan ada juga yang berpendapat seperti di bawah ini:
Jika pemerintah mau berhemat anggaran dan percaya terhadap hasil karya dalam negeri, tank amfibi BTR-50 dan PAL-AFV bisa dimodifikasi menjadi tank tempur jenis taktis untuk TNI Angkatan Darat (AD).”Hanya tinggal tambah meriam saja sudah jadi tank, karena rodanya sudah pakai rantai besi seperti tank. Kalau mau dimodif jadi main battle tank tinggal diperbesar ukurannya,”
Argumentasi yang cukup mirip juga ada:
“Pindad terbukti bisa bikin panser, kan tinggal ganti ban karet dengan rantai lalu ganti senapan mesin dengan meriam, kasih baja lebih tebal jadi sudah tank tempur,”
Hingga akhirnya, pemerintah pun dipertanyakan nasionalisme-nya dan dianggap tidak visioner:
Menurut dia, pembelian 100 unit Tank Leopard bekas milik Belanda tipe 2A6 senilai Rp12 triliun sebagai bukti bahwa pemerintah tidak percaya terhadap produksi negara sendiri.”Beranilah membuat peralatan perang kita sendiri, dana bisa dihemat,lapangan kerja menjadi luas,kemungkinan justru memperoleh uang dari pembuatan itu ada,peralatan yang kita peroleh masih baru,dan pastilah kita tidak kesulitan dalam perawatannya.
Semua itu hanya dapat terwujud jika pemerintah dan parlemen bisa mengagumi bangsanya sendiri,mempercayai bangsanya sendiri,meyakini kemampuan bangsanya sendiri, ,mau merubah kebiasaan manja mereka yang selama ini pengen yang siap pakai saja walau dengan harga mahal dan mengakibatkan kebangkrutan.”
Opini-opini yang kontra pembelian Leopard 2 di atas, bagi saya pribadi merupakan opini-opini yang sebenarnya bagus dan visioner, karena mengarahkan kepada kemandirian. Namun, saya pribadi melihat, opini-opini tersebut masih tergolong naif dan terkesan overconfidence, di sini saya melihat keberhasilan membuat panser Anoa oleh Pindad yang menjadi faktor overconfidence tersebut.
Oleh karena itu, dalam rangkaian catatan kecil ini, saya yang awam dan masih perlu banyak belajar, akan mencoba mengurai letak kesalahan berpikir dari opini-opini di atas, kondisi realitas yang ada serta mencoba memberikan pelurusan opini.
II.
Letak kesalahan berpikir, realitas dan pelurusan opini
Opini-opini yang berkembang dari pihak kontra pembelian MBT dengan dasar asumsi “membuat tank sendiri” dalam catatan sebelumnya, jika diteliti lebih dalam, membawa kepada 2 poin kesalahan berpikir sebagai berikut (sekaligus saya coba tunjukkan realitas yang ada dan pelurusan opini-nya):
(a).
Secara tidak langsung, menyamakan antara prototipe tank medium buatan Pindad, Armoured Personnel Carrier seperti Anoa, tank ringan AMX-13 dengan tank tempur utama seperti Leopard.
Kesalahan berpikir seperti ini harus segera diluruskan hal ini karena akan membawa kesalahan pemahaman bagi masyarakat awam.
Yang perlu diketahui, definisi Armoured Personnel Carrier (APC) adalah:
“A highly mobile full-tracked vehicle with light armor. Capable of amphibious travel, it can also be dropped into a target area. It is used primarily for moving personnel and their equipment during tactical operations, and can be modified, either by modifications during production or the use of special kits, making it suitable for use as a mortar carrier, command post, flame thrower, antiaircraft artillery chassis, or limited recovery vehicle.”
(Oxford Dictionary of The US Military)
“(DOD) A lightly armored, highly mobile, full-tracked vehicle, amphibious and air-droppable, used primarily for transporting personnel and their individual equipment during tactical operations. Production modifications or application of special kits permit use as a mortar carrier, command post, flame thrower, antiaircraft artillery chassis, or limited recovery vehicle. Also called APC.”
(US Defense Department Military Dictionary)
Inti kedua definisi di atas menunjukkan bahwa fungsi primer APC adalah sebagai pengangkut personel prajurit. APC ada yang beroda, ada juga yang menggunakan roda rantai, sehingga jangan sampai salah memahami bahwa semua kendaraan beroda rantai adalah tank. BTR-50 pun yang dipakai Korps Marinir dan menggunakan roda rantai juga termasuk ke dalam kategori APC ini.
BTR-50PM Korps Marinir (credit image: Mr Kuwadi Kuat)
Kemudian masalah medium tank, saya pribadi yang masih cukup awam belum mengetahui, prototipe medium seperti apa yang telah berhasil dibuat oleh Pindad seperti yang telah diutarakan salah seorang narasumber dari legislatif dalam catatan saya sebelumnya. Kalau yang dimaksudkan medium tank tersebut adalah memiliki karakteristik hampir mirip dengan AMX-13, tank yang kita miliki, maka menurut pengklasifikasian tank modern, masuk ke dalam kategori Light Tank.
Tank ringan AMX-13 di Aceh (credit image: audryhepburn)
Adapun definisi dan role dari Light Tank ini adalah:
A light tank is a tank variant initially designed for rapid movement, and now primarily employed in low-intensity conflict. Early light tanks were generally armed and armored similar to an armored car, but used tracks in order to provide better cross-country mobility.
The modern light tank supplements the Main battle tank in expeditionary roles and situations where all major threats have been neutralized and excess weight in armor and armament would only hinder mobility and cost more money to operate.
Kemudian mari coba kita lihat definisi tank tempur utama (main battle tank):
“A main battle tank (MBT), also known as a battle tank or universal tank, is a tank that fills the heavy direct fire role of many modern armies.”
(Wikipedia)
Dari ketiga definisi di atas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang cukup mencolok antara APC, light/medium tank dengan main battle tank dimana main battle tank memang digunakan sebagai pemukul, yang dapat melakukan direct fire kepada pihak musuh dalam sebuah pertempuran, sedangkan APC berfungsi untuk transport pasukan dan light/medium tank sebagai pelengkap dalam pergerakan MBT, selain ada juga yang digunakan sebagai reconnaisance vehicles.
Jadi, sangatlah tidak tepat mengeluarkan opini yang dapat membawa kepada kesalahan berpikir bahwa APC, light/medium tank dengan main battle tank itu sama.
(b). Membuat tank tempur utama (MBT) sesederhana membuat panser APC maupun tank ringan
Pernyataan-pernyataan seperti “Pindad terbukti bisa bikin panser, kan tinggal ganti ban karet dengan rantai lalu ganti senapan mesin dengan meriam, kasih baja lebih tebal jadi sudah tank tempur,” merupakan pernyataan yang dapat membuat orang awam salah memahami, bahwa membuat tank tempur utama itu sangat mudah, hanya dengan menambahkan bagian ini di sana, bagian itu di sini, dll. Namun, faktanya tidaklah demikian.
Coba mari kita simak bersama pernyataan Deputi Menristek Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, bapak Teguh Rahardjo berikut ini:
Jika mendapat pengetahuan memadai, Indonesia mampu mengembangkan sendiri tank canggih sekelas Leopard . Deputi Menristek Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Teguh Rahardjo, menyatakan, “Pembelian Leopard ini akan jadi kesempatan bagi peneliti untuk ikut belajar meningkatkan kemampuan.”
Dia katakan, Jumat, spesifikasi teknologi tank Leopard sangat canggih misalnya dari tingkat akurasi penembakannya. Sampai saat ini teknologi yang baru dikuasai Indonesia adalah jenis panser, belum jenis yang beroda rantai yang mampu melewati berbagai medan sangat berat.
Pihaknya, lanjut dia, siap membantu PT Pindad untuk mengkaji teknologi apa saja yang ada di dalam tank tersebut dan membantu mengembangkannya.
“Kalau ini jadi program alih teknologi yang akan dikembangkan secara nasional, kita akan targetkan 5-10 tahun kita sudah bisa kuasai, tapi tentu tergantung kesiapan industri persenjataan dan mesin juga,” katanya.
dan juga pernyataan KSAD, bapak Pramono Edhie Wibowo berikut:
Meski begitu, bukan berarti TNI tidak melirik produksi di Indonesia yakni produksi PT Pindad. Namun, PT Pindad masih melakukan pembaruan pada tank jenis AMX 13 dari segi teknologi tank untuk kelas biasa menjadi kelas sedang.
“Untuk tank berat kita belum mampu. Sehingga kita berharap ada peningkatan teknologi, andaikata kita memiliki yang berat dengan sarat TOT (perjanjian) bisa mentransfer (ilmu) sehingga bisa membuat sendiri,” katanya.
Inti dari pernyataan beliau berdua adalah pada kenyataan-nya, kita belum mempunyai pengetahuan tentang teknologi pada tank tempur utama (MBT) sehingga belum mampu membuatnya. Oleh karena itu pembelian MBT, dalam hal ini Leopard 2A6, dapat membantu proses “mendapatkan pengetahuan” ini.
Sekarang saya coba kupas sedikit teknologi yang ada dalam tank tempur utama Leopard 2A6:
-
Dari sisi proteksi armour, Leopard 2 menggunakan teknologi composite armour generasi ketiga, termasuk di dalamnya baja dengan tingkat kekerasan yang tinggi (high-hardness steel), tungsten dan plastic filler dengan komponen keramik. Leopard 2 juga memiliki penambahan penguatan di bagian depan dan di samping turret dengan modul lapis baja add-on yang terpasang eksternal. Leopard 2 juga dilengkapi “spall liner” yang berfungsi untuk mengurangi sejumlah fragmen dan menipiskan fragmen yang tajam ketika ada penetrasi peluru menembus lapis baja. Penguatan pada lapis baja menghasilkan perlindungan dari serangan berlais, peluru ber-energi kinetik dan “shaped charges”.
Berikut ini adalah tingkat proteksi lapis baja pada tank tempur utama Leopard 2A6:
Tingkat proteksi lapis baja pada tank tempur utama Leopard 2
Keterangan:
RHAe=Rolled Homogeneous Armor Equivalent: sebuah perbandingan ketebalan RHA dari tipe lapis baja terhadap penetrasi/penembusan misil/amunisi ke lapis baja.
-
Khusus untuk kasus Leopard 2A4 sekarang juga sudah ada yang diupgrade menggunakan teknologi Advanced Modular Armour Protection (AMAP) yang dibuat oleh perusahaan Jerman IBD Deisenroth Engineering. Sesuai dengan namanya, AMAP ini memiliki konsep modular. AMAP merupakan armor komposit generasi ke-4, memanfaatkan teknologi nano-keramik dan baja campuran modern. AMAP ini merupakan penerus teknologi Modular Expandable Armor System (MEXAS) yang juga dibuat oleh IBD Deisenroth Engineering.
Leopard 2A4 Evolution (IBD Deisenroth Engineering)
-
Dari sisi persenjataan yang dibawa (armament), menggunakan meriam smoothbore L/55 120mm buatan Rheinmetal sebagai persenjataan primer, ditambah dengan 2 senapan mesin (untuk Jerman menggunakan MG-3 7,62 mm, untuk Belanda menggunakan FN-MAG 7,62 mm) sebagai persenjataan sekunder. Persenjataan berupa meriam smoothbore L/55 120mm buatan Rheinmetal ini fully stabilized. Meriam ini dapat menembakkan amunisi sabot DM-33 APFSDS-T anti-tank (dapat menembus armour baja 560 mm pada jarak 2000 m) dan juga DM-12 Multi-porpose anti-tank projectile (MPAT) berbasis teknologi hulu ledak High Explosive Anti Tank (HEAT). Rheinmetal juga mampu melakukan pengembangan upgrade kepada Leopard 2 sehingga mampu menembakkan proyektil anti-tank Laser Homing Anti-Tank (LAHAT) yang dibuat Israeli Military Industries.
New Rheinmetall 120mm L55 Gun (Kampfpanzer Leopard 2)
-
Dari sisi teknologi Fire Control System (FCS), pada commander station memiliki periskop yang independen, PERI-R 17 A2 buatan Rheinmetall Defence Electronics dan Zeiss Optronik. PERI-R 17 A2 merupakan periskop panoramic yang distabilisasi untuk keperluan observasi dan identifikasi sasaran baik kondisi terang maupun gelap (siang atau malam hari), dengan sudut pandang ke segala arah, 360°. Citra gambar termal dari periskop ditampilkan dalam monitor.
Gyro-stabilized Panoramic Periscope PERI-R17 A2 (Carl Zeiss Optronics)
PERI-R17 A2 dapat juga digunakan untuk keperluan kendali penembakan sebagaimana dijadikan slave pada FCS tank. Citra gambar dari thermal sight seorang gunner, dapat ditransmisikan ke periskop PERI-R17 sehingga komandan tank dapat memindahkan video image dari gunner tersebut kepada monitor komandan. Hal ini memungkinkan baik komandan maupun gunner dapat mengakses medan yang sama dalam combat range.
Sekarang, mari kita coba kupas sedikit tentang teknologi yang ada pada Panser Anoa PINDAD:
-
Dari sisi proteksi, Anoa PINDAD menggunakan teknologi lapis baja Monocoque, STANAG 4569 level 3. STANAG 4569 atau lebih tepatnya disebut NATO AEP-55 STANAG 4569 adalah Perjanjian Standarisasi NATO (NATO Standardization Agreement), meliputi standar untuk “Tingkat Perlindungan Kendaraan Pengangkut Logistik dan Kendaraan Lapis Baja Ringan”. Berikut adalah detail proteksi untuk STANAG 4569 level 3:
Proteksi dari Energi Kinetik:
- 7.62 x 51 AP (tungsten carbide/WC core) pada jarak 30 meter dengan kecepatan 930 m/s
Proteksi dari granat dan ancaman ledakan ranjau (Mine Blast Threat):
8 kg (ledakan massif) ledakan ranjau anti-tank:
- 3a – tekanan ledakan ranjau yang mengenai lokasi di bawah setiap roda atau rantai kendaraan
- 3b – tekanan ledakan ranjau yang berada di bawah titik sentral kendaraan
-
Dari sisi persenjataan (armament), Anoa PINDAD dilengkapi persenjataan utama berupa senapan mesin dengan peluru kaliber 12,7 mm dan pelontar granat otomatis CIS 40 AGL (buatan ST Kinetics, Singapura).
Anoa PINDAD (Military-Today)
Terakhir, mari kita kupas teknologi yang ada pada tank ringan AMX-13:
-
Dari sisi proteksi, tank ringan AMX-13 memiliki lapis baja dengan ketebalan antara 10–40 mm (0.39–1.6 in). GIAT Industries telah mengembangkan berbagai paket add-on lapis baca (add-on armour packages) yang cocok untuk berbagai jenis tank ringan AMX-13 sama seperti pada rangkaian jenis APC M113 milik Amerika Serikat. Paket add-on untuk tank ringan AMX-13 berbobot di bawah 650 kg dan setiap unit dalam paket tersebut, tidak ada yang berbobot lebih dari 50 kg, memudahkan bagi kru tank ringan tersebut untuk memasang maupun melepas paket add-on tersebut.
Pada tank ringan AMX-13, paket add-on lapis baja dipasang pada turret bagian depan dan samping, dan pada hull di bagian nose dan plat glacis. Paket add-on lapis baja tersebut ketika dipasang akan memberikan perlindungan pada kedua daerah tersebut dari penetrasi proyektil 20mm Armour Piercing (AP) yang ditembakkan dari jarak 100m. Paket add-on lapis baja ini terbuat dari baja dengan tingkat kekerasan tinggi (high-hardness steel).
Dengan melihat paket add-on yang dibuat oleh GIAT Industries tersebut, kita bisa melihat bahwa tank ringan AMX-13 hanya mampu menahan proyektil 20mm AP saja, tidak bisa dibayangkan bagaimana hancur leburnya tank ini jika ditembus dengan proyektil yang memiliki penetrator berenergi kinetik, semisal Armour-Piercing Fin-Stabilized Discarding Sabot (APFSDS).
-
Dari sisi persenjataan (armament), tank ringan AMX-13 menggunakan meriam 75 mm (atau 90 mm atau 105 mm) dengan 32 amunisi sebagai persenjataan primer.Sedangkan untuk persenjataan sekunder berupa 7.5 mm (or 7.62 mm) coaxial Machine Gun, 7.62 mm AA MG (bersifat opsional) dan 2×2 smoke grenade dischargers.
Khusus untuk AMX-13 yang diupgrade menggunakan persenjataan primer meriam 105mm dengan tipe turret FL-15, dapat menembakkan amunisi APFSDS, HEAT-T, HE, smoke, illuminating, HEAT (versi latih) dan HE (versi latih).
Tank ringan AMX-13 milik TNI-AD yang telah diretrofit (: defense-studies.blogspot.com)
Dari perbandingan teknologi yang ada pada Anoa PINDAD, tank ringan AMX-13 dan tank tempur utama Leopard 2A6 di atas, mari kita bertanya pada diri kita, apakah teknologi pada tank tempur utama (MBT) sesederhana pada teknologi APC ataupun berteknologi sama dengan tank ringan seperti AMX-13?
Kemudian, dari sedikit ulasan teknologi yang ada pada tank Leopard 2A6 di atas, mari kita tanyakan pada kita semua bangsa Indonesia, apakah kita sudah memahami dan memiliki pengetahun tentang teknologi tersebut? Kalau kita belum memiliki pengetahuan dan memahami teknologi-nya, maka hal yang realistis yang bisa dilakukan adalah dengan mendatangkan tank Leopard 2A6-nya ke Indonesia. Dari situ baru kita akan memiliki kesempatan untuk mempelajari dan mendalami teknologinya.
III. Menuju pembuatan tank tempur utama (MBT) sendiri
Pada akhirnya, kita akan dapat memahami bahwa untuk membuat tank sendiri tidaklah semudah perkataan, “mengganti ban karet dengan rantai, menambah ketebalan lapis baja dan mengganti senapan mesin dengan meriam”.
Untuk lebih jelasnya, perkenankan-lah saya yang awam ini untuk memberikan gagasan konkrit menuju proses kemandirian membuat tank tempur utama (MBT) sendiri. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menuju pembuatan MBT sendiri:
-
Memiliki tank tempur utama-nya dan berupaya menemukan filosofi pembuatan
Menurut saya yang awam ini, memulai kemandirian membuat MBT sendiri tanpa kita pernah memiliki MBT-nya, mengoperasikan MBT-nya dan mengerti sistem dalam MBT-nya itu sendiri adalah sebuah hal yang mustahil. Hal ini ibarat kita membuat sesuatu berasal dari imajinasi belaka, tanpa memahami realitas yang ada.
Selain itu, dengan mempunyai MBT dan kita memiliki kemampuan mengoperasikan, tentunya akan dapat membantu untuk mendapatkan “filosofi” MBT yang akan kita buat jika memang perencanaan ke depan kita adalah membuat MBT sendiri. Filosofi pembuatan tank tempur utama terkait erat dengan faktor-faktor seperti kondisi topografi, kondisi demografi, faktor geo-politik, doktrin militer TNI, strategi dan taktik penggelaran, faktor ancaman, dan lain sebagainya. Negara-negara pembuat MBT di dunia pembuatannya di dasari atas filosofi ini.
Contoh pertama yang saya ambil adalah Israel. Filosofi MBT yang dibuat Israel terlihat jelas ada faktor demografi dan geo-politik yang sangat mempengaruhi. Hal ini karena jumlah penduduk Israel yang sedikit dibandingkan negara-negara sekitarnya, memberikan prioritas utama pada survivabilitas personil. Oleh karena survivabilitas awak tank menjadi prioritas utama, maka kompensasi yang harus dilakukan adalah proteksi lapis baja (armour protection)-nya terus ditingkatkan sehingga kita bisa melihat Merkava dari varian ke varian menjadi semakin berat dan kecepatan mobilitas sedikit berkurang.
Hard Kill: An Israeli Merkava Sporting Trophy in Testing (credit image: hashmonean.com)
Merkava IV with Trophy active protection system (wikipedia.org)
Selain itu, Merkava MKIV juga menggunakan sistem rantai caterpillar TSAWS (Track, Springs and Wheel System) buatan Israel Military Industries yang disebut “Mazkom”. Sistem ini dirancang khusus untuk bertahan lebih lama pada kondisi batuan basal yang keras di Lebanon dan Dataran Tinggi Golan dengan “track-shedding” minimal.
Merkava MK-4 tracks (credit image: idf-in-scale.com)
Contoh kedua adalah Korea Selatan. Korea Selatan menggunakan teknologi suspensi hydropneumatic canggih yang disebut “In-arm Suspension Unit (ISU)” pada tank tempur utama K2 Black Panther mereka. Penggunaan teknologi ISU ini didasarkan pada uji coba menyeluruh pada perbatasan Korea Utara dan Selatan yg merupakan daerah perbukitan, tidak banyak permukaan tanah yang datar.
Teknologi In-arm Suspension Unit (ISU) ini memungkinkan K2 Black Panther untuk “duduk”, “berdiri”, “berlutut” serta “bersandar” pada salah satu sisi atau sudut. “Duduk” memberikan kondisi lower profile dan memberikan superior handling di atas jalan. “Berdiri” memberikan K2 Black Panther ground clearance yang lebih tinggi pada medan yang kasar. “Berlutut” memberikan K2 Black Panther untuk memperbesar rentang sudut di mana laras meriam dapat dinaikkan maupun diturunkan, sehingga memungkinkan K2 Black Panther melakukan penembakan meriam dengan metode “hulldown position” dan juga menembak pesawat yang terbang rendah dengan lebih efektif.
Hulldown position yang menggunakan kontur alam untuk menyembunyikan hull dibalik bukit / tanjakan tapi tetap bisa menembak (wikimedia.org)
K2 Black Panther
Teknologi suspensi hydropneumatic yang memungkinkan tank dapat “duduk”, “berdiri” dan “berlutut” juga diterapkan oleh Jepang pada tank tempur utama TK-X atau yang dikenal sebagai Type 10 MBT. Hal ini karena Jepang memiliki daerah yang banyak pegunungan/perbukitan.
TK-X atau Type-10 MBT
TK-X atau Type-10 MBT
Poin inti yang ingin saya sampaikan di sini adalah untuk membuat dan mengembangkan MBT sendiri, kita perlu memiliki MBT-nya, mengerti cara pengoperasian-nya, dan sebagainya. Bersamaan dengan itu, kita lakukan riset menyeluruh terhadap performa MBT tersebut di medan Indonesia seperti apa. Dari situ akan ada evaluasi dari pengguna maupun peneliti sehingga kita mengetahui fitur-fitur apa saja yang kurang dan perlu ada, serta apakah fitur itu bisa ataukah mustahil untuk ditambahkan ke dalam MBT tersebut. Penelitian di lapangan secara menyeluruh ini tentunya akan ada feedback yang penting untuk menemukan filosofi pembuatan tank sendiri yang memang kita rencanakan jika kita memang serius akan membuat tank sendiri.
Semua proses terkait erat upaya menemukan filosofi “pembuatan tank sendiri” seperti yang saya jabarkan di atas, sangat penting, sehingga pada akhirnya kita dapat mengetahui fitur-fitur apa saja yang perlu ada pada tank kita, seperti misalnya apakah nanti kemudian akan kita tambahkan teknologi In-arm Suspension Unit (ISU)” seperti yang ada pada K2 Black Panther milik Korea Selatan atau Type-10 Jepang, sehingga tank yang kita buat nanti bisa “berdiri”, “duduk”, dan sebagainya, ataukah tank yang akan kita buat nanti malah seperti Merkava yang saya sebutkan di atas, atau mungkin ada hal seperti sensitivitas komponen elektronik terhadap iklim tropis di negara kita harus seperti apa, dan lain sebagainya.
-
Pemahaman terhadap faktor-faktor penting berkaitan dengan kapabilitas dan efektifitas sebuah MBT
Sebelum membahas lebih jauh tentang upaya membuat MBT sendiri, maka setidaknya perlu dipahami beberapa faktor penting terkait kapabilitas dan efektifitas sebuah MBT, secara garis besar ada 3 faktor, yaitu:
-
Mobilitas, yaitu kapabilitas/efektifitas MBT untuk bergerak sendiri atau dipindahkan dengan sarana transportasi (darat, laut maupun udara), serta kapabilitas/efektifitas pergerakan taktis MBT di daerah operasi (mengatasi halang rintang, halangan berupa sungai, dan lain sebagainya). Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah bobot dan ukuran.
Kasus ini terjadi pada MBT Jepang, dari Type-61 ke Type-74 kemudian Type-90 mengalami penambahan bobot yg signifikan : 35 ton, 38 ton dan 51 ton. Dan setelah dilakukan uji coba secara intensif, pulau- pulau selain Hokkaido tidak akan digunakan untuk penggelaran Type-90 karena selain bobot Type-90 terlalu berat, ukuran Type-90 yang besar akan susah untuk dioperasikan didaerah padat penduduk di pulau-pulau selatan.
Untuk mengatasi hal ini Jepang kemudian membuat Type-10 dengan bobot 44 ton sebagai komplimen dari Type-90. Type ini yg akan ditempatkan di pulau-pulau Selatan.
-
Proteksi, yaitu kemampuan tank untuk menghindar dari serangan musuh dan menahan tembakan musuh. Batas yg diinginkan adalah sesudah pertempuran sedapat-dapatnya MBT bisa kembali ke pangkalan, meskipun cuma awaknya.
Dalam hal proteksi, pada masa sekarang tidak bisa mengandalkan ketebalan baja saja. Munisi anti tank modern sudah ada yang bisa menembus sampai 1200mm RHAe. Dengan melihat kenyataan ini, tentu akan sangat tebal kalau hanya mengandalkan baja saja.
Oleh karena itu, sekarang produsen tank mengembangkan teknologi yang disebut armor komposit, yaitu gabungan dari lembaran-lembaran baja, keramik, silika, carbon fibre, plastik, aluminium alloy, karet, gel dan lain-lain yang kemudian di-press (sandwiched) menjadi satu. Untuk ketebalan/berat yang sama daya tahannya jauh lebih baik dari baja saja.
Permasalahan yang timbul kemudian, teknologi armor komposit merupakan sesuatu yang sangat rahasia. Di seluruh dunia pabrik armor komposit jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Dan diperlukan penelitian dan pengembangan bertahun-tahun dan dana yang cukup besar untuk mendapatkan komposisi armor komposit yang tepat. Dan tidak akan ada satupun negara di dunia yang mau berbagi rahasia armor komposit buatan mereka. Berikut ini daftar beberapa teknologi armor komposit yang ada di dunia:
-
Chobham armour, armor komposit yang dikembangkan oleh British tank research centre di Chobham Common, Surrey, Inggris;
-
Kanchan Armour, armor komposit yang dikembangkan oleh Defence Metallurgical Research Laboratory (DMRL), Kanchan Bagh, Hyderabad, Andhra Pradesh, India;
-
Modular Expandable Armor System (MEXAS), armor komposit yang dikembangkan oleh IBD Deisenroth Engineering, Jerman;
-
Advanced Modular Armor Protection (AMAP), konsep modular armor komposit yang juga dikembangkan oleh IBD Deisenroth Engineering, Jerman;
-
dan lain sebagainya.
Selain itu, masih banyak bentuk proteksi yang lain semisal Kontakt-5 Explosive Reactive Armour (ERA), Shtora Active Protection System (APS), ARENA APS, dan lain sebagainya. Tujuan dari adanya teknologi-teknologi proteksi ini, semata-mata adalah survivavibilitas, sesudah pertempuran sedapat-dapatnya MBT bisa kembali ke pangkalan, meskipun cuma awaknya.
-
Daya hancur (firepower), yaitu kemampuan MBT untuk mengidentifikasi dan menghancurkan lawan.
Firepower ini melibatkan banyak teknologi tinggi seperti Mekanisme Meriam, Pertimbangan balistik, Turret/Gun stabilization, Loading System, Sighting/Targeting System, lluminating and night vision systems, Fire Control Systems, dan lain sebagainya, termasuk di dalamnya meriam-nya sendiri.
Pada masa sekarang, kemampuan menembakkan munisi berenergi kinetik mutlak diperlukan. Dan untuk keperluan ini, meriam 120mm Rheinmetall adalah yang paling populer. Untuk kaliber yang agak kecil, semisal kaliber 105mm, CT-CV Weapon System 105mm buatan CMI Defence Belgia adalah sistem yang tangguh, atau munisi kinetik kanon 105mm Improved Weapon System (IWS) buatan Royal Ordnance-BAE Systems diklaim mempunyai performance penetration yang sebanding dengan munisi kinetik meriam smoothbore 120mm, dan lain sebagainya.
-
Beberapa hal terkait proses RnD dan infrastruktur penunjang kemandirian membuat tank tempur utama
Hal yang perlu dipahami terkait untuk membuat MBT sendiri, tidak harus selalu dimulai nol. Sebab memulai membuat dari nol kita akan memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun jika melihat kondisi realitas bahwa banyak teknologi pada MBT yang belum kita kuasai.
Negara-negara produsen MBT selain negara-negara veteran perang dunia ke-2, membuat MBT mereka tidak dari nol, melainkan melaluii proses license-built atau melalui proses reverse engineering. Misalnya, India bisa membuat MBT Arjun setelah bertahun-tahun melisensi Vijayanta (berdasar lisensi Vickers Mk.1 Inggris) dan mengoperasikan T-54/55. Afrika Selatan membangun MBT Olifant berdasarkan desain Centurion Inggris. Iran bisa buat MBT Zulfiqar karena mereka Reverse Engineering dari M60 Patton (Amerika Serikat) dan Chieftain (Inggris).
Jalan yang ditempuh beberapa negara ini bisa kita ikuti dengan urutan seperti yang saya sebutkan pada bagian akhir poin I di atas, dengan catatan kita telah memiliki MBT dan mengoperasikannya. Jadi kita tidak harus memulai membuat MBT sendiri dari nol.
Melakukan RnD terhadap teknologi-teknologi yang ada pada MBT walaupun tidak dimulai dari nol, tetap diperlukan banyak infrastruktur-infrastruktur pendukung dan keperluan dana yang besar. Infrastruktur-infrastruktur pendukung bisa merupakan pusat-pusat riset negara, ataupun mengikutkan riset di dalam kampus, ataupun juga bagian RnD dalam sebuah perusahaan tertentu yang turut andil ambil bagian menyuplai komponen-komponen MBT, ataupun juga peralatan-peralatan yang mendukung proses RnD dan manufaktur.
Sebagai gambaran, saya coba berikan beberapa perusahaan yang turut serta menyuplai komponen MBT Leopard 2 buatan Krauss-Maffei Wegmann (KMW) berikut ini:
-
MSE Weibull – Intelligent Modular Training and Simulation Hardware
-
Honeywell-LMB – Fans and Motors for Aerospace and Defence Applications
-
ASTRUM – Track Solutions
-
GMT – Anti-Vibration Mounting Specialists, Suppliers of Rubber-to-Metal Bonded Products and Moulded Rubber Components, GMT Rubber-Metal-Technic Ltd.
-
Kidde Aerospace & Defense – Automatic Fire Extinguishing Systems for Armored Vehicles
-
Diehl Remscheid – Armoured Vehicle Tracks
-
ISO Group – Spare Parts, Components and Logistics for Military Vehicles and Land Equipment
-
Kappa optronics GmbH – Day and Night Sight Systems, Barrel Inspection, Marksmen Training and X-Ray Detection
-
Behr Industry – Cooling and Air-Conditioning Systems
Infrastruktur-infrastruktur seperti ini perlu ada di dalam proses kemandirian membuat MBT sendiri. Walaupun di dalam membuat MBT sendiri, tidak harus semua komponen disupplai dari dalam negeri, semisal pada kasus MBT K2 Black Panther, yang menggunakan meriam smoothbore 120mm L55 buatan Rheinmetall, tapi setidaknya beberapa industri dalam negeri ada yang menopang manufaktur komponen-komponen MBT-nya.
Jikalau dalam realitasnya untuk mencapai proses pembangunan banyak infrastruktur terlalu memberatkan bagi keuangan negara, solusinya menurut saya yang awam ini, kita perlu mendirikan beberapa perusahaan-perusahaan yang mampu menyediakan komponen untuk keperluan upgrade MBT yang kita miliki. Dalam hal ini kita bisa mencontoh Turki, di mana mereka perusahaan mereka, Aselsan, mampu melakukan upgrade (penambahan AMAP, upgrade optik dan FCS) pada Leopard 2A4 mereka sehingga menjadi Leopard 2NG (Next Generation).
Kemampuan melakukan upgrade pada MBT sendiri di-mana proses upgrade bisa dilakukan industri dalam negeri, merupakan sebuah tingkatan langkah yang cukup bagus dalam upaya kemandirian membuat MBT sendiri. Apalagi jika dikaitkan dengan poin I di atas masalah penambahan fitur apa saja yang perlu ada pada MBT yang kita miliki, kemudian industri dalam negeri kita mampu melakukan upgrade penambahan fitur tersebut, ini langkah yang cukup revolusioner menurut saya yang awam ini.
Jikalau kita ambil kesimpulan dari semua proses membuat MBT sendiri, setidaknya dapat ditarik beberapa poin garis besar, yaitu:
-
Keseriusan melakukan penelitian dan pengembangan (RnD), dimulai dari penelitian menyeluruh di lapangan secara bersama-sama antara pengguna dan peneliti terhadap performa MBT di wilayah Indonesia.
-
Keseriusan di dalam upaya melakukan pemahaman teknologi dan terobosan teknologi.
-
Keseriusan mempersiapkan segala peralatan dan infrastruktur pendukung, baik untuk mendukung RnD atau pun proses manufaktur komponen MBT
-
Adanya roadmap yang jelas arah pembangunan MBT sendiri semisal bagaimana tahapan-tahapan yang perlu dilakukan di dalam proses menuju kemandirian membuat MBT sendiri. Terkait poin ini, saya lebih sepakat mengambil seperti cara Turki di atas, memiliki kemampuan mengupgrade MBT itu diperlukan.
-
Kemauan politis (political will) dan kebijakan pemerintah yang mendukung keseriusan-keseriusan ini, ini kunci yang paling utama.
-
Melakukan Transfer of Technology pembuatan munisi sebagai target jangka pendek dari proses kemandirian membuat tank tempur utama.
Yang tidak kalah pentingnya terkait kemandirian membuat MBT sendiri, adalah kemandirian membuat munisi sendiri, dalam hal ini munisi kaliber besar untuk MBT. Kebutuhan logistik berupa munisi kaliber besar bisa dikatakan sebagai kebutuhan primer bagi tank tempur utama. Hal ini karena munisi kaliber besar erat kaitannya daya hancur yang dimiliki MBT, yang merupakan salah satu komponen kapabilitas dan efektifitas yang perlu ada pada MBT. Seperti sebuah pepatah bilang, a tank without ammunition is a 50-tonnes portable radio.
Selain itu, karena kita belum memiliki kemampuan untuk membuatnya sendiri maka setiap pengadaan harus impor dari luar negeri. Katakanlah kita telah memiliki seratus unit MBT, kalau tiap pengadaan logistik munisi kaliber besar ini masih harus selalu impor dari sebuah vendor tertentu, tidak menutup kemungkinan untuk pengadaan berikutnya akan ditentang, karena masih terus impor. Belum lagi jika suatu saat terjadi kasus embargo dari vendor.
Dalam kaitannya berupaya membuat munisi kaliber besar sendiri, kita bisa melakukan kerja sama yang memungkinkan vendor melakukan transfer teknologi munisi kaliber besar kepada kita. Tentunya harus didukung kemauan politik yang kuat dan kebijakan pemerintah yang baik juga. Sehingga memiliki kemampuan membuat munisi kaliber besar bagi MBT adalah sebuah keharusan.
Modern 120 mm tank gun shells (credit image: Israeli Military Industries)
Akhir kata, mohon koreksi kalau-kalau ada salah pemahaman pada diri saya yang tertulis pada opini ini, semoga bisa menjadi sarana sharing ilmu dan wawasan yang sama-sama membawa manfaat.
Referensi:
- http://nasional.inilah.com/read/detail/1818200/prototipe-tank-medium-pindad-sudah-laik-produksi
- http://nasional.inilah.com/read/detail/1818048/tank-amfibi-pindad-pal-bisa-jadi-tank-tempur
- http://nasional.inilah.com/read/detail/1817953/bisa-buat-pesawat-pasti-bisa-produksi-tank
- http://nasional.inilah.com/read/detail/1818077/nasionalisme-pemerintah-dipertanyakan
- http://hankam.kompasiana.com/2012/01/19/rencana-pembelian-leopard-dan-pemikiran-pemerintah-yang-tidak-visioner
- http://www.antaranews.com/berita/293677/indonesia-mampu-kembangkan-tank-sekelas-leopard
- http://nasional.inilah.com/read/detail/1820327/ksad-pt-pindad-belum-mampu-produksi-tank-berat
- http://en.wikipedia.org/wiki/Leopard_2
- http://en.wikipedia.org/wiki/Rheinmetall_120_mm_gun
- http://www.army-technology.com/projects/leopard
- http://www.ibd-deisenroth-engineering.de/leopard-2a4-evolution.html
- http://www.zeiss.de/c1257088004a3f3c/embedtitelintern/53_0110_e_peri_r17a2/$file/53_0110_e_peri_r17a2.pdf
- http://www.fprado.com/armorsite/leo2.htm
- http://en.wikipedia.org/wiki/Anoa_%28Armoured_Personnel_Carrier%29
- http://en.wikipedia.org/wiki/STANAG_4569
- http://en.wikipedia.org/wiki/Light_tank
- http://en.wikipedia.org/wiki/AMX-13
- http://www.army-guide.com/eng/product1390.html
- http://en.wikipedia.org/wiki/Merkava
- http://hashmonean.com/?s=trophy
- http://idf-in-scale.com/forum/phpBB3/viewtopic.php?f=3&t=472
- http://en.wikipedia.org/wiki/K2_Black_Panther
- http://armour.ws/k2-main-battle-tank-mbt
- http://www.military-today.com/tanks/tk_x.htm
- http://www.globalsecurity.org/military/world/india/vijayanta.htm
- http://en.wikipedia.org/wiki/Centurion_tank
- http://www.61mech.org.za/equipment/1-olifant-mk-1a
- http://www.tanknutdave.com/component/content/article/78
- http://en.wikipedia.org/wiki/Composite_armour
- http://en.wikipedia.org/wiki/Chobham_armour
- http://en.wikipedia.org/wiki/Kanchan_armour
- http://www.ibd-deisenroth-engineering.de/mexas.html
- http://www.ibd-deisenroth-engineering.de/amap.html
- http://www.army-technology.com/projects/leopard
http://www.army-guide.com/eng/product.php?prodID=4576
salam persahabatan
Membaca ulasan teknologi MBT memang komplek. Mantap Mas tulisannya.
Terima Kasih
monggo mas 🙂 kalau mau diskusi juga dipersilahkan
secara kemampuan, memang Indonesia belum sanggup untuk membangun MBT yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia. namun apa daya saat ini para politikus sedang mencari peluang untuk mendapatkan posisi yang lebih baik dihadapan konstituennya. disinformasi yang diberikan oleh politikus yang merupakan purnawirawan ditujukan untuk membentuk opini yang salah terhadap TNI dan Pemerintah.
namun itu semua hanya kesimpulan yang dibuat oleh orang awam seperti saya ini…
anyway… good article,
jadi nambah pengetahuan…
terima kasih
saya sepakat mas dengan sudut pandang anda 🙂 ya jadi lahan politis
MBT jelas sangat berbeda dari tank amfibi atau tank medium/ringan…..
MBT memiliki daya gempur yang kuat dan daya tembak jauh dan akurat….
saya selaku rakyat awam, setuju rasa nasinalime diterapkan bangsa ini, contoh produk dam negri, khususnya peralatan militer kita, tapi kapan pt.pindad kita bisa membuat tank berat sekalas tang leopard, menurut pemikiran saya ngak gampang bertahun-tahun, tolong lah DPR kita jangan sok TNI, sok tau strategi tempur, DPR itu orang Politik, koookk…, bicara bergaya TNI, apalagi anggota DPR dari PDI Perjuangan, bahasanya mau menggagalkan pembelian tang Leopard, ingat waktu DPR dari PDI Perjuangan gento-gentolnya mencabut infor beras, alasannya bela pak tani, kaum buruh nggak dibela, kaya buruh angkut,kaki lima, sopir,tukang becak,ojek dsbnya, hitung doooong.., banyak pak tani atau kaum buruh? jelas banyak kaum buruh, kaum buruh butuh makan(beras) bukan butuh jabatan (DPR), PDIP koreksi diri dua pereode capres Bu Mega gagal, mungking kaum buruh tidak dibela, ini tangk Leopard lagi, ingat anggata DPR, tank Berat Malaisia sudah diperbatasan, kita ribut soal tank MBT, nanti keburu diserang, yeeess..bravo TNI, jayalah Indonesiaku.
betul mas, memang kadang geram juga ya melihat komentar anggota DPR, tapi semua harus kita sikapi dengan bijak, kritis tanpa melebihi kaidah2 kewajaran, usahakan kritik kita tetap sopan dan berdasar ilmiah
Yang penting bagaimana mendapatkan Transfer of Technology dan offset lainnya dari Jerman dan/atau KMW. Hanya saja kelihatannya agak sulit mendapatkan ToT penuh karena yang kita beli kan tank bekas pakai, beda daya saingnya bila beli yang baru.
Namun demikian tetap semangat, semoga PT Pindad juga bisa memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini.
betul pak novan, saya setuju, mungkin yang bisa diupayakan adalah ToT Amunisi, Spare Part, dan untuk bengpuspalad cara pemeliharaan dan perawatannya
yang menjadi kunci pokok dari TOT ( Transfer OF Technology ) adalah kesiapan BUMN dalam negri sebagai pelaksana dan Pemerintah dari segi dana, untuk saat ini sangat sulit jika pindad akan melakukan TOT secara keseluruhan, kita tahu jika ANOA saja bukan barang yang 100 persen buatan pindad, dari mesin hingga al yang fital seperti body saja masih import…
dalam hal TOT dan kemudian membangun MBT nasional ini dibutuhkan dukungan penuh dari berbagai lembaga atau BUMN pendukung dan pemerintah secara penuh, semisal PT KS (Krakatau steal) , PT DAHANA , dan BUMN2 terkait lainya sebagai pemasok bahan Baku yang dibutuhkan.
begitu juga pemerintah dan lembaga legeselatif negara ( DPR ), jugamemiliki peran yang sangat penting yaitu pendanaan, karena tidak bisa dipungkiri untuk riset dan pengembangan teknologi kita kurang dan dibandingkan dengan negara tetangga yang selangkah lebih maju dengan kita dalam hal kemandirian, jelas kita tertinggal
padahal kita tahu untuk membuat body MBT bukan perkara mudah dan dibutuhkan riset yg lama, belum lagi masalah piranti elektronik pendukung Fire control sistem dan lain-lain
terkadang yang membuat kecewa ketika bapak2 dan ibu2 yang kita tunjuk sebagai anggota dewan begitu menyepelekan hal tersebut dengan begitu mudahnya berkata membuat MBT itu gampang,dan menyerukan agar semuanya dibuat didalam negri, tapi begitu sulitnya memberikan biaya untuk riset dan sebagainya .
dalam kesepakatan dengan jerman untuk 100 Leopard 2 kali ini, TOT munisi,spert part dan perawatan menurut saya yang paling memungkinkan dan dapat dipenuhi pindad untuk saat ini. dimana pindad juga akan mendapatkan ilmu dalam hal sperpart dan bagaimana membuat MBT Nasional kelak dikemudian hari
terima kasih .. wassalamualakum wr wb
kupasan yang menarik dan mendalam, NKRI perlu di jaga itu harga mati,tp MTB pa memang perlu ga??teruz knp belinya dr eropa barat tar kna embargo lg deh knp ga beli dr rusia or china gan??
Nasionalisme tetep nomor 1 ini untuk menjaga kedaulatan NKRI , pengadaan Alutsissta tank leopard dari jerman oleh Pemerintah semoga mendapat persetujuan DPR karena sifatnya mendesak . itu harus segera terealisasi mengingat alutsissta yang kita miliki sangatlah ketinggalan jauh dengan negara negara tetangga. Memang indonesia perlu berbenah diri di masing masing bidang tetapi aspek keamanan suatu negara untuk menjaga kedaulatan NKRI perlu mendapat perhatian khusus, seperti pengadaan MBT dari jerman dan juga pembelian tank tersebut harus disertakan pula TOT agar Indonesia ke depan bisa mengembangkan sendiri sehingga nantinya Alutsista TNI tidak tidak tergantung dari negara produsen yang kita pikirkan dampak ke depan tentang suku cadang dari pembelian alutsista. sebagai contoh pemerintah dalam pengadaan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon pernah di embargo suku cadangnya. berapa rupiah uang rakyat yang mubadir karena dari 1 skuadron F-16 banyak yang digroundedkan/dikandangkan gara gara suku cadang sehingga pesawat kebanggaan saat itu gak bisa terbang. Itu pengalaman pahit sejarah pesawat F- 16 walaupun di tahun 2009 amerika sudah menghapuskan embargo militer untuk Indonesia, disamping itu penggunaan tank scorpion dari inggris dalam operasi militer di aceh dalam menumpas GAM inggris melarang penggunaan tank tersebut. sangat ironis suatu negara NKRI untuk menjaga Kedaulatan NKRI penggunaan alutsista negara lain melarang penggunaannya dengan alasan pelanggaran HAM apakah kedepan Indonesia akan mengalami lagi seperti tahun kemarin???? Kami sangat sangat sangat setuju pemerintah akan meningkatkan anggaran militer untuk pembelian alutsista yang lebih banyak dan canggih mengingat negara indonesia adalah negara kepulauan yg 2/3 berupa lautan perlu anggkatan perang yang tangguh dengan peralatan militer yang lebih canggih. Pembelian ataupun dalam bentuk hibah pesawat tempur F-16 yang didatangkan nantinya dari amerika adalah bentuk peningkatan alutsista baik dari segi kwantitas ataupun kwalitas tapi perlu diingat mungkin pula embargo suku cadang untuk pesawat F-16 akan terulang kembali. dan bagaimana kelanjutannya kedepan setelah datangnya pesawat F16 bekas amerika…memang amerika memberikan angin segar kepada indonesia mengenai embargo yang telah dicabutnya untuk militer indonesia karena dirasa saat ini amerika masih diuntungkan beasar dalam bermitra dengan indonesia tapi suatu saat amerika bila hubungan negara dengan indonesia tidak menguntungkan lagi ……..????? mungkin bisa berdalih seribu macam alasan dalam meng “embargo ” suku cadang F16 nantinya. semoga dari sejarah F-16 itu bisa dijadikan tolok ukur dalam pengadaannya sebagai alutsista TNI. Indonesia di era 60’an pernah menjadi macan asia dengan bermitra dengan “sovyet” dengan mendatangkan pesawat pembom, kapal penjelajah KRI Irian karena tekhnologi alutsista sovyet sangat canggih dari negara barat tanpa alutsista dari sovyet mungkin irian tidak bisa kita rebut dari anjing Belanda karena irian barat adalah adalah wilayah NKRI yang syah menurut dari isi perjanjian KMB di netherland tahun 1949 tetapi belanda masih mengulur ulur penyerahan irian barat kepada indonesia. sehingga sukarna mengumandangkan operasi “Trokora” sehingga irin barat dapat kita rebut kembali kepangkuan Ibu Pertiwi. Jayalah negeriku..Jayalah Bangsaku Indonesia.. di dada kami masih tertanam patriotisme Indonesiaku… “Jales Jeva Jayamahe…”
setuju mas, semoga berita mengenai Pindad yang akan membuat tank medium 20Ton segera terwujud, sehingga walaupun mungkin masih belum bisa sempurnya, tapi niat untuk kemandirian wajib kita apresiasi, semoga sebelum 2014 propotipe sudah bisa diliat khalayak..
semoga indonesia jaya
Direktur Pindad sudah komen, klo buat Tank berat seperti leopard Pindad msih blm bsa. Bisanya cuman tank ringan saja. Makanya sekarang berbuat cerdas saja. Beli leopard buat dibedah terus dibikin sendiri. klo blm tau jgn pada komen.
Buat tank bnyak2
Ulasan yang bagus dan detail
Memang kuncinya adalah penguasaan tehnologi