Melirik China Sebagai “The New Baby Super Power”
Pada masa perang dingin, Amerika Serikat dan Uni Soviet pernah menjadi dua buah polar kuat dan diakui sebagai Negara Super Power. Amerika Serikat dianggap Super Power dinilai dari aspek kekuatan ekonomi, GDP per kapita, kekuatan militer, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pengaruhnya terhadap dunia. Demikian pula dengan Uni Soviet pada saat itu, memiliki kekuatan militer yang sebanding dengan Amerika Serikat disertai mampu memiliki pengaruh yang kuat terhadap Negara-negara yang saat itu kita sebut dengan “blok timur”. Waktu bergulir, sehingga Amerika Serikat muncul sebagai pemenang “perang dingin” dengan ditandai oleh runtuhnya Uni Soviet diakhir abad ke 20. Siapa pun pemenangnya adalah gambaran positip bagi dunia karena “cold war” walaupun jarang disertai oleh peperangan secara konvensional, namun dunia tetap tidak nyaman hidup dengan sebuah kata “perang”.
Kemudian, setelah runtuhnya Uni Soviet, maka tersebutlah beberapa Negara yang diprediksi akan mampu menandingi Amerika Serikat sebagai “The New Baby Super Power” antara lain: India, Jepang, German dan China. Sehingga pada awal abad ke 21 ini, China telah mulai “unjuk gigi” untuk tampil dalam pentas dunia.
Berhasil melewati masa kelamnya, saat ini China telah membuat impian menjadi kenyataan ketika mereka berhasil memperluas pengaruhnya di berbagai belahan dunia internasional. Sedikit kilas balik pada zaman perang dunia I dan II, dimana German dan Jepang memimpin dunia dengan memperluas hegemoni yang berujung pada kekerasan dan peperangan walaupun pada akhirnya harus tunduk pada kekalahan di tangan tentara Sekutu pada paruh abad ke 20. Dan, saat ini yang kita lihat adalah China ingin tampil ke pentas nomer satu dunia dengan sedikit resiko terhadap perang, belajar dari kegagalan Jepang dan German saat itu, walaupun China tetap memperkuat armada militernya sebagai efek getar yang mengiringi keberhasilan mereka nantinya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pengaruh yang luas terhadap sektor sosial dengan adanya acara-acara televisi maupun artikel-artikel tentang China yang kian merebak dan secara dramatis mempengaruhi kesadaran popular masyarakat dunia. Barang-barang buatan China telah membanjiri perdagangan global memangkas harga-harga konsumen yang fenomenal dengan “harga China” dan membawa pengaruh yang kurang menguntungkan bagi Negara-negara produsen barang “branded” karena China telah mampu menghadirkan barang-barang berkualitas serupa namun dengan harga yang murah. Sedangkan bagi Negara-negara Asia timur yang selama ini selalu tertutup oleh perdagangan merek eropa pun mampu bangkit dengan terciptanya pasar baru di dalam negeri dengan produk-produk mereka sendiri.
Keajaiban China sukses menggapai mimpi disebabkan karena mereka berhasil membuat sebuah perubahan kolosal dari sebuah system lama kearah system ekonomi pasar. Cara-cara yang dilakukan pun bertahap namun berkomitmen dengan mengadopsi sebuah teori “Deng’s Theory”,”crossing the river by feeling the stones”. Anggaplah sebuah sungai dangkal yang dapat diseberangi tanpa sampan maupun jembatan, arusnya tidak deras dan dangkal semata kaki. Perjalan menuju sisi sungai yang lain dilakukan dengan sangat hati-hati dengan merasakan selangkah demi selangkah pada pijakkan batu yang kokoh agar tidak terjatuh dan terpeleset. Reformasi yang patut dicontoh karena komitmen untuk sebuah perubahan benar-benar dilakukan seluruh lapisan masyarakat mulai dari kalangan elit hingga tukang sapu jalanan. Rela diatur dengan ketepatan usaha, dispilin, memiliki tahapan yang benar, akurasi waktu dan skala yang terukur di segala bidang.
Salah satu jawaban yang lain dari keberhasilan China menggapai mimpi adalah pembenahan terhadap politik hubungan luar negeri. Jika dibandingkan dengan Uni Soviet pada saat itu sebagai Negara yang sama-sama ber-basis pada komunis, ternyata China telah meng-amini prinsip-prinsip dasar yang dibuat oleh Deng Xiaoping,”Berpegang teguh pada haluan dasar selama seratus tahun tanpa keraguan”. Dimana Deng memastikan agar China memelihara lingkungan eksternal dengan damai dan bebas masalah demi terkonsentrasi terhadap segala upaya dan sumber daya dalam pembangunan ekonominya. Pada tahun 1970an, ketika Uni Soviet memutuskan menjadi musuh Amerika Serikat, sebaliknya China justru memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat; 1978, ketika China mengupayakan integerasi dan interdependensi, sedangkan Uni Soviet sebaliknya; bahkan China tetap bersabar menunggu hingga tahun 2001 (15 tahun) untuk dapat diterima dunia dalam organisasi perdagangan dunia (WTO). Ketika Uni Soviet terus “adu jotos” dengan Amerika Serikat, China justru semakin menjadi kawan baik bagi seluruh warga dunia (Jaques Martin, 2011:387).
Contoh keberhasilan teori “crossing the river by feeling the stones” adalah selama kurun waktu tahun 1980 – 1990 China memutuskan untuk mengurangi anggaran belanja militernya menjadi 1,4 persen dimana sebelumnya (1950 – 1980) China menganggarkan 6,35 persen. China adalah sebuah contoh “macan yang telah bangun dari tidur panjang”, karena mereka rela mengalahkan ego demi sebuah strategi panjang untuk masa depan bangsanya. 1970 hingga 2013, adalah 43 tahun dalam strategi sebuah Negara mencapai tujuan nasional, sehingga bagi negara sekaliber China pun tidak ada yang “instan”.
“Mengamati perkembangan dengan cermat, mempertahankan posisi kita, menghadapi tantangan dengan tenang, menyembunyikan kemampuan kita dan menunggu, selalu bebas dari ambisi, dan jangan pernah menginginkan pimpinan”. – Deng Xiaoping- (Jaques Martin, 2011:386)
Bagi China, mereka punya Sumber Daya Manusia, mereka punya Sumber Daya Alam dan mereka punya KEMAUAN dan KOMITMEN.
Ref:
A.Jaques Martin (2011). When China Rules The World. Jakarta: Kompas Media. 386-387.
B.Yao Shujie (2007). CAN CHINA REALLY BECOME THE NEXT SUPERPOWER?. UK: China Policy Institute.
Axl Shinto: mereka punya Kemauan dan komitmen bersama, disini jangankan kemauan.. tiap pengambil kebijakan aja pasti sudah berhadapan dengan ego kelompok mas..
Sunday at 8:11pm · Unlike · 1
T Hambrata Azmir: coba baca quote dari deng xiaoping pd artikel tsb mas….”tidak meminta pimpinan”…jd secara tidak disadari kita semua termasuk belum berkomitmen…karena kita masih dalam golongan yang suka mencerca kebijakan pimpinan… termasuk saya…
Sunday at 8:13pm · Like · 1
Axl Shinto: mungkin mas brata selalu dihadapkan dgn tradisi kebijakan pimpinan blm tentu salah, tetapi bagi kami orang awam sering tidak tau alasan pengambilan kebijakan yg menurut saya terkadang ga sesuai harapan, dikarenakan minim informasi tentang dasar atas pengambilan tersebut sehingga didasari rasa penasaran dan kurangnya informasi yang berimbang terkadang saya mencerca mas…
Sunday at 8:18pm · Unlike · 1
T Hambrata Azmir: Inilah tujuan dari artkel saya mas Axl Shinto. Deng Xiaoping untuk China berkata: ,”Berpegang teguh pada haluan dasar selama seratus tahun tanpa keraguan” (artinya, percayalah pada saya – Deng- karena membuat sebuah negara bukan lah barang mie instan)
Sunday at 8:22pm · Like
T Hambrata Azmir: dalam paragraf ini: Contoh keberhasilan teori “crossing the river by feeling the stones” adalah selama kurun waktu tahun 1980 – 1990 China memutuskan untuk mengurangi anggaran belanja militernya menjadi 1,4 persen dimana sebeleumnya (1950 – 1980) China menganggarkan 6,35 persen. China adalah sebuah contoh “macan yang telah bangun dari tidur panjang”, karena mereka rela mengalahkan ego demi sebuah strategi panjang untuk masa depan bangsanya.
Sunday at 8:22pm · Like · 1
T Hambrata Azmir: dan sekarang mereka benar2 jadi macan yg bangun dari tidurnya, sedangkan kita masih ttp tidur dalam tumpukan jerami sembari tidur bermimpi diatas kasur empuk
Sunday at 8:23pm · Like
T Hambrata Azmir: Memang, sasaran tulisan ini bukan satu pihgak…tp semua pihak, dan bagian pihak level kita ya wajib kita berkomitmen…
Sunday at 8:23pm · Like · 1
Axl Shinto: sebetulnya rakyat seperti saya mendukung aja mas untuk berkomitmen asalkan para pemimpin diatas juga berkomitmen demi kemajuan bersama…
Sunday at 8:28pm · Unlike · 1
T Hambrata Azmir: Paragraf ini utk level atas: Keajaiban China sukses menggapai mimpi disebabkan karena mereka berhasil membuat sebuah perubahan kolosal dari sebuah system lama kearah system ekonomi pasar. Cara-cara yang dilakukan pun bertahap namun berkomitmen dengan mengadopsi sebuah teori “Deng’s Theory”,”crossing the river by feeling the stones”.
Sunday at 8:30pm · Like
T Hambrata Azmir: Ini utk level tengah: Rela diatur dengan ketepatan usaha, dispilin, memiliki tahapan yang benar, akurasi waktu dan skala yang terukur di segala bidang.
Sunday at 8:31pm · Like
T Hambrata Azmir: harapan saya bagi yang membaca dapat jeli dan objektif dalam menilai…begitu mas Axl Shinto hehe
Sunday at 8:32pm · Like · 1
Adrianus Prima: ekspansi dia keluar negeri luar biasa lo mas, tanpa melupakan pembangunan dalam negeri
Yesterday at 3:49am · Unlike · 1
T Hambrata Azmir: Iya prim, komitmen yg kuat dgn karakter yg kuat pula..
Yesterday at 5:40am via mobile · Like
Adrianus Prima: memang mas, di afrika dan asia, perusahaan minyak cina ekspansinya kenceng, perusahaan manufaktur dan konstruksinya selalu jadi kontraktor utama kalau pembiayaannya dari cina, meskipun di proyek PLTU 10000MW terbukti barang2nya jelek kualitasnya tapi nyatanya kitanya tetep kerjasama, sebegitu besar powernya dalam menekan. Mereka mulai berlaku seperti amerika, cari sumberdaya di luar, yang didalam negeri diirit irit untuk masa depan
Yesterday at 11:48am · Unlike · 1
Tulisan menarik mas …
Seharusnya bangsa ini “mau” belajar banyak dari China dan negara lain yang menerapkan dan menjaga ketat karakter “kebangsaan” nya, karena hanya Bangsa yang mempunyai karakter lah yang akan Maju dan Bertahan….
Untuk kita, semuanya harus berperan dalam perubahan, semua lapisan mulai dari pimpinan, level tengah, level bawah mapun masyarakat semua harus ikhlas keluar dari zona nyaman
Betul mas dan memang yang terdekat adalah perubahan diri sendiri karena entah kapan Bangsa ini akan berubah,
Semoga tidak menunggu murka Tuhan …
Seharusnya bisa, jika semua orang mau….
Mas brata sip banget…….Bukan hanya melirik…kalau perlu kita Tatap dan jadikan example..terhadap sesuatu yang baik kita tidak perlu malu untuk mencontoh. China sudah terbukti berhasil “menjajah” dunia dengan produk”nya. Semangat kemadirian,Kerja Keras dan Keingin tahuanya yang perlu kita jadikan cambuk bagi kita bersama…
Siap Pak, idenya memang demikian, dengan kata2 melirik harapannya dapat dibaca oleh siapapun bahwa kita sepatutnya malu. Kebiasaan orang malu kan “melirik”.
Tapi benar bapak bilang, sewajarnya kita menatap, karena kita tak perlu malu dengan segala kelemahan dan segera memperbaikinya, jika ada Kemauan…
Banyak yang bisa kita contoh dari China, terutama bagaimana akhirnya perusahaan2 manufaktur di amerika pun akhirnya menyerah dari serbuan barang china sehingga menimbulkan banyak pengangguran di Amerika. Jepang dulu pun berada pada posisi china sekarang, dulu barang buatan Jepang dianggap 2nd class di Amerika, setelah melalui proses yang disertai kegigihan orang jepang dalam memajukan bangsa mereka, maka bisa kita lihat sekarang bahwa produk Jepang menjadi unggulan.
Kerjasama pertahanan juga harus kita tingkatkan karena terbukti alutsista buatan cina juga patut dilirik, sayang sekali kerjasama yang sudah ada seperti ToT C-705 seperti jalan di tempat, masih berupa rapat-rapat dan belum masuk tahap implementasi. Namun kita juga tidak boleh terlena dalam hubungan kita dengan China, karena bagaimana pun foreign policy China tentang South China Sea bisa menjadi sumber konflik besar di masa depan.
Menurut saya yg awam ini, salah satu kunci keberhasilan China adalah kuatnya karakter Kepemimpinan Nasional China, dan sekaligus solidnya kepatuhan rakyat China pada Kepemimpinan Nasionalnya. Kita lihat bersama bagaimana kuatnya Kepemimpinan Deng Xiaoping, yg menjadi basis keberhasilan transformasi ekonomi dan politik China. Saya yakin, Kepemimpinan Nasional suatu negara yg kuat dan berwibawa di hadapan rakyatnya, akan sangat efektif mengorganisir seluruh potensi bangsanya, dan pada akhirnya mampu membangun kemajuan negara tersebut. Jadi peran sentral kemajuan sebuah bangsa masih bertumpu pada karakteristik dan kualifikasi seorang pemimpin.
Benar….
Pemimpin harus acceptable….tapi seluruh komponen bangsa pun harus mau berubah…
Bangsa tanpa pemimpin atau pemimpin tanpa bangsa…
terima kasih infonya