Kerjasama dengan Naval Group, Scorpène Siap ‘Lahir’ di Surabaya?

CEO Naval Group Pierre-Eric Pommellet dan CEO PT. PAL Indonesia Dr. Kaharuddin Djenod M.Eng, menandatangani MoU kerjasama bidang Kapal Selam, Jakarta, Kamis (10/02/22).
PT. PAL Indonesia (Persero) pada Kamis, (10/02/22), menandatangani Nota Kesepahaman dengan Naval Group untuk kerjasama dalam bidang pengembangan Kapal Selam. Melalui penandatanganan tersebut, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia mempercayai PT. PAL Indonesia (Persero) untuk melakukan penelitian & pengembangan serta berkerjasama dengan Naval Group untuk membangun 2 unit kapal selam kelas Scorpène.
Indonesia saat ini memiliki agenda besar untuk menambah kekuatan dan kuantitas daripada armada kapal selam yang dimiliki, terakhir setelah insiden tenggelamnya KRI-Nanggala (402) pada tahun 2021, Indonesia hanya memiliki 4 unit, yaitu meliputi KRI-Cakra (401) yang masih saudara kembar dari KRI Nanggala (402), lalu 3 jenis kapal selam kelas Nagapasa yang dibeli dari Korea Selatan. KRI-Cakra (401) pun yang berjenis sama dengan Nanggala, yaitu Type 209/1300 dan didatangkan dari Jerman sejak tahun 80an umurnya sudah mencapai 40 tahun lebih, selayaknya KRI-Cakra (401) digantikan dengan armada kapal selam yang lebih baru.
Proses peremajaan armada kapal selam TNI-AL akhirnya dimulai sejak Indonesia pada tahun 2011, memutuskan untuk menandatangi kontrak pembelian tiga unit kapal selam DSME 209 dari Korea Selatan, DSME 209 merupakan variant pengembangan dari Type 209 yang awalnya diproduksi oleh Howaldtsweke-Deutsche Werft (HDW), Jerman. Ketiga unit Kapal Selam yang akhirnya diklasifikasikan sebagai Nagapasa-Class oleh Indonesia, diterima pada tahun 2017 hingga 2021. KRI-Alugoro (405) yang diserahterimakan kepada TNI-AL di tahun 2021, merupakan satu-satunya kapal yang dirakit oleh PT.PAL dengan skema Joint–Section, hal ini dimungkinkan akibat dari adanya program Transfer Teknologi antara Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), Korea Selatan dengan PT. PAL yang di mana dalam perjanjian awal, kedua unit awal kapal selam kelas Nagapasa yaitu KRI-Nagapasa (403) dan KRI-Ardadedali (404) dibangun oleh DSME di Korea Selatan, sementara KRI-Alugoro (405) dibangun di Indonesia, tepatnya di galangan milik PT.PAL, di Surabaya.
Meskipun Kementerian Pertahanan Republik Indonesia melanjutkan kontrak pembelian sebanyak 3 unit tambahan kapal selam DSME 209 dengan Korea Selatan, namun Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sejak dilantik pada tahun 2019, aktif melakukan penjajakan kerjasama pertahanan dengan berbagai negara Eropa, termasuk dengan Prancis. Tahun 2020, Indonesia disebut memiliki ketertarikan untuk membeli kapal selam kelas Riachuelo yang dioperasikan oleh Brazil, Riachuelo merupakan jenis kapal selam hasil modifikasi dari kelas Scorpène buatan Naval Group.
PT. PAL Indonesia memiliki ambisi untuk meningkatkan level pembangunan kapal selam nya, dari yang awalnya membangun dengan skema Joint–Section, saat ini berupaya untuk menjadi Whole Local Production, yang artinya kapal selam tersebut akan dibangun sepenuhnya di galangan kapal milik PT. PAL. Tetapi sebelum bisa sampai pada tahap tersebut, tentulah PT. PAL perlu untuk melengkapi fasilitas-fasilitas galangan dan dermaga yang dimiliki, termasuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta peningkatan kemampuan produksi.
Negara memberikan dukungan atas ambisi dari PT. PAL tersebut, dengan memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp. 1,28 triliun dalam APBN Tahun Anggaran 2021. Penyutikkan modal ini dimaksudkan sebagai upaya peningkatan kemampuan produksi, SDM dan fasilitas pendukung lain yang dimiliki oleh PT. PAL, dilansir dari website PT. PAL, fasilitas-fasilitas yang akan dibangun meliputi Ship Lift, Glassfiber Reinforced Plastic (GRP) Shop, Painting Shop, Blasting Shop dan lain sebagainya. Penyertaan Modal Negara ini, berlaku sejak di-sahkannya PP No.84 Tahun 2021 yang ditanda-tangani oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Komunikasi antara Indonesia dengan Prancis, dan Naval Group dengan PT. PAL semakin intens, pihak Naval Group telah melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, pada 11 Desember 2021, didampingi oleh Duta Besar Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard, pertemuan tersebut membahas upaya peningkatan kerja sama di bidang pertahanan di antara Prancis dan Indonesia. Terakhir, pada 9 Februari 2022, Naval Group mengunjungi PT.PAL guna melakukan inspeksi terhadap galangan serta fasilitas pembangunan kapal yang dimiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut di Surabaya, dalam yang sama Chief Executive Officer (CEO) Naval Group, Eric Pommellet memberikan sebuah cindera mata berupa plakat Kapal Selam Scorpène kepada CEO dari PT. PAL, Dr. Kaharuddin Djenod M.Eng.
Dalam sebuah dokumen yang dirilis oleh PT. PAL, terdapat rencana pembangunan fasilitas Ship Lift yang nantinya akan digunakan sebagai fasilitas dermaga kapal selam yang dibangun oleh PT.PAL., dalam dokumen tersebut tertulis bahwa spesifikasi kapal selam yang dapat ditampung di dermaga yang akan dibangun, adalah sebagai berikut:

Request Of Information (RFI) for Ship Lift & Transfer System Fasiltas Kapal Selam PT. PAL Indonesia
- Panjang Keseluruhan : 72 Meter
- Lebar : 8 meter
- Draf kapal : 6 meter
- Tinggi (termasuk layar) = 13 meter
- Berat : 2.000 ton
Kapal selam Scorpène buatan Naval Group memiliki spefikasi yang meliputi :
- Panjang Keseluruhan :
– 61,7 meter (CM-2000)
– 70 meter (AM-2000)
– 75 meter (S-BR) - Berat :
– 1.565 ton (CM-2000)
– 1.870 ton (AM-2000)
– 2.000 ton (S-BR) - Lebar : 6,2 meter
- Draf Kapal : 5,8 meter
- Tinggi : 12,3 Meter (Kalvari-Class Angkatan Laut India)
Apabila kita mengacu pada spesifikasi-spesifikasi tersebut, maka varian AM-2000 yang sudah dilengkapi dengan teknologi Air-Independent Propulsion (AIP) adalah variant kapal selam yang paling cocok untuk bisa dibangun pada dermaga milik PT. PAL nantinya. Kemungkinan ini dipertegas oleh pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang mengatakan, bahwa nantinya kerjasama antara Naval Group dan PT.PAL akan mengarah pada pembelian 2 unit kapal selam Scorpène yang sudah dilengkapi dengan teknologi AIP serta persenjataannya. Sedikit Informasi tambahan, sistem AIP merupakan teknologi yang dapat memberikan kemampuan bagi kapal selam diesel elektrik yang tidak ditenagai oleh nuklir, untuk dapat bertahan lebih lama di dalam air karena tidak harus terlalu sering muncul ke permukaan hanya untuk mengisi baterai.
Dukungan dana dari pemerintah sudah diberikan, nota kesepahaman sudah ditandatangani, spesifikasi serta arah pembangunan fasilitas pendukung juga sudah ditetapkan oleh PT.PAL, tinggal bagaimana proses eksekusi dari PT.PAL untuk bisa mewujudkan ambisinya dalam membangun kapal selam Scorpène, sepenuhnya di Indonesia. Kemandirian Industri Pertahanan (Indhan) Indonesia merupakan sebuah keniscayaan, Industri pertahanan nasional selayaknya terus berbenah dan bertransformasi sehingga Indonesia dapat lebih mandiri dalam membangun angkatan perangnya, dan sedikit mengurangi ketergantungannya pada industri dari luar negeri.
Penandatangan Nota Kesepahaman dengan Naval Group yang disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly, merupakan suatu capaian besar bagi PT. PAL sebagai salah satu Industri Pertahanan Nasional terbesar dalam bidang pembangunan kapal. Melalui kerja sama nya dengan Naval Group, akhirnya muncul sebuah harapan dan pertanyaan besar yang menanti untuk dijawab oleh jajaran PT.PAL Indonesia, apakah Scorpène akhirnya siap untuk ‘lahir’ seutuhnya di Surabaya?