Informasi Geospasial Dalam Menghadapi Ancaman Terhadap Pertahanan Negara
Menelisik ulang tentang peperangan asimetris dengan berbagai ancaman asimetris di dalamnya terdapat beberapa cara dan solusi yang dapat dilakukan oleh suatu negara. Banyak sekali orang mendefinisikan tentang ancaman asimetris sesuai dengan pemahaman dan ilmu dasar yang didalaminya dan salah satu definisi yang populer adalah dimana suatu peperangan yang terjadi antara suatu negara versus kelompok-kelompok bertentangan ataupun negara sponsor yang berpihak anti terhadap negara kawan yang saling berhadapan dengan kekuatan militer tidak berimbang sehingga salah satu yang lemah menggunakan senjata maupun taktik konvensional seperti terorisme dalam rangka mengeksploitasi kelemahan kekuatan pihak bertentangan. Dalam tulisan singkat kali ini penulis ingin menyampaikan tentang informasi geospasial yang dibutuhkan sebagai salah satu upaya penting untuk menghadapi ancaman asimetris dalam peperangan asimetris yang sesungguhnya sudah terjadi di dunia maupun di Indonesia.
Sebuah pertanyaan besar ketika Amerika Serikat kalah oleh Vietnam (walaupun Negara paman Sam tersebut tak sudi mengakui kekalahan tersebut) sebuah negara super power pemenang perang dunia kedua 1945 dan kembali ke Negaranya dengan protes dari rakyatnya dengan sangat keras. Sebuah kekuatan bawah tanah kombinasi dengan gerilya ternyata cukup untuk melawan sebuah negara besar dengan angkatan perang yang sangat berkuasa di dunia. Sebuah contoh nyata ketika kekuatan tersembunyi dan diremehkan ternyata menjadi primadona kemenangan dalam perang Vietnam. Kedua dan yang cukup kontroversial hingga saat ini adalah tragedi 911, terlepas berbagai analisa berkembang oleh kejadian tersebut, maka anggaplah semua itu benar akibat serangan Osama cs dan dapat kita sebut sebagai kekalahan besar US oleh sebuah gerakan bawah tanah dengan melancarkan aksi terorisme untuk negeri paman Sam tersebut. Belajar dari kekalahan US tersebut maka berkembang sebuah teknologi satelit, informasi dan data yang dalam bahasa populer disebut dengan informasi geospasial.
Sebuah konsep untuk pengumpulan data, ekstraksi informasi, penyimpanan, penyebaran dan eksploitasi geodesi, geomagnetik, citra satelit, gravimetri, penerbangan, hidrografi, topografi, pesisir, budaya dan data akurat toponymic kemudian di referensikan terhadap lokasi di permukaan bumi sehingga data-data tersebut dapat digunakan untuk perencanaan suatu operasi dan latihan militer termasuk latihan navigasi, perencanaan misi, pemodelan, simulasi dan penargetan yang tepat.
Informasi geospasial juga menyediakan kerangka dasar untuk visualisasi battlespace sebuah informasi yang dihasilkan dan dapat disajikan dalam bentuk peta cetak, grafik dan publikasi, simulasi digital, database pemodelan serta peta digital. Fasilitas geospasial juga termasuk alat yan memungkinkan pengguna untuk mengakses dan memanipulasi data. Informasi geospasial dan servis disebut dengan GI&S.
Berikut adalah situasi maupun permasalahan yang harus diselesaikan dalam strategi dan penghasilan input data, yaitu: Informasi geospasial hendaknya bersifat rahasia namun terbuka untuk keterkaitan dengan satuan-satuan terkait sehingga militer, polisi maupun BIN tidak bekerja sendiri-sendiri; Input data yang ada selama ini hanya terbatas pengambilan data saja namun belum bisa dijadikan data yang langsung dapat dilakukan aksi, sehingga proses menjadi kurang optimal dibandingkan ketika data akurat terkumpul kemudian aksi dapat segera dilakukan.
Dalam menentukan arah perjalanan menuju tujuan yang diinginkan kebutuhan utama manusia adalah Peta. Informasi geospasial dalam hal ini dapat dikatakan sebagai peta utama dalam menangkal dan menghindari segala kemungkinan ancaman yang tidak berbentuk serta tidak jelas wujudnya tersebut. Berikut ini adalah beberapa komponen utama yang seharusnya dimiliki sebuah negara sebesar Indonesia, antara lain; surveys, maps, charts; remote sensing data and image; dan aerial photographic services. Dari kebutuhan tersebut maka sewajarnya pula Indonesia memiliki satelit militer yang mandiri dimana Indonesia sebagai negara yang memiliki geostasionery orbite terbesar di dunia akan menjadi hal yang sangat penting dan menguntungkan bagi keamanan internal maupun eksternal. Dalam mewujudkan sistem pertahanan udara yang optimal satelit militer dirasakan sangat dibutuhkan dalam menjaga wilayah udara Indonesia yang sangat besar sehingga akan menambah kecepatan dalam proses identifikasi dalam lalu lintas udara nasional Indonesia. Kepemilikan Unmanned Aerial Vehicles maupun Unmanned Aerial Hellycopter adalah suatu kepentingan yang sangat mendesak mengingat pentingnya untuk mendapatkan data yang akurat dan tepat secara rahasia untuk menghadapi ancaman baik yang hadir dari negara tetangga maupun secara internal. Ancaman yang datang dari negara lain adalah berbentuk dan jelas oleh kasat mata, namun ancaman internal adalah tidak terlihat dan justru sangat berbahaya untuk keamanan internal dalam negeri. Persenjataan yang dibutuhkan bukan hanya kecanggihannya saja, namun dalam menghancurkan suatu target, data koordinat dan bentuk sasaran sangat dibutuhkan untuk optimalisasi penentuan kemenangan dalam pertempuran dengan small target dihancurkan oleh amunisi yang presisi hasil data akurat dari UAV, UAH maupun satelit militer. Hal ketiga yang sangat di butuhkan dalam informasi geospasial dalam pertahanan negara terhadap ancaman asimetris adalah kepemilikan broadband networking system militer yang mandiri dimana dalam menghadapi perang informasi saat ini militer Indonesia hanya mendapatkan suplai dari telkomsel dan indosat yang notabene beberapa sahamnya dimiliki oleh pihak asing sehingga sedikit-banyaknya akan mengurangi unsur kerahasiaan dalam perolehan data dan informasi untuk kepentingan militer.
Kebutuhan akan geospasial informasi juga menjadi hal yang sangat berguna dalam menghadapi serangan teroris. Kita ketahui bahwa kebanyakan sindikat teror beraksi pada pusat keramaian masyarakat; area terbuka; objek vital; infrasuktur penting masyarakat dan sistem massa yang ramai seperti terminal; bandara; pelabuhan; hotel; maupun perkantoran. menghadapi ancaman yang unik tersebut sangat dibutuhkan data yang akurat tentang posisi musuh; rencana musuh maupun kegiatan harian musuh sehingga apa yang teroris rencanakan dapat dihindari agar tidak terjadi korban yang menyebabkan orang-orang tidak bersalah terbunuh.
Selain beberapa kasus diatas, TNI yang dalam tugasnya juga beropeasi misi-misi kemanusian seperti penanggulangan bencana alam. Informasi geospasial ini juga sangat membantu dalam hal pencegahan, perlindungan, respon dan penanggulangan bencana alam dimana melalui satelit dapat dengan mudah diterima data akurat tentang terrain serta mempermudah dalam pemilihan jalur escape masal. Teknologi geospasial pun dapat menyediakan kecepatan dalam pendeteksi dan respon dalam hal penanggulangan bencana alam sehingga dapat lebih efektif untuk pencegahan serata melindungi infrasuktur maupun aset nasional terhadap bencana alam.
Akhir dari tulisan ini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Means dari pentingnya informasi geospasial serta aplikasinya yang berfungsi sebagai pencegahan;pendeteksian; perencanaan; mitigasi; respon; serta penanggulangan dalam rangka mengurangi jumlah korban nyawa dan kerugian harta benda dari ancaman teroris; senjata pemusnah masal; serangan inteijen dan propaganda negara tetangga; bencana alam.
Dirgahayu ke 67 TNI
Seveneleven
Tulisan dan pembahasan menarik mas
Memang tidak bisa dipungkiri peran pemetaan berdasar pada GIS cukup berperan pada operasi-operasi baik perang maupun non perang dimasa sekarang ini. namun, entah kenapa, perhatian pemerintah dan para pemangku kepentingan negeri kita saat ini belum berusaha keras untuk mengakusisi hal tersebut. Saat ini yang kita tahu, untuk mengetahui kebakaran hutan saja kita sudah tergantung dengan citra satelit negara tetangga, dan saya yakin untuk urusan komunikasi militer-pun sama karena kita belum mempunyai satelit militer sendiri. Semoga Mabes TNI dan Kemhan sudah memikirkan hal ini…
Terima kasih masb, jalan pikiran saya juga demikian,
1. Bagaimana bisa untuk menanggulangi teroris secara tuntas jika data2 masih bergantung pada kerjasama anti teror dengan negara-negara kawasan plus US?
2. Bagaimana mau mengedepankan kerahasiaan dalam sistem data dan informasi jika sistem yg kita punya masih bergantung pada telkomsel dan indosat yg sebagian sahamnya jg milik asing?
3. Mubazir GSO yg kita miliki jika todak dimanfaatkan dengan optimal
untuk telkomsel sahamnya sudah mayoritas dimiliki telkom mas, indosat ini yang perlu kita rebut kembali
Yang memprihatinkan jelas selain GIS, adalah komunikasi militer itu masih numpang satelit lain, alangkah baiknya jika disegerakan memiliki satelit militer tersendiri, minimal untuk fungsi komunikasi
yup, betul Prim, semoga ada yang lirik kajian ini sehingga bisa terwujud…:)
Mas, ngomong2 tentang GIS, saya menemukan artikel menarik tentang portal GIS Indonesia yang bekerjasama dengan pihak asing dalam pengelolaannya.
Portalnya ada di http://tanahair.indonesia.go.id./home/
Artikel terkaitnya ada di http://nasional.kompas.com/read/2012/08/12/21241332/Data.Rahasia.Pertahanan.Indonesia.Dikuatirkan.Terkuak
Ada komentar Mas?
Judul yang mirip tapi beda tema,
Kenapa perusahaan US tersebut bisa sampai menguasai pengelolaan portal tersebut? Bagi saya ini salah satu ancaman yg nyata, karena kita gak punya fasilitasnya shg Amrik menguasainya.
Sedangkan tema yg saya angkat adalah” jika kita punya fasilitas bla..bla…bla..maka kerahasiaan tsb akan menjadi milik kita, terlebih kalo yg kita miliki bukan ber basis pada gps…
Menurut kamu sendiri gimana med?
Kalo saya tetap menganggap itu sebagai ancaman, Mas..
Okelah kita mulai dari yang paling esensial, yaitu satelit komunikasi, bertahap ke penginderaan dengan resolusi tinggi, dan syukur-syukur sampe ke tingkat satelit navigasi..
Karena kalo gak salah yang paling rumit kan satelit navigasi, secara Eropa dan China yang sudah maju teknologinya saja masih mematangkan konsep satelit navigasi mereka (butuh klarifikasi dari Prima kalo soal ini)..
Pokoknya selama kita belum bisa mandiri, ancaman itu selalu ada secara faktual, nyata, dan serius..
Dan pastinya, ini bukan melulu kerjaan Dephan dan TNI, tapi juga seluruh lapisan masyarakat yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan bidang ristek dan hankam..
Semoga menjadi kesadaran bagi kita semua..
Correct med. Kasus yg di tautan mu itu jelas suatu ancaman, kita berharap jika fasilitasnya kita mampu memiliki lambat laun akan menjadi kekuatan. Makanya dalam artikel ku tsb aku bilang bahwa memiliki kemampuan GIS maka akan mampu menangkal ancaman negara baik internal maupun eksternal. Dan selain itu integrasi sistem yg terpadu antar tiga matra akan lebih optimal