Identitas Kebangsaan
CHINA
Jati diri merupakan suatu identitas yang harus dimiliki setiap bangsa berdaulat agar dapat terus mempertahankan eksistensinya di masyarakat internasional. Jika kita mengkaji apa yang terjadi di China, notabene negara tersebut pada ratusan abad yang lampau bisa dikatakan sebagai satelite perekonomian dunia dimana hampir seluruh bangsa-bangsa di dunia saat itu telah melakukan hubungan dagang dengan bangsa tersebut. Selain itu, China juga telah menjadi salah satu bangsa dengan peradaban tertua di dunia dengan berbagai macam budaya terbukti dengan begitu lengkapnya catatan-catatan sejarah yang tertulis di lontar yang tersimpan sampai dengan saat ini. Akan tetapi, pada masa maraknya imperialisme barat menyebar menuju Asia, kemudian invasi Jepang ke sebagian dari wilayah China cukup mempengaruhi bangsa tersebut dan tertidur cukup panjang. Revolusi yang menjatuhkan kekuasaan Monarki ke tangan komunis pun semakin membuat bangsa ini mengalami kemiskinan di awal abad ke 20. Namun, saat ini di awal abad ke 21 kita harus mulai terbiasa untuk mengakui kebangkitan Bangsa China dimana Negara tersebut bisa maju dan memiliki Gross Domestic Product teratas di dunia walaupun daya beli rakyatnya yang berjumlah miliaran masih dikatakan dalam proses menuju kemakmuran.
Tentunya apa yang kita pahami dari ilustrasi di atas adalah, bahwa sejarah sebagai bangsa yang memiliki identitas turut serta membakar semangat Bangsa china untuk maju menjadi yang terdepan. Diakhir tahun 1970an dimana perekonomian China masih sangat lemah dikarenakan segala kekayaan rakyatnya dikuasai penguasa pemerintahan, akhirnya dirubah menjadi modernisasi ideologi china sehingga sektor industri masyarakat menjadi andalannya. Kita sadari bahwa saat ini segala produk yang dibuat oleh bangsa barat dapat dengan mudah ditiru oleh China. Mulai dari mainan anak-anak, peralatan elektronik sampai dengan persenjataan militer. Prinsipnya adalah, tiada hari tanpa mempelajari komponen-komponen dari peralatan yang dibuat barat sehingga untuk meniru teknologi canggih dan dijual dengan harga murah menjadi andalan dengan sasaran pasar negara-negara berkembang dengan daya beli rakyat yang belum kuat.
INDONESIA
Melihat contoh dalam dua paragraf di atas, apa sebenarnya yang salah dengan bangsa Indonesia? Padahal kita sebagai bangsa Indonesia mengetahui dengan pasti bahwa tidak terlalu banyak perbedaan antara Bangsa Indonesia dengan Bangsa China. China sebagai negara kontinental terbesar di dunia, sedangkan Indonesia pun sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. China memiliki ratusan etnis, Indonesia pun memiliki tidak kurang dari 300 etnis. China memiliki banyak ilmuwan yang sangat handal, akan tetapi Indonesia pun punya Baharuddin Jusuf Habibie yang sangat diakui dunia bahkan beberapa hak paten beliau dapatkan dari perusahaan industri penerbangan sekelas Airbus dan Boeing. Kemudian apa yang salah dengan Bangsa Indonesia sehingga terus jalan ditempat dan tertidur panjang enggan bangun?
Kembali ke jati diri Bangsa Indonesia, selama ini kita selalu mengetahui bahwa Indonesia sebagai negara bekas jajahan Belanda yang tertindas selama 350 tahun. Apakah itu benar? Saya menjawab: “Tidak”. Fakta mengatakan sampai dengan abad ke 18 Kesultanan Maluku masih eksis sebagai negara berdaulat, kemudian pada tahun 1825 Pangeran Diponegoro masih terus berjuang melawan invasi Belanda dan sejarah mencatat Kesultanan Aceh baru dapat dikuasai Belanda diawal abad ke 20, sehingga dapat dikatakan bahwa Belanda menguasai total keseluruhan Nusantara hanya selama tidak lebih dari 50 tahun saja, suatu fakta yang jarang dipelajari dipelajaran sejarah di sekolah-sekolah bagi para generasi muda bangsa Indonesia, bukan? Suatu propaganda yang sangat berhasil yang telah dilakukan oleh imperialisme barat dan terus mendarah daging sehingga rakyat Indonesia tidak mengetahui pasti siapa diri kita sebenarnya dan masih banyak contoh lainnya jika bangsa ini mau mencari serta memaksakan diri untuk bangun dari kasur empuk yang telah ditiduri selama bertahun-tahun.
NUSANTARA MENARIK IMPERIALISME
Palawija, adalah sasaran utama bangsa barat ketika pada fase awal melakukan imperialismenya di Nusantara. Dalam kitab suci muslim (maaf tidak bermaksud SARA) dikatakan bahwa terdapat kerajaan-kerajaan (Surat Al-Mulk) yang dalam ejaan Arabnya adalah Mim Lam dan Kaf. Kemudian kenapa pertama kalinya portugis mendarat di Nusantara pada tahun 1511 adalah di Malaka (ejaan Arab Mim, Lam dan Kaf), setahun setelah itu 1512 Portugis menginvasi Maluku (ejaan arab Mim, Lam dan Kaf). Nampak sebagai sebuah kebetulan saja, akan tetapi tujuan utama yang dicari adalah Maluku, dimana Maluku itu sendiri berasal dari kata Al-Mulk yang artinya kerajaan-kerajaan dengan rakyat yang makmur serta telah ratusan tahun sebelum Colombus menemukan benua Amerika dan sebelum Marcopolo merintis jalur sutera telah memiliki hubungan perdagangan sampai ke China, Arab dan Eropa dengan produk andalannya yaitu rempah-rempah atau biasa kita kenal juga dengan nama palawija.
Papua, yang pada masa itu adalah bagian dari kerajaan-kerajaan di Maluku pun ternyata menyimpan banyak kekayaan yang begitu mempesona bangsa barat. Sedikit men-skip sambungan sejarah diatas, kita melambung ke masa setalah kemerdekaan Indonesia. Ketika Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945, tercatat Indonesia terdiri dari beberapa wilayah antara lain, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi minus Papua. Tentunya jika kita menyadari apa yang terkandung di dalam Pulau tersebut maka wajar saja jika Belanda tidak dengan mudah mau mengembalikan Papua ke pangkuan Ibu Pertiwi Indonesia. Sehingga salah satu caranya yang ditempuh adalah dengan mengundang Amerika Serikat yang memiliki hak veto dunia untuk mengakui Papua bagian dari Indonesia. Tentunya tiada yang gratis di dunia ini, sehingga bukan rahasia umum jika “the founding father” akhirnya membagi kekayaan rakyat tersebut. Dan cukup panjang jika harus membahas kejadian tersebut sehingga akan diceritakan pada tulisan yang akan datang.
ANTI KORUPSI DAN ANTARA 10000 PASUKAN VERSUS PASAR
Akan tetapi ada cara jitu agar Papua dapat kembali seutuhnya ke pangkuan Indonesia Raya, tentunya tidak semudah yang kita bayangkan kecuali seluruh komponen bangsa ini mau untuk sama-sama tidak Korupsi. Ingat! Seluruh komponen bangsa! Karena saya yakin tidak semua rakyat Indonesia yang korupsi, tetapi itu hanya sebatas “kesempatan” saja, tidak korupsi karena tidak ada kesempatan, bersuara anti-korupsi hanya karena tidak bisa korupsi. Bukan hanya si A, si B dan si C, tetapi seluruh rakyat Indonesia termasuk saya untuk bangun dari buaian-buaian menggiurkan yang menghancurkan bangsa. Cara jitu yang kedua adalah bukan menguasai Papua dengan 10000 pasukan, ratusan alutsista dan ribuan butir peluru. Lebih bijak jika bangsa ini mau melihat apa saja yang dibutuhkan rakyat Papua agar mencintai Negaranya. Membangun infrastruktur sehingga menghilangkan kecemburuan sosial antara warga timur dan pusat negara; menyamaratakan standar pendidikan sehingga rakyat Papua dapat sepandai Bapak B.J Habibie; dan menciptakan pasar ekonomi yang memadai sehingga tidak perlu ada tunjangan kemahalan di Papuan dikarenakan harga-harga yang mahal karena harus melewati pengiriman yang jauh dari pusat ekonomi Indonesia.
FENOMENA HUJAN BERLIAN
Batu permata yang kita sebut berlian kita ketahui adalah sebagai perhiasan yang sangat mahal dan digemari oleh kalangan orang kaya. Tidak ada orang dari kalangan menengah ke bawah yang mampu untuk membeli berlian kecuali mendapatkan hadiah ataupun undian. Namun, apa yang akan terjadi jika di dunia ini terjadi hujan berlian? Apakah semua orang akan berebutan berlian dan mengumpulkannya? Untuk apa? Apakah jika hujan berlian itu terjadi sehingga semua orang dimanapun memiliki berlian seberat ratusan kilogram, berlian tersebut tetap berlaku dengan harga yang mahal? Tentu tidak! Jika semua orang punya berlian maka berlian itu akan menjadi tidak ada harganya. Kaitannya dengan beberapa masalah diatas, jika semua kebutuhan orang Papua terpenuhi maka tidak akan ada lagi gerakan OPM serta pengakuan Indonesia Raya sebagai negara dan bangsa rakyat Papua InsyaAllah akan terwujud. Demikian halnya dengan segala permasalahan yang terjadi di Negeri Nusantara ini. Jika segala kebutuhan rakyat terpenuhi tentunya dengan sendirinya rakyat merasa nyaman dan bangga menjadi bagian integral Indonesia tanpa adanya OPM-OPM baru.
Hanya sebuah tulisan populer dari orang yang khawatir terhadap kondisi bangsa yang kehilangan jati diri.
Wassalam
Seveneleven
“Jati diri merupakan suatu identitas yang harus dimiliki setiap bangsa berdaulat agar dapat terus mempertahankan eksistensinya di masyarakat internasional.” … saya paling setuju dan sangat suka dengan pernyataan tersebut, mungkin yang paling terlihat sekrang pada generasi muda, lebih senang dengan budaya bangsa lain yang di anggap lebih “modern” dan mereka seolah (maaf) kacang lupa kulitnya.
lupa jati diri bangsanya yang begitu besar yang berdiri dari kolaborasi dari beberapa kerajaan dan kebudayaan besar, menjadi satu negara.
Sekarang bagaimana bangsa ini mengenal jati dirinya jika pemimpin negeri ini sendiri tidak mengenal jati dirinya sendiri. Pada hakikatnya seorang pemimpin adalah contoh tauladan, amanah, pihak yang memberikan contoh nyata, pengatur masyarakat dengan hati nurani, jika seorang pemimpin telah kehilangan jati dirinya sebagai wakil dari rakyat yang memilihnya, dia hanya merasa sebagai orang partai, segala kegiatannya diatur oleh partai yang tentu saja mempunyai tujuan politis maka akan sulit untuk menjadi dirinya… itu dulu permasalahan pokok negeri ini. Jika seorang pemimpin benar2 tahu jati dirinya, maka dia akan tahu kebutuhan rakyatnya itu seperti apa dan mau dibawa kemana arah negeri ini…