Geopolitik Pertahanan Indonesia Ala Bung Karno dan Implikasinya Terhadap Masa Depan Pertahanan Nusantara

12 Responses

  1. Sudah saatnya pertahanan Indonesia perlu utk “membunuh” konsep per sektor yg tentunya akan memecah belah “unity of command” dari TNI itu sendiri…

    Demikian pemikiran saya mentor…

    • mengedepankan interoperability ya mas? sejak perancanaan sampai ke pelaksanaan

      • iya, termasuk tri matra terpadu tanpa mengedepankan kebanggaan per matra…bergerak dan maju bersama dengan tujuan dan kepentingan nasional

        • Arief Yunan Priyoutomo says:

          Mas, saya pernah baca zaman dahulu ketika Akabri bagian Umum masih ada sebagai pusat pendidikan Taruna tingkat 1 seluruh angkatan, periode itu benar-benar dimanfaatkan sebagai pengintegrasian pola pikir para calon Perwira ABRI ke depan.
          Sebenarnya saya sangat setuju dengan konsep itu karena dari pendidikan bersama itu, mereka bisa saling memahami tugas masing-masing matra dan menghormati satu sama lain karena tujuan mereka pada dasarnya kan sama.
          Namun sayangnya, pada saat paska reformasi AKABRI dibubarkan karena Akpol dipisahkan dari struktur AKABRI.
          Pada akhirnya terjadi segregasi antar angkatan yang menyebabkan sulitnya penyatuan pola pikir para perwira-perwira di masing-masing angkatan dalam rangka mendukung Tri Matra Terpadu yang selama ini digadang-gadang oleh MAbes TNI dan Kemenhan.
          Tapi saya berharap dengan dikembalikannya pola pendidikan Akmil, AAU, dan AAL menjadi 4 tahun dengan 12 bulan pertama pendidikan integratif trimatra akan mengembalikan, setidaknya pola pikir para calon perwira dan menghilangkan segregasi antar angkatan yang selama ini terbentuk demi terciptanya sebuah Angkatan Perang Negara Kepulauan Indonesia yang diharapkan.

          Mohon koreksinya.

          • kebalik med, kalo dulu cuma tiga bulan diksar aja integrasinya, dan sekarang justru akademi tni tingkat 1 plus diksar dilaksanakan di magelang di akademi darat. Jadi justru saat ini akademi tni berintegrasi selama 15bulan….

  2. Bambang Trisutrisno says:

    Wah baru tau kalau selama ini beberapa konsep yang dipergunakan oleh TNI ternyata “Copy Paste” dari Negara lain. Padahal pada jamannya dulu beberapa konsep TNI seperti Perang Gerilya karya Jend. A.H. Nasution menjadi kiblat beberapa Negara lain.

    Mantap Mas tulisannya, Pertama tapi langsung menggebrak..

    Salam

  3. mochamad istamar says:

    menarik mas, memang dalam membangun pertahanan harus memperhatikan itu “Geopolitik”. yang harus menjadi kesadaran kita saat ni adalah kondisi geopolitik bukanlah hal yang tetap, tetapi selalu berubah. jadi perlu diadakan kajian secara kontinu tidak hanya dalam rangka mengetahui, tetapi juga membina atau mungkin mencipta geopolitik kita itu agar lebih valueable/bernilai.
    Objectief Gegeven (fakta objektiv) akan selalu berubah sesuai perkembangan dunia. dan haruslah disadari bahwa hingga hari ini proses menjadi Indonesia masih berjalan. untuk itu perasaan satu negara dan bangsa harus selalu dipertebal. perasaan nasionalisme masih menjadi kunci utama dalam pertahanan kita. karena dengan nasionalisme semangat mempertahankan negara dan bangsa ini akan selalu ada. nasionalisme menjadi unsur penting yang harus turut diperhatikan dalam mengukur geopolitik kita secara objectiviteit (Objektivitas/jujur).

    salam

  4. Djoko Sardjadi says:

    Ide “penyatuan optimal” trimatra itu bagus, perlu dijadikan kajian serius. Dan harus berlanjut, ke penyatuan dg rakyat. Saya merasakan bahwa saat ini TNI adalah satuan yg eksklusif, terisolasi dari persoalan riil rakyat. Seolah olah masing2 punya persoalan sendiri yg tidak terkait.

    Kita perlu ambil simulasi pak agar menarik cukup perhatian.

    1. Apa yg terjadi di Libya beberapa waktu lalu bagus untuk dijadikan kajian sekiranya itu dapat diprojeksikan ke Indonesia. Kalau itu terjadi hari ini, apakah rakyat akan berpihak ke TNI ? Saya kira akhir kejadiannya akan sama.

    2. Lain lagi jika yg kita projeksikan adalah Irak (persenjataan militer segala level ludes oleh amukan senjata modern). Militer Irak bertekuk lutut karena bersandar pada alutsista yg keseluruhan rahasianya telah diketahui musuh. Militer Irak mirip dg TNI, tidak cukup menyatu dg rakyat yg mestinya menjadi latar belakang kekuatan pukul. Apakah rakyat Indonesia tidak memiliki apapun untuk bankit memgantikan kekuatan formal yg bertekuk lutut seperti di Irak ? Hmmm …. saya tau tentu bukan bambu runcing yg dipersiapkan oleh rakyat.

    Salam,
    djoksar

    • terima kasih atas tanggapannya pak djoksar 😀
      penyatuan trimatra ini memang sebenarnya sudah tuntutan jaman, dimana konsep joint operation sendiri sudah diadopsi oleh Amerika, salah satu kiblat pertahanan dunia. Meskipun di Amerika sendiri juga belum secara penuh teradopsi dan dijalankan, kalau saya mau menyoroti dari sisi teknologi (sesuai bidang ilmu saya) dimana untuk integrasi via Joint Tactical Radio System sendiri belum 100% diadopsi dan masih dalam proses. Saya berencana membuat tulisan tersendiri masalah integrasi tri matra terpadu dari sisi teknologinya.

      Untuk masalah hubungan tentara-rakyat saya pribadi juga merasakan gap memang masih ada dan syukurlah kami masih menemukan beberapa anggota TNI yang bisa diajak berdiskusi dan mau down to earth, kami sendiri berharap hakikat tentara rakyat dipahami dan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi ‘ekslusivitas’. Untuk masalah hubungan TNI-rakyat mungkin nanti salah satu dewan penasehat kami akan ikut berdiskusi dalam topik ini

      Salam
      Adrianus Prima

      • Salam Pak Djoko,

        Maaf saya cuma anak kecil yg ingin ikut rembug…

        Untuk yang trimatra terpadu saya merasa itu adalah impian yang sangat mungkin bagi TNI dan kajian demi kajian sedang dijalankan oleh para stakeholder kami dan pastinya kata kunci sabar dan percaya adalah yang paling tepat, karena 66 tahun merdeka adalah umur yang relatif muda bagi negara sebesar, seluar, Indonesia dengan segala macam bhineka tunggal ika nya.

        Kemudian, tentang pesan eksklusif,

        saya rasa tidak ada manusia dimuka bumi ini yang eksklusif selain daripada Tuhan YME, kecuali ada manusia lain yang menganggapnya eksklusif.

        Singkatnya kalo berkenan bapak sangat diharapkan sama sama berdiskusi dengan kami di

        https://lembagakeris.net/2012/02/hubungan-militer-dengan-masyarakat/

        Maaf, kalo saya lancang. InsyaAllah ada jalan yang terbaik untuk Bangsa Indonesia menuju kejayaan baru.

        salam,

        Teddy

    • mochamad istamar says:

      maaf ijin nimbrung pak Djoksar…

      Apa yang bapak rasakan mungkin karena perubahan yang terasa cukup cepat sebagai akibat dari proses reformasi yang berimbas terhadap reformasi TNI. TNI menjadi Eksklusif dalam konteks tugas pertahanan itu harus pak. karena memang demikianlah setting pembentukan TNI yang sudah diatur dalam berbagai perundangan dan konstitusi. tetapi saya rasa TNI tidaklah eksklusif dalam mendiskusikan berbagai permasalahan pertahanan. buktinya TNI baik perorangan dan institusional bersedia dan menyambut gembira ajakan diskusi mengenai pertahanan. entah diskusi secara tertutup maupun umum semisal seminar.

      Menyikapi persoalan riil yang terjadi di masyarakat, sebagai unsur dari negara dan bagian integral dari bangsa yang bernama Indonesia, TNI tentu mempunyai keprihatinan dan sikap. akan tetapi penyikapan TNI tidak serta merta harus terlibat secara langsung dalam penyelesaian itu, kecuali memang diijinkan dalam peraturan yang ada. misalkan saja persoalan bencana yang melanda rakyat Indonesia, TNI akan serta merta turun langsung karena diperbolehkan dalam peraturan. beda halnya dengan permasalahan korupsi atlet wisma, tentu TNI tidak dapat melakukan intervensi langsung. yang paling mungkin dilakukan oleh TNI adalah agar kasus semacam itu tidak terjadi dalam lingkungan institusi TNI. jadi Intinya bapak, dalam negara Demokrasi Militer memang dibatasi perannya dalam persoalan sipil. Meski demikian harusnya hal ini tidak menjadikan TNI menjadi jauh dengan basisnya yakni rakyat indonesia.

      soal simulasi :
      1. Kasus libya memang menarik, dan memang ada titik panas di Indonesia yang dapat dengan mudah dimanfaatkan agar terjadi situasi semacam libya. meski demikian, saya meragukan untuk saat ini Indonesia dapat ‘dilibyakan’ seperti halnya suriah yang sedang dalam proses kearah ‘pelibyaan’. konflik politik yang terjadi di Indonesia masih menunjukkan kestabilan politik. lain halnya konflik politik yang terjadi di papua new guinea atau yang rentan menjadi tidak stabil misal myanmar, dan Timor Leste. saya rasa Indonesia masih jauh dari ketiga negara tersebut. dan oleh karenanya menjadi cukup sulit juga bagi pihak luar untuk membuat Indonesia menjadi semacam Libya misal dengan kasus papua. hal itu sama halnya membuat China menjadi semacam Libya dengan kasus Tibet.

      2. Sangat menarik untuk dikaji dan digali fakta objektif mengenai kondisi rakyat saat ini jika terjadi kasus semacam itu (Irak). akankah rakyat kita bereaksi seperti halnya masa revolusi dan awal kemerdekaan dulu, atau tidak. apakah rakyat akan membela (mendukung/mensupport) TNI dalam mempertahankan keberlanjutan dari kemerdekaan, dan keutuhan NKRI atau tidak. harus kita akui bersama bahwa kita baru teruji selama perang di awal kemerdekaan dengan menghadapi sekutu dan Belanda secara khusus dalam Agresi Militer I dan II.

      Salam..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.