Fenomena Interaksi Sosial Berkompetisi Menghilangkan Konflik Menuju Asimilasi

9 Responses

  1. THambrata says:

    *
    Sometimes,
    beberapa pemimpin cenderung menggunakan konflik didalam manajemen terhadap anak buahnya, sehalus apa pun konflik dibuat akan tetapi setiap konflik tetap memiliki ujung, sehingga dapat berakibat fatal bagi pemimpin tsb krn akan ditinggalkan org2 terbaiknya…

  2. Prima says:

    Kompetisi yang membangun dan menciptakan persaingan sehat sehingga mampu mengembangkan pribadi yang terlibat di dalamnya
    Sayangnya,, kadang kompetisi masih dipandang tabu, bahkan kompetisi sehat di kantor/lingkungan kerja ada yang berlaku kurang dewasa dan membawanya ke urusan personal

    • THambrata says:

      Baca juga tulisan TNC tentang kompetisi vs kompetensi

      Selama ini mgkn krn ketidak pahaman orang hanya tau proses kompetisi dan konflik saja dlm interaksi sosial. Padahal msh ada akomodasi dan asimilasi. Justru proses konflik yg harus di “potong” malahan fenomenanya adalah proses selalu berhenti pada konflik. Itu selalu.

  3. THambrata says:

    Tidak ada kompetisi yg sehat secara naluri manusia prim, yg ada dan jika mau berkompetisi utk saling mengakui kelemahan masing2, melihat dengan jujur n ikhlas siapa yg paling rendah kelemahannya kemudian berjalan bersama dengan dipimpin oleh individu yg plg sedikit kelemahannya. Belajar mengakui kompetensi seseorang

    • Bambang Ts says:

      Betul mas.. dan menurut saya ada satu hal lagi yaitu yang menjadi penentu, kemauan untuk “rumongso”. Sebuah kompetisi akan indah jika yang melakukan kompetisi tersebut “rumongso” akan kepetensi masing-masing. dan “rumongso” itu akan muncul sejalan dengan pemahaman masing-masing tentang dirinya sendiri. karena yang sering terjadi adalah orang mampu memahami orang lain namun tidak pernah mau memahami dirinya sendiri..

      just 2 send sambil ngopi.. 😀

  4. Shinto says:

    Selagi manusia masih mendambakan harta, tahta & wanita, pasti kompetisi akan selalu terikat dengan ego & nafsu dasar manusia, nah ego dan nafsu ini tidak ada yang bisa mengendalikan kecuali dari keinginan pribadi masing-masing individu, nah disini mungkin faktor tingkat spiritual individu yang bisa mempengaruhi… 😀

    • Khairul Umam says:

      memang hakikatnya manusia seperti itu mas tidak akan pernah merasa puas dan cukup jika tidak pernah nesyukuri apa yang sudah diberikan tuhan..
      dan memang pribadi manusia masing2 juga yg bisa memngendalikan nafsu.
      akang tetapi jgn lupa jika yang berkompetisi itu sebuah kelompok, kelompok adalah satuan atau unit yang terdiri dari banyak orang dengan pemikiran yang sama dan tujuan yang sama.

  5. bejo says:

    untuk mereduksi efek negatif dari kompetisi adalah kesadaran adanya “rule of the game” yang harus dipanuti, dan jiwa ksatria menjadi salah satu unsur penting untuk terciptanya kondisi taat azas tersebut, karena para pihak yang berkompetisi akan tetap saling memberikan respek. Bukankah lebih baik “menang tanpa ngasorake”? …….bahkan kepada musuh sekalipun kita harus memberikan respek…… salam kenal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.