Bulan Suci Ramadhan dan Semangat Kemerdekaan
Pendahuluan
Bukan sebuah kebetulan jika peringatan ulang tahun kemerdekaan Bangsa Indonesia tahun ini kembali bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, namun setidaknya peringatan ulang tahun kemerdekaan ini menjadi lebih istimewa karena mengulang sejarah ketika proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta yang saat itu bertepatan pada hari jumat tanggal 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 H. Sehingga seharusnya, semangat cinta tanah air dan memperbaiki diri untuk memajukan Bangsa yang digelorakan oleh generasi muda 67 tahun yang lalu dengan segala kekurangan dan keterbatasa karena harus berjuang dan berpuasa dimasa konfrontasi fisik, juga digelorakan oleh generasi muda Bangsa ini sekarang, dengan segala kemudahan karena tanpa harus merasakan keterbatasan-keterbatasan tersebut. Sebagai manusia beragama dan mempercayai adanya kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa dalam setiap sesuatu yang terjadi, kita harus percaya bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan sebuah keniscaaya dan anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa. Fakta historis tersebut dicatat oleh Bangsa ini dalam sebuah ungkapan jujur yang dirangkum dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Para founding father Bangsa ini sadar, bahwa tanpa restu dan anugrah dari Allah Yang Maha Kuasa kemerdekaan bangsa Indonesia yang sekarang sudah berumur 67 tahun adalah tidak mungkin terjadi. Tentunya, anugrah tersebut bukan satu hal yang tiba-tiba, namun merupakan “hadiah” dari Allah Yang Maha Kuasa atas jerih payah para pejuang kemerdekaan waktu itu dengan mengorbankan harta, jiwa dan usaha yang terus menerus.
Secuil Kisah Ramadhan dan Kemerdekaan
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang paling dinanti-nantikan oleh umat Islam dimanapun di seluruh dunia, karena pada suci tersebut terdapat banyak keistimewaan serta berkah, rahmat dan mustajap sehingga membuat umat Islam berlomba-lomba memperbanyak Ibadah. Bagi umat Islam Indonesia, bulan suci Ramadhan lebih dari sekedar Istimewa, karena bulan suci Ramadhan menjadi saksi sejarah puncak perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan dibumi Nusantara. Berbagai peristiwa penting menuju kemerdekaan Indonesia terjadi pada bulan Ramadhan 1364 H. Dimulai dengan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) satu hari menjelang malam pertama bulan Ramadhan 1364 H. Badan ini merupakan badan pengganti dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibubarkan pemerintah pendudukan Jepang karena
dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 tentara sekutu menjatuhkan bom ke kota Hiroshima dan disusul pada tanggal 9 Agustus 1945 ke kota Nagasaki yang berakibat lumpuhnya kekuatan Jepang dan akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Keesokan harinya, Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman menemui Marsekal Terauchi yang merupakan Panglima Angkatan Perang Jepang Asia Tenggara di dallat Vietnam untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia. Ketika Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman tiba di Indonesia, para pemuda yang telah mendengar kabar menyerahnya Jepang kepada sekutu mendesak untuk segerak memproklamirkan kemerdekaan namun ditolak oleh Ir. Soekarno karena tidak mau terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan.
Pada malam hari sekitar pukul 22.00 tanggal 16 Agustus 1945 atau bertepatan 7 Ramadhan 1364 H, para pemuda yang dipimpin oleh Wikana mendatangi kediaman Ir. Soekarno untuk mendesak Proklamasi kemerdekaan dilakukan malam itu juga namun kembali ditolak oleh Soekarno karena Ir. Soekarno tidak mau didikte agar Proklamasi pada tengah malam. Kemudian pada dini harinya Ir. Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Moh. Hatta dibawa ke Rengasdengklok yang kemudian terkenal sebagai peristiwa rengasdengklok dengan tujuan adalah agar Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Dalam peristiwa rengasdengklok tersebut, Ir. Soekarno memberikan kritik keras kepada para pemuda yang tidak memahami masalah proklamasi dengan indonesia yang terancam jepang dan sekutu. Peristiwa rengasdengklok berakhir ketika Mr. Achmad Soebardjo menjemput Ir. Soekarno, dan Moh. Hatta untuk kembali ke Jakarta. Menurut Mr. Achmad Soebardjo, pukul 03.00 pada waktu sahur teks proklamasi didiktekan oleh Bung Hatta, dan di tulis oleh Bung karno, dan atas berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa proklamasi kemerdekaan Indonesia akhirnya dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H pada Pukul 10 pagi di kediaman Ir. Soekarno jalan pegansaan timur 56 Jakarta dan menjadi awal lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selama masa persiapan menuju kemerdekaan, Ir. Soekarno meminta rekomendasi dari beberapa Ulama diantaranya adalah K.H Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri sekaligus pemimpin Nahdhatul Ulama yang memberikan kepastian dan dukungan kepada Ir. Soekarno untuk tidak takut memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, sedangkan penetapan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tanggal pelaksanaan proklamasi juga merupakan rekomendasi yang diberikan oleh K.H Abdoel Moekti dari Muhammadiyah. Selain itu, Ir. Soekarno menuturkan bahwa sejak kepulangannya dari bertemu Marsekal Terauchi di Vietnam sudah merencanakan proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 karena diyakini 17 merupakan angka keramat. Al-Qur’an diturunkan pada 17 Ramadhan, dan Shalat seharinya terdiri dari 17 rakaat, sedangkan dipilihnya hari Jumat sebagai hari pelaksaan proklamasi tersebut dikarenakan hari Jumat merupakan hari yang mulia dan penuh barakah.
Dulu dan Kini
Bulan suci Ramadhan yang juga dikenal sebagai bulan tarbiyah atau bulan pendidikan dikarenakan pada bulan suci Ramadhan umat Islam dididik untuk menjadi orang-orang yang sabar, tahan uji, mampu merasakan penderitaan orang lain sehingga nantinya setelah Ramadhan dapat menjadi manusia-manusia yang bertaqwa. Mengingat begitu beratnya perjuangan founding father, para pejuang dan generasi muda pendahulu Bangsa dahulu untuk mempersiapkan kemerdekaan Bangsa ini yang juga bertepatan pada bulan suci Ramadhan dengan segala tantangan dan keutamaannya, seharusnya membuat generasi muda Indonesia sekarang umumnya dan generasi muda Islam Indonesia khususnya dapat memaknai peringatan 17 Agustus bukan hanya sebatas seremonial belaka, memaknai yang dimaksudkan bukan hanya dengan peringatan dan perlombaan yang sering diselenggarakan ketika 17 Agustus datang, namun bagaimana dapat mempertahankan ke-Indonesiaan ditengah tantangan global sekarang.
Generasi muda dituntut untuk dapat mempertahankan, mengelola dan memajukan Bangsa untuk lebih maju dan sejajar dengan Bangsa-bangsa lain di dunia, tentunya hal tersebut akan terlaksana jika generasi muda mempunyai tekad, semangat dan rasa cinta tanah air sama seperti generasi muda pendahulu saat berjuang untuk kemerdekaan Bangsa ini dari kolonialisme penjajah. Sebuah bangsa akan abadi dan bermartabat jika generasi mudanya peduli terhadap budaya-budaya serta pedoman hidup yang telah mengakar abadi dan sudah ada sebelumnya di tengah masyarakat, serta dapat memilah efek kemajuan dan globalisasi yang sesuai dengan norma, budaya dan Agama. Perjuangan generasi muda sekarang di era globalisasi ini bukanlah suatu hal yang mudah, karena generasi muda diharapkan mampu memberikan inovasi, kesetiaan, pengorbanan, serta komitmennya dalam membangun negara dan mempertahankan budi luhur identitas bangsa, sehingga kedepannya mampu bertahan dan dapat bersaing dengan Negara lain namun tetap memiliki ciri yang khas Indonesia. Sehingga, cita-cita luhur yang sudah diperjuangkan oleh para founding father, para pejuang dan generasi muda pendahulu Bangsa dahulu tentang sebuah negeri yang Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur, sebuah negeri yang baik yang berada dalam perlindungan Allah Yang Maha Kuasa dapat terwujud.
Penutup
Krisis multi dimensi yang sedang menerpa bangsa Indonesia saat ini dengan munculnya berbagai masalah yang sepertinya tidak kunjung selesai seharusnya menyadarkan kita dan membuat kita sebagai generasi penerus ber-muhasabah atau mengevaluasi diri sejauh mana kita memaknai kemerdekaan yang sudah diperjuangan oleh para founding father, khususnya dalam bulan suci Ramadhan, bulan dengan segala keutamaan.
Teriring doa “..Allahummaj’al baladana baladan aminan, waj’al ummatana ummatan shalihan, waj’al aimmatana aimmatan amanah, waj’al ardhona ardhon barakah…aminn.” Ijinkan untuk mengucapkan..
Dirgahayu Negeriku…
Referensi:
- Muhammad Ihsan, Ramadhan: Bulan Kemerdekaan Indonesia, http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/29/ramadhan-bulan-kemerdekaan-indonesia
- Terjemahan karya Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat, Media Pressindo, Agustus 2007
- MOHAMMAD HATTA, Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, Penerbit Buku Kompas, Januari 2011
- Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2 “Buku yang akan Menuntaskan Kepenasaran Anda akan Kebenaran Sejarah Indonesia, Salamadani Pustaka Semesta, Bandung, Maret 2010
apakah saat ini para generasi penerus sadar akan sejarah ini, wallahuallam saya sendiri masih mencari bahwa upacara perdana yang dilaksanakan hari jum’at tanggal 17 Agustus 1945 itu sendiri dimulai jam 10.00 dan berakhir jam berapa? ini yang masih ada dalam benak fikiran saya sejak belajar sejarah waktu SMU dulu karena kalau tepat maka masuk waktu untuk melaksanakan Shalat Jum’at tapi kalau tidak tepat?
Kalau soal Upacara saya juga belum monitor, namun semangat dan pertimbangan Bung Karno dan Bung Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Bangsa ini di Bulan Ramadhan sangat penuh dengan makna yang kadang kita tidak pernah tau maksud sebenarnya, kecuali satu-satunya tujuan memerdekaan Indonesia dari Penjajah seperti yang diulas di buku sejarah…
wow! fakta sejarah ini saya malah baru mengetahuinya…patut disebar luaskan supaya generasi muda mengerti sejarah dari 17 agustus itu sendiri