Pengaruh Konflik di Semenanjung Korea Terhadap Kondisi Perekonomian, Pertahanan dan Keamanan NKRI
Mayor Pnb Taufik Nur Cahyanto, ST
” War is a continuation of politic by other mean ” (Carl Von Clausewitz)
Perang pada dasarnya adalah kelanjutan dari sebuah perjuangan politik yang sudah tidak bisa diselesaikan dengan jalan damai. Apapun alasannya , belum pernah ada perang yang menyenangkan bahkan menyejahteraan rakyat. Akan tetapi, nampaknya konflik di semenanjung Korea yang dibintangi oleh actor laga Korea Utara dan Selatan dengan “sutradara” handal negara – negara pendukung mulai mengkawatirkan negara-negara sekitarnya dengan isu yang berkembang.
Sementara itu konflik kepentingan di wilayah perairan Laut Cina Selatan pun sudah mulai menggelora. Kehadiran negara-negara yang mempunyai kepentingan sudah mulai nampak dengan segala tingkah polah manuvernya. Ketegangan di Laut China Selatan telah berkembang sedemikian pesat dengan berbagai kompleksitas permasalahan dan kepentingan tarik ulur kepemilikan wilayah dan kepulauan di sekitar wilayah perairan tersebut. Teori ada gula ada semut, ada minyak ada ribut tidak bisa di naïf kan lagi. Menurut data yang dikutip oleh Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), Cina memperkirakan cadangan minyak di sana sebesar 213 miliar barel atau 10 kali lipat dari cadangan milik Amerika Serikat. Ilmuwan AS memperkirakan jumlah minyak di sana 28 miliar barel. Menurut EIA, cadangan terbesar kemungkinan adalah gas alam. Perkiraannya sekitar 900 triliun kaki kubik, sama dengan cadangan yang dimiliki Qatar. Sehingga sudah jelaslah kenapa beberapa negara di sekitar perairan tersebut saling mengklaim pulau-pulau yang bertebaran diatasnya.
Kembali kepada permasalahan ancaman terbesar bagi negara sekitar bila dihadapkan dengan kondisi konflik Korut dan Korsel, yang terletak di sekitar perairan Laut Cina Selatan, saat ini adalah kepemilikan senjata nuklir oleh Korea Utara yang menjadi isu utama. Sedangkan Korea Selatan sendiri telah di back up secara penuh oleh negara Amerika Serikat yang memiliki kekuatan pertahanan yang tidak diragukan lagi. Sehingga api ketegangan ini sangat mudah untuk disulut menjadi kobaran api yang siap melahab wilayah sekitarnya. Oleh karena itu pada tulisan ini , perlu kiranya kita kupas pengaruh ketegangan konflik ini bagi negara Indonesia pada perspektif kondisi perekonomian, keamanan dan pertahanan negara.
Sejarah Konflik Kedua Negara
Sebelum lebih jauh kita mengupas pengaruh konflik ini, perlu kiranya kita flash back ke belakang sejarah konflik pada jilid satu. Sejarah telah mencatat bahwa kedua negara ini telah terlibat konflik sejak puluhan tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 25 Juni 1950 sampai dengan 27 Juli 1953. Pada masa itu telah tercatat terjadinya perang Korea antara Korea Utara yang didukung oleh Uni Soviet, RRC dengan Korea Selatan yang didukung oleh negara Amerika Serikat, Inggris dan commonwealth countries. Kisah cerita diawali pada era perang dunia tahun 1939-45, saat masa depan kekaisaran Jepang ditentukan oleh pertemuan negara sekutu sebagai penakluk negara Jepang. Detik-detik pengembalian kemerdekaan Korea sebagai salah satu koloni Jepang sejak tahun 1910, bagian utara negara tersebut diduduki oleh Soviet Russia. Sedangkan di bagian selatan, pemerintahan militer Amerika Serikat dibawah pimpinan Jendral D. MacArthur akan mengontrol dari markas besar di Tokyo. Sebagai respon dari pembentukan North Korean Peoples’ Army oleh Stalinist regime ,Kim Il-Sung, yang di back up oleh Soviet , Amerika Serikat memback up kondisi chaos politik yang terjadi di bagian selatan dibawah kepemerintahan presiden Syngman Rhee yang secara terbuka telah menyatakan ingin menyatukan dengan paksa. Dalam kondisi ini, tentara Korea selatan yang dilatih oleh Amerika baru terbatas pada kemampuan terbatas.[1] Meningkatnya incident berdarah di perbatasan memicu invasi Korea utara untuk menduduki Korea selatan. Ekskalasi peningkatan ini akhirnya membuahkan resolusi Dewan keamanan PBB yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dengan mengklaim Korea Utara sebagai Aggresor. Hal ini ditindak lanjuti dengan pengiriman pasukan dari anggota PBB untuk menghadapi gerakan Korea Utara yang semakin agresif untuk menduduki Pelabuhan utama Pusan. Pada perang tersebut, kekuatan Udara (Air Power) sudah sangat menentukan. Kekuatan Udara Korea utara telah dikendalikan oleh superior equipment US Air Force, Navy dan Marines. Heavy bombers menghancurkan kota-kota dan pusat perindustrian Korea Utara. Serangan secara terus menerus memaksa China untuk memanfaatkan pasukan berkuda untuk menggeser dukungan logistic. Fase baru peperangan udara terbuka, ketika pesawat Bomber B-29 yang dikawal oleh pesawat tempur Amerika Serikat berhadapan dengan pesawat Rusia, MiG -15 yang diterbangkan oleh penerbang – penerbang China. Pesawat MiG-15 mampu menyapu pesawat jet Amerika generasi pertama, sampai dengan dikenalkannya pesawat bersayap swept, F-86 Sabre, yang di claim sebagai pesawat combat supersonic pertama di dunia [2]. Sebagai akhir cerita peperangan perbedaan ideologi ini berhenti di atas meja , pada pertengahan 1951. Armistice disepakati dengan beberapa konsekuensi dari kedua belah pihak. Pada bulan Juli 1953, ribuan mantan tahanan dari kedua belah pihak dikembalikan. DMZ (Demilitarised Zone) di tetapkan di daerah perbatasan, kedua belah pihak menarik dari posisi pertempuran diikuti oleh tindakan supervisi dari PBB.
Pengaruh Kondisi Perekonomian
Kembali pada topic bahasan pengaruh konflik ini terhadap kondisi perekonomian bangsa kita, mari kita perhatikan kerjasama mutualisme yang sudah berlangsung sampai dengan saat ini.
Kementerian Perdagangan menyebutkan sepuluh negara tujuan yang memiliki pencapain ekspor non migas terbesar pada 2012. Ke-10 pasar ekspor utama tersebut berkontribusi sebesar 68,6 persen dari total ekspor non migas. Dari sepuluh pasar tujuan ekspor tersebut, China berada di urutan pertama sebesar USD 20,9 miliar. Kemudian Jepang (USD17,2 miliar), Amerika Serikat (USD14,6 miliar), India (USD12,4 miliar), Singapura (USD10,6 miliar), Malaysia (USD8,5 miliar), Korea Selatan (USD6,7 miliar), Thailand (USD5,5 miliar), Belanda (USD4,6 miliar), dan Taiwan (USD4,1 miliar)[3]. Korea Selatan adalah Negara ke-7 tujuan ekspor Indonesia dengan nilai yang cukup significant. Sedangkan China, Jepang, Malaysia, dan Thailand adalah negara-negara yang terletak di sekitar Laut Cina Selatan yang cukup rentan terhadap pengaruh konflik di semenanjung Korea. Korea Selatan sendiri selama lebih dari dua dekade belakangan ini tercatat telah mengembangkan Indonesia sebagai pusat produksi sekaligus rekanan bisnis yang sangat penting dalam perencanaan perluasan ekonomi internasional. Beberapa perusahan atau konglomerasi besar ; Samsung, Hyundae dan Lotte secara besar- besaran telah melakukan ekpansi bisnis ke Indonesia. Statistik lain yang menunjukan keterkaitan ekonomi Indonesia dan Korea Selatan adalah tingginya tingkat populasi ekspatriat Korea Selatan di Indonesia. Tercatat kurang lebih 35.000 warga Korea tinggal sekaligus bekerja di Indonesia dan merupakan komunitas ekspatriat terbesar di Indonesia[4].
Berdasarkan data lain yang dilansir situs resmi Kementrian Industri RI, peningkatan Investor dari Korea Selatan cukup cemerlang di tahun-tahun mendatang. Dengan masuknya Posco dan Hankook ke Indonesia, sekitar 100 perusahaan asal Korea Selatan datang ke BKPM dan menyatakan keseriusan mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Seperti diketahui, Pohang Steel and Iron Company (Posco) bekerja sama dengan PT Krakatau Steel Tbk membentuk PT Krakatau Posco untuk berinvestasi sebesar US$6 miliar guna membangun industri baja dengan teknologi yang lebih baik. Adapun, Hankook juga telah mulai merealisasikan komitmen investasinya yang hingga 2018 akan mencapai US$1,1 miliar. Secara keseluruhan komitmen investasi dari Korea Selatan telah mencapai US$12 miliar dan berpotensi meningkat menjadi US$20 miliar[5]. Belum lagi dari sektor pariwisata, hubungan kedua negara cukup baik dalam hal kerjasama dalam rangka memajukan bidang budaya dan pariwisata. Tercatat bahwa Korea selatan menempati peringkat ke lima jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia. Sehingga cukup jelas bahwa keterkaitan konflik di Semenanjung Korea akan sedikit banyak mempengaruhi kondisi perekonomian bangsa baik implikasi kenaikan ataupun kecenderungan penurunan terhadap perekonomian bangsa.
Pengaruh Terhadap Bidang Pertahanan
-
Masa depan Kerjasama proyek KFX/IFX dan Kapal Selam . Program KFX/ IFX yang telah lama direncanakan tentunya akan sedikit banyak terpengaruh oleh adanya konflik ini. Setidaknya ada dua kemungkinan, yang pertama proyek ini akan mengalami percepatan karena adanya desakan kebutuhan pesawat tempur generasi 4,5 untuk memperkuat sekaligus deterrence effect bagi Korut. Sedangkan kemungkinan yang kedua proyek ini terhenti karena alasan efektifitas pengalokasian anggaran pertahanan Korea Selatan yang memilih membeli pesawat yang sudah battle proven dan lebih cepat proses pengadaannya. Sedangkan kerja sama produksi Kapal Selam pun tentunya akan terpengaruh oleh adanya potensi konflik kedepan.
-
Keberlangsungan Pesawat T-50. Pada tahun 2013 ini, beberapa penerbang telah dikirim dalam rangka proyek pembelian 16 pesawat T-50 buatan Korea Selatan yang rencana akan segera datang pada tahun ini. Pengaruh kedepan tentunya bila konflik tersebut berlanjut dan berakhir buruk pada kondisi Korea Selatan, harus kita siapkan langkah alternative keberlangsungan pesawat ini. Keberlangsungan tersebut meliputi dukungan pemeliharaan dan alih tehnologi baik segi operator maupun maintenance.
-
Peluang Indonesia diatas konflik . Di lain pihak kondisi ini berimplikasi terhadap kondisi regional dan Internasional negara di sekeliling wilayah konflik. Posisi Indonesia yang berpegang pada politik Luar Negeri Bebas aktif, akan membuahkan sebuah peluang sebagai mediator. Namun demikian, adanya beberapa kekuatan dan kepentingan yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung akan berusaha mendekati Indonesia sebagai negara yang mempunyai kedudukan di negara ASEAN cukup terpandang sebagai developing country yang mempunyai masa depan cemerlang. Usaha pendekatan tersebut akan terimplikasi dengan tawaran kerja sama di berbagai bidang sampai dengan hibah beberapa alutsista dan latihan bersama. Rencana Hibah F-16 dari Amerika Serikat, C-130 dari Australia, hibah F-5 dari Korea Selatan merupakan beberapa konsekuensi posisi strategis bangsa kita terhadap konflik tersebut. Sehingga hal ini tentunya akan berdampak positif pada peningkatan kekuatan angkatan perang kita sebagai salah satu faktor pendukung posisi Indonesia di negara-negara Asia.
Tidak bisa kita dipungkiri bahwa kekuatan angkatan bersenjata suatu negara merupakan alat diplomasi yang cukup efektif. Detterance effect merupakan kekuatan diplomasi yang saat ini masih kurang dipahami dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah kita. Sehingga peluang ini harus dimanfaatkan dengan asas penggunaan tanpa melibatkan diri pada salah satu kekuatan yang sedang bertikai.
Pengaruh Terhadap Keamanan
Dampak buruk perang sudah banyak kita jumpai dalam sejarah kehidupan manusia. Korban jiwa bukan lah sesuatu yang bisa dinafikkan dalam memperebutkan kepentingan pihak yang bertikai. Bagi negara tetangga pihak yang bertikai setidaknya menerima dampak yang berakibat pada keamanan dalam negeri. Beberapa kemungkinan yang dihadapi bangsa kita terkait dengan dampak konflik Korea Utara dan Selatan adalah banyaknya ekspatriat yang selama ini berada di Indonesia sebagai warga temporary akan enggan untuk kembali ke negaranya. Keamanan perjalanan menuju wilayah yang berada di sekitar daerah konflik juga akan terganggu karena rawan dengan kegiatan yang mengancam jiwa kita. Terlebih khusus jalur perdagangan Laut Cina Selatan yang sangat diminati untuk jalur pelayaran Internasional strategis menghubungkan benua Asia , Australia dan Eropa.
Happy Ending
Sebagai pengharapan kita bersama bahwa kondisi konflik ini akan dapat diselesaikan di meja perundingan, sehingga hal-hal yang kita antisipasi tidak akan menjadi sebuah kenyataan pahit. Perang adalah kegagalan dari sebuah proses negosiasi yang sejatinya adalah perjuangan untuk kepentingan politik pihak tertentu. Namun demikian, potensi terburuk harus kita siapkan agar kewibawaan dan eksistensi bangsa Indonesia tetap dipertahankan.
Referensi :[1] The Korean War: The West Confronts Communism, 1950-1953by Michael Hickey (John Murray, 1999) [2] http://www.bbc.co.uk/history/worldwars/coldwar/korea_hickey_01.shtml [3] http://ekbis.sindonews.com/read/2013/03/04/34/723885/ini-10-negara-tujuan-ekspor-terbesar-indonesia [4] http://lomboktoday.co.id/read/2012/09/24/kerjasama-indonesia-korea-selatan-makin-kuat.html [5] http://www.kemenperin.go.id/artikel/955/Investor-Korsel-dinilai-makin-agresif
Jika terjadi perang, maka yang saya takutkan efek berantai terutama buat Indonesia mas, yaitu masa depan produk2 korea menjadi tidak menentu, padahal kita berharap banyak pada ketepatan schedule penyerahan pesanan yang telah disepakati, jika meleset maka berpengaruh juga terhadap pemenuhan MEF.
Dalam benak saya koq takutnya ada pihak2 tertentu yang mencoba mengail di air keruh terhadap konflik korea ya, intinya terutama jika korea utara bener2 dalam status perang, maka sumber biaya dan sdm akan sepenuhnya dikerahkan untuk mendukung peperangan, sehingga proyek2 besar dlm negeri (seperti pengembangan kfx, cbg, mbt) menjadi tertunda, korea akan mengambil keputusan instan dlm pemenuhan kebutuhan keamanannya yaitu BELI.. sehingga secara tidak langsung akan mengebiri kemampuan korea itu sendiri… 😀
@Mas Shinto: betul sekali.. efek itu yg perlu kt antisipasi…satu hal yg perlu diingat…bahwa Indonesia dibuat oleh pihak tertentu untuk tdk hancur namun tidak maju…artinya bila Indonesia maju akan membahayakan pihak” tertentu…namun sebaliknya jika Indonesia hancur juga akan merugikan pihak” tertentu juga…Sehingga yng diserang atau digoncang adalah stabilitas negara…sehingga negara kita stagnant, dibikin ruwet dalam negeri dibalut dengan demokrasi dan hak asazi manusia…
Tulisan yang sangat menarik mas…
Dalam setiap perang pasti akan ada hal yang diakibatkan, baik itu baik maupun buruk, namun semoga Damai yang tetap jadi pilihan….
@ mas bambang T: “”Million friends zero enemy”” indahnya kedamaian….
Mantab Komandan….
Bagi saya yang paling mengancam justru permasalahan laut China Selatan, sekian triliun barrel adalah termasuk dalam perairan Natuna milik Indonesia. Dan dari segi geografis spratly bisa di klaim satu rangkaian dgn Natuna, jika upaya utk spratly berhasil maka posisi tawar Indonesia harus kuat agar virus laut china selatan tidak menyebar kepada Natuna.
Konflik Laut Cina Selatan sudah menjadi CG baru bagi trend konflik kedepan…jadi nggak salah klo kekuatan bipolar mulai pada mendekat dan merapatkan barisan menuju kesana..”keep on observing and alert”
ada pihak 3 yg mengupayakan konflik korea dapat menimbulkan efek domino dikawasan dan tentunya indonesia juga akan kena getahnya dimana berbagai pembangunan alutsista strategis antara RI – Korsel dapat terhambat. sudah bkn rahasia tiap ada perang selalu ada pihak yg diuntungkan khususnya penjual senjata.
MAs yayan: pihak ketiga , kempat , kelima dst adalah pihak yang jeli memanfaatkan peluang…..jadikan kita sebagai pihak yang selalu waspada n kritis terhadap kehadirannya…
saya setuju dng mas brata, krn itu siap atau tdk siap, indonesia harus siap, krn itu, semuanya harus dng kesadaran diri dan tanggung jawab serta moral yang tinggi, dng pandangan atau filosofi, kita bukan pahlawan, tapi kalau bukan kita2 anak negeri yang menjaga negara kita siapa lagi, orang lain atau negara lain, jangan harap, negara lain memperhatikan negara kita krn negara kita masih ada yg bisa diambil dan terus diambil, jadi jangan menjadikan dalam hidup ini uang adalah segala2nya sehingga hanya demi uang, menghalalkan segala cara, saya menyarankan kpd DPR, gaji dan tunjangan kalian ini itu sudah tinggi, apalagi yg inginkan, minta komisi dari proyek, sudahlah, cukup sudah, kalian hanya memikirkan diri kalian sendiri, coba pikirkan masyarakat di pinggir jalan yg betul2 mengemis dan bukan pengemis yang menyamar, kalian bekerja utk rakyat tapi banyak dalil yg kalian gunakan utk membohongi rakyat, kalau kalian minta diberikan tunjangan, kalian sudah dapat selain gaji dan tunjangan, kalian juga dapat sarana dan prasarana, yang belum tentu pejabat lain dapatkan, jadi tolong, kalau mau bekerja utk rakyat yg benar2, ada rapat saja banyak yg absen, apa itu bisa dikatakan wakil rakyat, ada waktu dan kesempatan utk bertemu dng rakyat jng krn alasan ingin bertemu rakyat di daerah lalu kalian absen, kalian membuat peraturan yg nyeleneh, kalau disalahkan nanti pakai alasan pembenar, waktu itu khan saya datang ke daerah utk mewakili rakyat, anehnya lagi utk bertemu menyerap asipirasi masyarakat diatur sedemikian rupa sehingga ada aturan yg memberikan kalian hak utk mendapatkan tunjangan aspirasi masyarakat, sebenarnya yg bayar bukan negara, itu sebenarnya konsekuensi dan tanggung jawab kalian sebagai bagian dr wakil rakyat, yg bertanggung jawab kpd konstituennya (pemilihnya).
kpd Presiden, pejabat2 di Kemenhan, KemenBUMN, KemenESDM, Kemenkeu dan kepada Pimpinan Forum Daerah serta DPR, DPRD, jangan pikirkan kepentingan pribadi, golongan maupun pihak lain, pikirkan utk rakyat, rakyat kita sudah lelah dng janji2 manis tapi tidak terealisasi.
nah utk mengantisipasi laut china selatan yg berkaitan dngan kepualauan spratly dan pulau natuna, saya hanya menyarankan, tdk perlu memkirkan perasaan tetangga saat kita mendatangkan alutsista, lebih baik kita mengadakan dan menempatkan alutsista lebih dengan anggaran yang ada sebelum terjadi perang antara china dengan negara2 yg bermasalah dengan laut cina selatan.
utk saat ini pengadaan kapal selam dan lain sebagainya, tdk bisa hanya mengandalkan dari korsel antisipasi jika terjadi perang antara korut dng korsel, kecuali pakar dari korsel yang melakukan penelitian dan pengembangan di bidang kapal selam dan di bidang KFX/IFX beserta peralatan dan perlengkapannya utk sementara dievakuasi ke indonesia, utk memastikan proyek KFX/IFX dan kapal selam tetap berlanjut
sekarang kontrak yang berkaitan penambangan sumber daya mineral, energi, gas serta minyak kalau berakhir jangan diperpanjang, diserahkan kepada BUMN kita, saham2 pemerintah di perusahaan asing diperbesar jika kontraknya masih berjalan, jangan dinasionalisasi, krn nasionalisasi akan mengurangi kepercayaan asing kepada indonesia, yg dpt mengakibatkan larinya modal asing dr negara kita, adakan logistik sampai 5-10 tahun, selama 5-10 tahun kita berdayakan petani2 kita dan para penganguran utk menggarap lahan yang terlantar dan yang sudah ada spy optimal, jng diberikan ijin lagi utk membangun gedung2 di perkotaan dan di desa, kalau bisa bebaskan pemukiman kumuh, relokasi masyarakat yg tinggal di pemukiman kumuh, kemudian pemukiman kumuh yg telah dibebaskan tsb di buat lahan perkebunan dan lahan pertanian, dengan demikian akan membawa efek positif yaitu akan mengurangai emisi gas dan rumah kaca serta indonesia akan kembali menjadi negara swasembada pangan, kemudian data di perkotaan dan dipedesaan yg tdk memiliki lahan pertanian maupun perkebunan, seteleh itu carikan tanah trans utk mereka garap, berikan mrk alat traktor, pupuk subsidi, dan segala sesuatu yg mrk butuhkan, krn itu merupakan tanggung jawab negara kepada masyarakatnya
data yayasan yatim piatu yg benar2 menjalankan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta tugas pokoknya, jika ada yg memperdagangkan anak, cabut ijinnya, kemudian laporkan kepada polisi, spy seluruh pengurusnya diproses, kemudian yayasan yatim piatu yg benar2 menjalankan tugas sesuai dng aturan, diberikan fasilitas hewan2 utk diternakkan, lahan utk diberdayakan guna memenuhi kebutuhan mrk, dan juga utk berjualan utk mencukupi biaya operasional mrk, data RT, RW, Lurah dan Camat yg selama ini bermasalah dalam pendataan bantuan uang tunai, lalu kalau mrk terbukti bermasalah, laporkan ke Polisi utk diproses atau diberikan sanksi administrasi kepegawaian, lalu data para nelayan kita yang mampu dan yang tidak mampu, antara yang punya kapal dng yg tidak, antara yg membeli kapal dan yang menyewa kapal, antara yg berhutang dng yg tdk berhutang, kemudian tanya mrk yg kategori tdk mampu tsb kebutuhan mrk, kalau tdk punya kapal, berikan mrk kapal, kalau tdk ada dana berikan mrk uang, kalau tdk motor dan bahan bakar serta jala, berikan yg mrk butuhkan, sampai mrk dapat melunasi hutang2 pribadi mrk, berdayakan LKMD, para pengemis yg benar2 mengemis data mrk, kalau mrk tdk ada org tua, disatukan antara yg masih anak2 dng mrk org2 tua yg ditelantarkan oleh anak2 mrk, kemudian carikan tanah, berikan tanah, bangunkan mrk rumah, beri mrk sarana dan perlengkapan rumah, beri mrk dana, beri mrk lahan utk bertani dan berternak, beri mrk hewan utk diternakkan, krn tanggung jawab negara uitk menyediakan penghidupan layak bagi mrk anak2 terlantar dan org2 tua yang terlantar. tdk perlu hitung untung rugi, krn selama ini negara melalaikan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
kalau belum saatnya menjadi pemimpin bangsa, jadilah seorg pemimpin bagi dirimu sendiri yg berintegritas, kalau sudah saatnya jadilah pemimpin bangsa yang berintegritas, rendah hati, sederhana, tdk memperlihatkan gaya hidup glamour
@Mas bambang_1: I’m 100% with you…selain dari pada itu pihak ketiga tahu bahwa “extraordinary power” bangsa Indonesia adalah jiwa Nasionalisme yg sekarang sedang dikoyak”…Sejarah terus berulang sejak jaman keemasan Majapahit dg Gajahmada bisa menyatukan wilayah yang cukup luas, jaman kejayaan Soekarno krn bersatu dengan jiwa nasionalisme menghadapi konflik luar negeri….Semangat itu muncul karena adanya nasionalisme..So kita merindukan pemimpin yang bisa menumbuhkan jiwa nasionalisme secara tulus memperjuangkan kepentingan nasional diatas kepentingan golongan dan pribadi…
berbicara tentang dampak konflik pada perekonomian, pertahanan dan keamanan bangsa menurut saya jangan hanya dilihat dari aspek semenanjung korea, untuk berpikir solusi mengatasi dampak2 yang akan timbul pada aspek perekonomian, pertahanan dan keamanan, kita harus berpikir secara komprehensif dengan mendata semua masalah yang yang akan terjadi, sedang terjadi dan telah terjadi terkait konflik yang terjadi di semananjung korea, negara2 yang memiliki masalah perbatasan dengan indonesia, dan juga yang memiliki sengketa tentang laut china selatan serta negara2 yang baik secara langsung maupun yang tidak langsung, yang mana indonesia terdapat kepentingan di negeri itu, misalnya di bidang investasi, di bidang ekspor, di bidang impor utk pemenuhan kebutuhan pangan, dan mineral sampai indonesia dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya secara pangan, sandang dan papan sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan dan batang tubuh Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, dalam berpikir secara komprehensif, indonesia akan menyiapkan solusi untuk mengamankan kepentingannya sehingga dalam situasi yang terburuk, indonesia masih dapat survive, oleh karena itu para pemimpin baik eksekutif, legislatif dan yudikatif meskipun terpisahkan dalam management kelembagaan tapi dapat bersinergi demi persatuan, kesatuan dan tercapainya masyarakat adil dan makmur serta sejahtera berdasarkan hukum yang mengatur bangsa supaya tetap dapat hidup tertib atau tidak terjadi kekecauan. misalnya indonesia telah mengetahui semenanjung korea memanas, di satu sisi politik indonesia bebas dan aktif yang berusaha menjaga hubungan baik korut dan korsel tanpa memihak salah satu, dengan pertimbangan di satu sisi, indonesia dapat belajar dari korut yang tidak putus asa dalam melakukan penelitian dan pengembangan alutsista dan teknologi utk kepentingan bangsa dan negaranya, disisi lain indonesia juga dapat belajar dari korsel melalui pengadaan alutsista dari korsel yang disertai adanya ToT, akan meningkatkan kapabilitas (kemampuan) dan martabat indonesia dalam pandangan negara2 eropa dan asia serta amerika, tentang sengketa laut china selatan, indonesia mulai mengadakan alutsista besar2an utk mengamankan titik yg selama ini lemah pengawasan sehingga ketika terjadi konflik, indonesia sudah siap menghadapi kemungkinan serangan dr negara lain yg akan memasuki wilayah udara, darat dan laut indonesia, selain itu dng politik indonesia bebas dan aktif, karena indonesia tdk bersengketa, sehingga indonesia dalam posisi netral yang dapat menjadi pihak penengah untuk berusaha memediasikan (mengupayakan perdamaian) sampai damai, dan juga sampai alutsista, personil dan anggaran kita 100 % dapat mengkover pertahanan, keamanan wilayah kita serta sampai indonesia dapat memenuhi kebutuhan sendiri pangan, sandang dan papan tanpa bergantung dng negara lain, sehingga jika terjadi situasi buruk diluar perkiraan yaitu perang antara negara2 yang bersengketa laut china selatan dng china, indonesia dapat bertahan baik dalam bidang ekonomi, pertahanan dan keamanan. masalah perbatasan indonesia dng negara2 tetangga, dengan diadakannya alutsista, personil dan anggaran yang memadai sehingga 100 % dapat mengkover pertahanan dan kemanan wilayah kedaulatan laut, udara dan darat indonesia, serta dengan dipenuhinya kebutuhan2 masyarakat baik pangan, sandang dan papan, maka indonesia tdk lagi akan menjadi negara pengimpor melainkan akan menjadi pengekspor sehingga jika terjadi konflik, indonesia masih dapat bertahan, dan negara2 lain belum tentu dapat bertahan seperti indonesia, selain itu negara2 tetangga akan memperhitungkan indonesia jika ada negara2 tetangga yang bermain curang utk menyerobot wilayah udara, laut dan darat indonesia yang merupakan tindakan penyerobotan serta penyerangan terhadap kedaulatan kepada bangsa dan negara kita
ulasan topik di atas oleh Bapak Taufik Nur Cahyanto, saya paham ulasan yang disampaikan di atas merupakan ulasan dengan pola berpikir kekhususan pada suatu masalah sehinga diketahui secara rinci permasalahan2 yg timbul dan solusinya, tapi kalau boleh dikaitkan juga dng laut china selatan krn melihat china yg sedang girang2nya utk mengadakan alutsista, saya berpikir, jika selesai china membantu korea utara, china tdk akan berhenti sampai membantu menyelesaikan korut menghancurkan korsel melainkan china akan terus bergerak sampai ke wilayah jepang yg terkait dng pulau2 yg disengketakan dng jepang, kemudian jika jepang berhasil diatasi, china akan terus bergerak ke wilayah laut china selatan, saya melihat china mengadakan alutsista sampai pada titik china merasa sudah dalam posisi siap utk bergerak maju sampai mengalahkan negara2 yang bersengketa wilayah dengan china, itulah china yang kita dapat belajar dari sejarah penyatuan kerajaaan2 kecil sampai menjadi negara china yang besar sampai dengan sekarang ini, china penuh dengan perhitungan, strategi dan rela berkorban sampai mati untuk mendapatkan sesuatu yg diinginkan.
yang pasti beberapa industri engineering korea selatan mulai melebarkan sayap ke Indonesia mas, selain pasar potensial, Indonesia juga dipandang mampu memberikan manpower berkualitas serta sebagai tempat yang netral & bebas dari ancaman konflik. Sepatutnya kita juga memandang peluang dari sisi ekonomi, dimana potensi konflik korea sekalipun bisa menguntungkan untuk ekonomi kita
Menurut saya tdk ada yg menguntungkan ekonomj kita terkait dgnKorea Selatan, karena kita punya semua sda n sdm…tanpa mereka pun kita bs maju, dan mereka menggunakan kita hanya sebagai alat melawan China saja. Sdm mereka tdk sebanding dengan China, dan logikanya jika mereka berhasil “menguasai” ekonomi kita maka kita akan jadi “bagaikan kerbau di tusuk hidung”
Ini bisa menjadi kesempatan kita untuk Transfer of technology dan pembukaan lapangan kerja mas karena pasti Korea akan mencari tujuan investasi yang stabil, seperti di Krakatau POSCO atau di DSME, bisa kita ketahui komposisi olahan baja yang selama ini belum kita ketahui, kita bisa juga mendapatkan transfer teknologi dari SDM2 kita yang bekerja disana.
Apakah masih yakin dengan transfer of technology Prim?
Akhirnya saya menyadari bahwa teknologi itu harus dicari, dikembangkan dan dikuasai, bukan minta Prim….mustahil ada negara mau memberi teknologi strategis utk negara lain….
Minyak, kita punya puluhan juta barel sbg cadangan, tapi kenyataannnya kita tetap beli dari luar….hehehe….bahan mentah kita serahkan pihak luar, kemudian di olah dan setelah jadi kita beli….saya rasa ini adalah sebuah hasil dari janji2 seperti transfer technology yg ternyata omong kosong di zaman ini….
Disatu sisi saya sependapat dengan Prima soal TOT ASALKAN ada sebuah WILL yang kuat dari pemerintah untuk menjamin terjadinya TOT seperti yang Korea lakukan dahulu terhadap Industrinya. Industri Korea semaju sekarang juga berawal dari TOT yang didukung penuh dan dikawal oleh pemerintahnya dengan menerapkan kebijakan yang Istiqonmah dan dituangkan dalam sebuah Renstra panjang dalam lompatan pengembangan Teknologi.
Jika hal itu tidak dipunyai oleh Pemerintah, maka saya setuju dengan apa yang disampaikan Mas Brata…