Menghadapi Ancaman Asimetris : Apa Yang Harus Kita Lakukan?
Jika kita menilik pada keadaan peperangan yang akan terjadi dimasa depan tentunya akan mengarah kepada peperangan asimetris. Dilihat dari definisi asimetris itu sendiri mengandung makna sebagai suatu ketidak-seimbangan antara kanan dan kiri, atas dan bawah maupun dalam berbagai sebab lainnya. Sehingga peperangan asmetris itu pun dapat dipahami sebagai peperangan diantara dua pihak yang bertikai yang tidak terdapat keseimbangan dalam hal kekuatan, persenjataan dan circumstance nya. Salah satu cara untuk dapat mengetahui peperangan asimetris adalah dengan memahami siklus antara aksi, reaksi dan kaunter-reaksi. Sehingga untuk menghadapi peperangan asimetris dimasa depan perlu adanya upaya-upaya bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai suatu contoh adalah, dalam doktrin peperangan asimetris yang dimiliki Amerika Serikat, ketika musuh melakukan persiapan peperangan dengan menggunakan senjata biologi, maka yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan menyiapkan teknologi, doktrinasi dan kemampuan untuk force protection dengan mengembangkan anti senjata biologi serta mengembangkan kemampuan untuk menyerang ataupun mengalahkan delivery means musuh, dukungan pihak sipil dan menguasai informasi untuk melakukan propaganda anti musuh melalui media internasional.
Ancaman asimetris tentunya akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Bagi Indonesia, dirasa perlu untuk mempersiapkan ancaman asimetris dimasa yang akan datang sehingga dalam menghadapi insuregecy, ancaman pertahanan dari negara adi daya maupun menghadapi ancaman sebuah pakta pertahanan seperti yang dilakukan negara tetangga bersama beberapa anggota commonwealth bangsa ini memiliki formula yang tepat. Tulisan ini dibuat untuk memberikan beberapa pemikiran dalam menghadapi ancaman asimetris bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejak pertengahan abad ke 20, pertikaian yang selalu hilang dan timbul antara Indonesia dan Malaysia terus hangat menjadi topik pembahasan dan cukup membakar semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Ambalat, sebagai daerah yang beberapa tahun terakhir menjadi daerah pertikaian antara Indonesia dan Malaysia telah disepakati sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian, menjadi pertanyaan besar adalah, mengapa Malaysia dengan semangatnya terus meng-klaim wilayah tersebut sebagai wilayahnya? Tentunya ada suatu posisi tawar bagi Malaysia di dunia Intenasional sebagai bagian dari Negara commonwealth untuk menguasai mineral didalam wilayah Ambalat. Yang kita ketahui shell sebagai perusahaan minyak milik Kerajaan Inggris ikut ambil bagian dalam perminyakan di Malaysia. Sehingga perlu taktik cerdas untuk dapat berupaya menghadapi saudara serumpun tersebut, karena walaupun dari segi kekuatan militer antara Indonesia dan Malaysia tidak jauh berbeda, akan tetapi apa yang akan terjadi jika kita berperang melawan Malaysia adalah sama saja kita berperang melawan Kerajaan Inggris beserta negara-negara bonekanya. Hal ini tentunya akan menjadi kerugian besar dipihak Indonesia dan menjadikan perang antara Indonesia dan Malaysia suatu peperangan asimetris.
Permasalahan kedua adalah konflik gunung emas di tanah Papua. Kita ketahui bahwa kedua gunung tersebut mengandung mineral seperti tembaga, emas dan uranium. Dan dari kekayaan Papua tersebut diperkirakan terdapat 52% dari jumlah total cadangan emas di seluruh Indonesia yang menjadi hak bangsa Indonesia. Cadangan emas Indonesia total adalah 169 juta ons dan berarti di Papua terdapat 84.5 juta ons cadangan emas (Amiruddin, Soares Aderito, 2003:33). Suatu jumlah yang tidak sedikit dan bisa dibayangkan jika 60% hasil tambang dikeruk untuk PT Freeport (Riyandi, 2011), maka jumlah itulah yang dapat mempertahankan Amerika Serikat bertahan dari krisis ekonominya yang melanda negara adi daya tersebut dalam 10 tahun terakhir. Akan tetapi, apakah kita harus gegabah berkoar-koar ingin berperang dengan Amerika Serikat yang memiliki kekuatan militer berlipat kali dibandingkan dengan Indonesia? Tentunya perlu ada solusi dalam menghadapi ancaman asimetris ini.
China, yang saat ini telah menjadi “macan asia”, serta mengklaim dirinya sebagai “the big brother of asia” telah memiliki kekuatan ekonomi berkelas dunia dan militer yang terus disiapkan untuk menghadapi segala ancamannya. Hanya dengan bermodal nama “China” pun negara ini telah mengklaim kepulauan Spratly yang terletak dilaut China Selatan sebagai bagian dari wilayah China karena telah berabad abad terletak di selatan China. Jika China dengan kekuatan barunya muncul sebagai negara adi daya baru berhasil menguasai kepulauan Spratly tersebut, maka tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti China akan mengklaim kepulauan Natuna yang juga terletak di laut China Selatan sebagai bagian dari China. Tentunya bukan naif jika Negara Kesatuan Republik Indonesia memperhitungkan ancaman asimetris ini karena begitu besar kekayaan kepulauan Natuna bagi bangsa Indonesia.
Dengan melihat beberapa contoh diatas, maka perlu adanya rekomendasi untuk mencari solusi besar bagi bangsa Indonesia, antara lain :
1.Meningkatkan kekuatan militer untuk Pertahanan Negara Kepulauan untuk menjaga 17504 pulau dengan 300 etnis dan terpisah antar pulau dengan begitu banyak kekayaan di dalamnya. Sekaligus mempertajam jati diri dan identitas bangsa agar menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan tanpa berfikir secara sektoral.
2.Meningkatkan perekonomian rakyat sehingga jka militer Indonesia diperkuat maka tidak banyak rakyat yang menderita kelaparan karena anggaran yang besar digunakan untuk militer.
3.Meningkatkan anggaran pertahanan dan setiap pembelian alutsista dilakukan dengan sistem G to G untuk mengurangi pengambilan keuntungan yang besar oleh pihak vendor sehingga pembelian alutsista dapat lebih optimal.
4.Kemampuan untuk bertahan dan memberikan serangan balik terhadap segala macam ancaman yang mengganggu dan membahayakan NKRI dari segi informasi dan psycowar. Kita bisa belajar banyak dari revolusi (kalau saya lebih melihatnya invasi pemikiran) di Mesir dan Libya dimana informasi dan psycowar memerankan faktor yang lumayan besar dalam penggalangan opini publik
5.Mensosialisaikan investasi dalam bidang pertahanan adalah sangat menguntungkan bangsa ini. Karena kita mengetahui bahwa berapa triliun rupiah kerugian negara yang disebabkan oleh pelanggaran perbatasan, pencurian kekayaan alam dan pencurian ikan yang disebabkan terlalu banyak tempat yang belum terjaga di segala sudut Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6.Memanfaatkan GSO (geo stasionery orbite) sebagai aset pertahanan. Peralatan perang mutakhir saat ini sangat tergantung oleh satelite baik untuk mengetahui cuaca daerah operasi maupun penggunaan GPS (global positioning system). GPS buatan Amerika Serikat yang sering kita gunakan saat ini sengaja disetting dengan error 0,1Nm oleh negara pembuatnya. Jika kita bisa memanfaatkan wilayah Indonesia yang terletak di equator bumi dan memiliki jarak terdekat dengan GSO di dunia ini maka GSO ini sesungguhnya aset militer yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.
7.Membuat suatu pakta pertahanan militer dalam tingkat ASEAN, sehingga jika didalam pakta pertahanan militer tersebut dapat disepakati bahwa sepakat untuk saling menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah sesama negara ASEAN, maka akan sangat mengurangi effort penjagaan wilayah yang sangat luas tersebut.
Demikian tulisan ini dibuat dan hanya sebuah pemikiran anak ingusan yang resah karena negaranya “TIDAK BERGIGI”.
Wassalam
Seveneleven
Ijin menambahkan, menurut saya satu hal yang juga penting untuk disiapkan adalah (mungkin nomor 7) kemampuan untuk bertahan dan memberikan serangan balik terhadap segala macam ancaman yang mengganggu dan membahayakan NKRI di dunia maya. kita bisa belajar banyak dari revolusi (kalau saya lebih melihatnya invasi pemikiran) di Mesir dan Libya dimana dunia maya memerankan faktor yang lumayan besar dalam penggalangan opini publik.
Setuju sekali mas, ancaman asimetris itu nyata, dan dalam kenyataannya sudah berada disekitar kita, kalau boleh menambahkan meningkatkan kesatuan bangsa dan negara, supaya nanti kedepannya tidak mudah dipecah dari dalam dengan devide et impera
Edited……
Boleh berbeda pendapat pak ?
1.Meningkatkan kekuatan militer untuk Pertahanan Negara Kepulauan untuk menjaga 17504 …
Lebih baik penjagaan belasan ribu pulau ini di promosikan ke rakyat agar menciptakan kegiatan komersial disana, difasilitasi dan kegiatan komersial itulah yg dijaga oleh militer. Dg demikian penjagaan itu dapat berlkelanjutan secara produktif. Pulau2 yg tidak memunkinkan untuk dihuni secara berkelanjutan disambangi secara teratur agar tidak menjadi sarang penyamun. Ini tidak perlu kekuatan besar, hanya perlu dilakukan secara cerdas.
2.Meningkatkan perekonomian rakyat sehingga jka militer Indonesia diperkuat maka tidak banyak rakyat yang menderita kelaparan karena anggaran yang besar digunakan untuk militer.
Ini adalah konsep negara mliter seperti Korea Utara, ini tidak cocok untuk bangsa negara yg sdh terlanjur tumbuh intelektual dan kesejahteraannya seperti Indonesia. Masyarakat bawah munkin tidak terusik asal tidak lapar, tapi masyarakat menegah ke atas pasti tidak senang memiliki militer yg borjuis, tidak melakukan lankah nyata untuk meninkatkan kandungan lokal alutsista, tidak memandang perlunya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kekuatan militer. Ini adalah eksklusifisme militer !
3.Meningkatkan anggaran pertahanan dan setiap pembelian alutsista dilakukan dengan sistem G to G …
Dinegara2 maju, produsen persenjataan itu adalah milik swasta pak. Jadi ini malah menambah panjang rantai belanja bila harus melibatkan Foreign G. Yg harus diperbaiki itu cara belanja kita, mulai dari penkajian opsreq / opsspek / spektek sampai negosiasi nya. Penkajian tsb harus lebih dipercayakan kepada the colonel clubs (kolenel ke bawah) merekalah yg kelak mengendalikan pemakaian persenjataan itu, jangan ada tekanan janji loyalitas kepada the star clubs. Pengambilan keputusannya lah diserahkan kepada beliau2 para bintang yg harus mempertimbangkan situasi sosial politik masyarakat. Belanja hari ini dipakainya 5 tahun lagi bukaaan.
4.Kemampuan untuk bertahan dan memberikan serangan balik terhadap segala macam ancaman yang mengganggu dan membahayakan NKRI dari segi informasi dan psycowar…
Masyarakat kita sudah cukup maju, memerlukan alasan yg cukup nyata untuk berpihak kepada TNI, Alasan nyata itu dapat berupa berbagai bentuk, apakah produk2 mereka dipakai oleh TNI, apakah kegiatan mereka di seluruh pojok negeri ini dilindungi oleh TNI. apakah TNI dapat menjadi faktor pemajuan bangsa. Be in the same feeling with people maka TNI akan dicintai rakyat. Saya berharap agar TNI tidak merasa hanya ditugasi menjaga wilayah teritorial dan untuk itu boleh minta apa saja, tetapi saya ingin agar TNI berperan secara aktif dalam pemajuan kehidupan bangsa.
5.Mensosialisaikan investasi dalam bidang pertahanan adalah sangat menguntungkan bangsa ini. Karena kita mengetahui bahwa berapa triliun rupiah kerugian negara yang disebabkan oleh pelanggaran perbatasan….
Itu bukan kerugian pak, tetapi hilangnya prospek keuntungan. Kalupun tidak ada pencurian belum tentu kita untung, kalau masrakat kita tidak melakukan kegiatan komersial di sana. Mana yg didahulukan, dijaga dulu (cost center) atau digarap dulu oleh rakyat secara komersial dan diberi penjagaan oleh militer ? Jangan lagi ada nelayan2 kita yg ditankapi dan diperlakukan semena2 oleh Kanguru di perbatasan negara, sangat2 memalukan.
6.Memanfaatkan GSO ….
GPS itu tidak terkait dg GSO pak, GSO dipakai untuk relay komunikasi, itupun sekarang banyak dilakukan dg LEO.
7.Membuat suatu pakta pertahanan militer dalam tingkat ASEAN, ….
Nah ini saya setuju banget. Karena kita ingin aman sejahtera dan maju maka kita jangan disibukkan oleh dinamika militer negara2 tetamga. Pengamatan saya, kekuatan militer tetamga tidak akan cukup menjadi ancaman kepentingan RI, jadi jangan kita mislead dalam pengembangan kemampuan militer kita. Ancaman kita adalah kekuatan tentara sekutu dan itu harus kita hadapi dg cara yg bukan mereka kehendaki.
Latar belakang tamgapan saya ini adalah, saya melihat konsep militer kita tidak kompatibel dg ukuran bangsa negara kita. Kalau TNI tidak suka mengadopsi konsep milik kita yg diwariskan oleh Gajahmada, silakan adopsi konsep US atau China. Jangan lagi meneruskan konsep Mataram atau terpengaruh oleh konsep negara2 kecil di sekitar kita. Militer yg besar yg diingini oleh TNI itu tidak munkin dapat dibeli dan dipertahankan secara berkelanjutan, melainkan harus diserap dan dijadikan bagian dari kehidupan masyarakat sehari hari. Pasti banyak rekan2 amgota militer yg sependapat namun bukankah selaluuuu saja ada yg kebelet dan ambil jalan pintas.
Salam,
djoksar
terima kasih pak, suatu kehormatan bagi saya, jadi bisa banyak belajar.
Menanggapi pendapat bapak saya sangat setuju sekali pak, tapi kalo berkenan, kalimat dari rekomendasi saya tidak sepenggal-sepenggal menanggapinya, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda.
1. Meningkatkan kekuatan militer untuk Pertahanan Negara Kepulauan untuk menjaga 17504 pulau dengan 300 etnis dan terpisah antar pulau dengan begitu banyak kekayaan di dalamnya.
Maksudnya, akan begitu banyak keuntungan negara yang bisa diambil jika dengan kemampuan militer yang memadai sehingga kerugian rakyat yang disebabkan oleh pencurian ikan maupun kekayaan alam lainnya, bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Dan untuk melempar pasar komersil ke daerah2 saya sangat setuju dan terima kasih telah memberikan pelajaran berharga utk saya.
Sekaligus utk no 5, kerugian karena pencurian ikan senilai triliunan rupiah rasanya lumayan besar jika bisa dimanfaatkan untuk pembangunan. Mana yang didahulukan? saya rasa semua berhak punya opini utk memilih, apakah memilih di”jaga” dulu? jika demikian apakah tidak ada yg protes dengan menganggap eksklusifitas militer jika lebih memajukan penjagaan daripada digarap secara komersial, tetapi nelayan2 tsb dikejar2 oleh tentara tetangga?
2. Meningkatkan perekonomian rakyat sehingga jka militer Indonesia diperkuat maka tidak banyak rakyat yang menderita kelaparan karena anggaran yang besar digunakan untuk militer.
Sebenernya ide yang syaa majukan disni adalah untuk meningkatkan tingkat perekonomian rakyat sehingga rakyat sejahtera. jika rakyat sudah sejahtera barulah kekuatan militer bisa diperkuat. Jadi saya rasa ini ukan eksklusifitas militer, karena justru kepentingan kesejahteraan rakyat yang saya majukan terlebih dahulu diatas kebutuhan lainnya.
Maaf jika bahasa saya tidak mudah dimengerti ya pak.
3 dan 6… trims utk pelajarannya pak, mungkin saya harus banyak baca lagi kalo maslah tersebut.
4. Masyarakat kita sudah cukup maju, memerlukan alasan yg cukup nyata untuk berpihak kepada TNI, Alasan nyata itu dapat berupa berbagai bentuk, apakah produk2 mereka dipakai oleh TNI, apakah kegiatan mereka di seluruh pojok negeri ini dilindungi oleh TNI. apakah TNI dapat menjadi faktor pemajuan bangsa. Be in the same feeling with people maka TNI akan dicintai rakyat. Saya berharap agar TNI tidak merasa hanya ditugasi menjaga wilayah teritorial dan untuk itu boleh minta apa saja, tetapi saya ingin agar TNI berperan secara aktif dalam pemajuan kehidupan bangsa.
“Be in the same feeling with people”, betul sekali pak, dan memang itulah yang sedang dicanangkan oleh kita, hanya jika sudah ada “same feeling” tanpa ada feedback “think on the positive side” disertai pola pikir sektoral rasanya gak akan ketemu ujung pangkalnya. Masalah produk, tentunya disesuaikan kembali dengan opsreq nya pak, kalo cm utk kaporlap, dan kebutuhan yang bisa sesuai dengan ops req, pasti TNI lebih milih buatan dalam negeri donk. Cuma kalo Opsreq nya gak cocok ya tentunya para produsen dalam negeri kita perlu belajar banyak lagi agar dapat bersaing dengan negara lain. TNI akan menjadi faktor pemajuan bangsa, saya rasa tergantung dari sisi mana dan abagaimana menilainya. TNI itu bagian dari rakyat, dan tetap wujudnya hanya manusia biasa, sama dengan yang lain. Jadi, tidak ada kan pak, manusia yang super di dunia ini, karena ke-super-an itu hanya miliknya ALLAH Swt.
demikian,
Terima kasih pelajaran berharganya Pak Djoko
SevenEleven
2.
mungkin untuk poin nomor 6, di aplikasi komunikasinya
seperti satelit komunikasi komersial, kalau iridium memakai konsep satelit LEO, kalau inmarsat memakai konsep satelit GEO
salam
Pak Teddy ysh,
Be in the same feeling with people di sini perlu diperdalam pemaknaannya, diperluas di segala level masyarakat, dipertajam ke detil pelaksanaan, dan ditampakkan secara jelas dalam tindakan. Ini memerlukan kemampuan memproyeksikan diri orang lain ke dalam diri kita sepenuhnya, bukan sebaliknya. Seperti kata orang tua jawa dalam istilah “tepo sliro, tepakno neng awakmu dewe” — bukan seperti orang yg sdg marah yg senang menasehati dan suka berkata “nek aku dadi kowe”. Memang ini tidak perlu didalami oleh seluruh prajurit, tetapi hendaknya menjadi saringan yg ketat bagi para kolonel untuk meraih bintang. Dalam berbagai forum saya telah sampaikan hal ini, dalam bentuk implementasi yg relevan, misalnya untuk tambah dari melati satu ke dua, harus membuat laporan survey mengenai kondisi industri rakyat yg berpotensi militer — bentuk aktifitasnya berupa magang di industri tertentu selam max 3 bulan.
Dari melati dua ke tiga, harus ada karya tulis berupa usulan rencana pembuatan peralatan militer di suatu industri tertentu di masyarakat — bentuk aktifitasnya berupa magang juga, misalnya max 4 bulan. Dari melati 3 ke bintang 1 hendaknya seseorang pernah mendampingi industri tertentu menciptakan produk yg bernilai militer. Kita dapat memgali dan menyusun daftar keuntungan bagi ke dua belah pihak (personil melati) maupun industri dari kegiatan ini.
Mengenai opsreq, bukankah ini adalah pankal dari segala polemik, gosip, dan interaksi asimetris militer dan rakyat. Sayangnya banyak dan sering opsreq ini berlebihan, tidak tepat sasaran, tidak tepat waktu. Permasalah ini tidak mudah dilihat oleh awam, sekalipun berada dalam posisi decisive seperti amgota komisi 1, tetapi toh banyak orang yg memiliki pandangan dan fikiran tajam untuk mengkritisi nya. Saya tekankan saran saya, lakukan lah penentuan opsreq ini oleh the colonel clubs, jangan ada intervensi dari para bintang, libatkan ahli2 dari sipil.
TNI menjadi faktor pemajuan bangsa, bisa diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti saya uraikan dalam paragram awal tamgapan saya ini. Ini perlu dilaksanakan jika kita sama sama ingin memiliki TNI yg besar yg comparable dg ukuran bangsa negara kita. Beda dg negara kecil dan berbasis perdagangan, pembangunan militernya dapat dibiayai dari hasil perdagangan. Untuk negara besar pasti tidak dapat dilakukan dg cara yg sama, karena kehidupan rakyat nya sendiri pasti tidak dapat bersandar hanya pada aktivitas agrikultur dan perdagangan melainkan harus didukung oleh aktivitas industri yg cukup masif. Apakah kita akan mengecualikan industri militer ? Tidak karena bujet militer hanya akan dapat dipenuhi dengan pajak masyarakat dan pajak bisnis dan perindustrian. Hanya melalui penyatuan dg aktivitas rakyat lah militer yg besar di negara yg besar dapat diwujudkan.
Salam,
djoksar
Salam Bapak Djoko YSH,
Alhamdulillah bapak mau untuk me-replay kembali,
“ini memerlukan kemampuan memproyeksikan diri orang lain ke dalam diri kita sepenuhnya, bukan sebaliknya”
Sebenarnya inilah yang saya sebut dengan pola pikir sektoral pak, semua orang berharap untuk dimengerti dan dipahami. Coba saja semua orang dapat merubah pola sektoral minded tersebut sehingga untuk mengawali sesuatu dimulai dari diri sendiri. Bukan berharap dari kebaikan orang untuk memahami diri kita, maka damainya dunia ini.
Untuk ops req, selama dinilai cukup rasanya bisa dipakai untuk TNI ya pak, udah banyak contohnya,
Pindad: munisi kaliber kecil sampe dengan sekelas 105m, Anoa, mortir, bom latih, bom tajam
PT. DI : super puma, NC212, CN 235, CN235 MPA, Nbell 412, Rocket FFAR, torpedo SUT.
Diatas termasuk alutsista buatan dalam negeri yang cukup memenuhi ops req TNI pak.
Saya sebagai prajurit militer produk era globalisasi sangat bangga bisa menggunakan alutsista tersebut pak Djoko, walaupun…Maaf, kalo nembak rocket FFAR kadang2 tidak maksimal hasilnya perkenaannya, padahal CEP pribadi saya cukup lumayan kecil. Pernah juga menggunakan BDU buatan dalam negeri dengan hasil yang tidak maksimal. Jadi ops req itu gak ada yang berlebihan, akan tetapi lebih kepada tuntutan militer dunia yang sudah memiliki alutsista canggih dan saya pun sangat berharap bisa menerbangkan IFX buatan ahli2 dari Indonesia seperti apapun hasilnya saya bangga. Berharap juga suatu saat bisa meluncurkan bom pintar sekelas AGM Maverick (minimal) yang buatan Indonesia. Semoga para ahli2 disana bisa menerima percepatan untuk lebih berfikir keras agar barang2nya bisa cepat digunakan TNI sesuai dengan standar ancaman kawasan maupun internasional.
Tanpa mengurangi rasa hormat, mungkin kapan-kapan bapak perlu juga riset dilapangan ke satuan-satuan bawah, untuk bisa melihat bagaimana kita berdedikasi untuk rakyat Indonesia yang sama kita cintai ini.
“Hanya melalui penyatuan dg aktivitas rakyat lah militer yg besar di negara yg besar dapat diwujudkan”
Betul sekali pak, ini semua dapat terwujud jika ada goodwill untuk membunuh pikiran sektoral yang tercipta saat ini, merubah segala sektor mulai dari diri sendiri dan tidak berharap muluk2 untuk merubah dunia.
“Sebuah Cerita”
Ketika aku masih Muda aku bebas berkhayal…
Aku bermimpi ingin dapat merubah Dunia…
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifan…
Aku dapati bahwa Dunia tak kunjung berubah…
Maka cita2 itu ku persempit untuk dapat merubah negeriku…
Namun tampaknya hasrat itu pun tanpa hasil…
Ketika usiaku semakin senja…
Dengan semangat yang masih tersisa ku putuskan untuk merubah keluargaku saja…yaitu orang2 terdekatku…
Tapi celaka!!mereka pun tak mau di rubah….
Kini…sementara aku terbaring tanpa daya dan kursi roda menjadi sahabatku…
Tiba2 kusadari…
Andaikan saat itu yang ku rubah adalah diriku sendiri…
Mungkin saat ini aku telah menjadi panutan bagi keluargaku…
Kemudian dengan inspirasi dan dorongan dari mereka mungkin aku bisa merubah negeriku…
Kemudian siapa tahu aku dapat merubah dunia menjadi lebih baik…baik..dan baik sekali….
Senang bisa menambah ilmu dari Bapak,
Salam Hormat
Seveneleven