Kekuatan TNI : Dilema Sang Penjaga Negara (Bagian 3)

Bambang Trisutrisno

Pemerhati Pertahanan

8 Responses

  1. Shinto says:

    yang aku takutkan dampak dari kebijakan diplomasi zero enemy yaitu… mempunyai alutsista canggih hanyalah untuk seremonial belaka.. toh kita ndak punya musuh juga khan..?
    saatnya penentu kebijakan merubah mainset selama ini, untuk pembelian alutsista harus disertai unsur pendukungnya termasuk kelengkapan senjata…

    • Bambang Trisutrisno says:

      Begitulah keaadaannya mas shinto, sudah semestinya sebelum mengakusisi sebuah alutsista di rencanakan secara matang dan bukan hanya berdasar kebijakan sesaat…

      • Shinto says:

        lebih takut lagi jika pembelian alutsista bukan berdasarkan perencanaan, tapi sebagai souvenir sebelum masa jabatan seorang pimpinan berakhir mas… nanti pimpinan berganti, kebijakanpun ikut berubah lagi…

        • Bambang Trisutrisno says:

          Betul mas, sesuatu yang kelihatannya membangun namun sesungguhnya menghancurkan profesionalitas pertahanan Negara secara asimetris…

        • ya itu beratnya kalau pembelian berdasar sentimen pribadi yang dicocok2kan dengan kebutuhan mas, sehingga pada akhirnya nanti akan susah terintegrasi dengan sistem2 lainnya

          • Bambang Ts says:

            Sebagai orang diluar lingkaran, yang kita bisa lakukan adalah memberikan kritik (tulisan) secara cermat dan akurat agar Rakyat tau, saya yakin sekuat-kuatnya para “komprador” disana, jika Rakyat sudah bersuara secara ikhlas, Insya Alloh Tuhan akan ikut menunjukkan jalannya…

  2. fendy says:

    “TNI dan kementrian pertahanan seakan berlomba mendatangkan perangkat-perangkat alutsista baru sebagai bentuk modernisasi, namun dalam akusisi tersebut sering sekali tidak secara lengkap dan menyeluruh.”
    Kalimat yang saya kira tepat dalam menggambarkan kondisi alutsista kita. Sebagai orang awam saya bangga ketika negara kita mengakuisisi pesawat2 tempur sekelas Su-27 dan Su-30. Namun ketika mengetahui bahwa pembelian tersebut tanpa dilengkapi dengan persenjataan dan kelengkapannya yang memadai saya (dan pasti banyak masyarakat lain) kecewa. Apa dasar kebijakan pembelian yang seperti ini?
    Yang lebih dikhawatirkan lagi adalah pembelian alutsista yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan profil militer kita, melainkan hanya pesanan dari rekanan/makelar produsen alutsista yang ingin mengeruk keuntungan.

    • Bambang Ts says:

      Terima kasih atas komentarnya mas Faendy..
      Begitulah keadaanya sekarang, sehingga sudah seharusnya kita mendorong sebuah pembangunan pertahanan yang konprehensif dan bukan hanya sekedar berdasarkan “like or dislike” dari para pengambil kebijakan tersebut. Sebagaio orang diluar lingkaran, yang kita bisa lakukan adalah memberikan kritik secara profesional, saya yakin sekuat-kuatnya para “komprador/rekanan/makelar” jika Rakyat sudah bersuara, Insya Alloh Tuhan akan ikut menunjukan jalannya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.