Bangsa Maritim Tersesat di Negara Kepulauan Tanpa Nakhoda

19 Responses

  1. brata says:

    Tanpa complain, saya sangat setuju sekali mentor….

    Bangsa yg besar namun kerdil ini harus bisa kembali bangkit, Jepang dan Belanda itu bukan penjajah Indonesia, karena mereka bersusah payah melawan perlawanan bangsa yg kuat saat itu….sayangnya belum ada yg sadar bahwa setelah Belanda n Jepang gagal menguasai bangsa yg tangguh (*pada saat itu….), ternyata justru saat ini kita terbungkam oleh penjajah sesungguhnya…HAMerika….mereka bebas m3ngeksplorasi kekayaan bangsa yg kerdil (*saat ini….)…mereka masukkan senjata2 mereka yg “Samar” tersebut dan sayangnya….semua nakhoda meng-Amini nya….

  2. Bambang Ts says:

    Sama dengan mas brata, saya juga sangat setuju sekali Mas…

    Permasalahannya kondisi Bangsa kita saat ini sudah dititik dimana himbauan itu jarang sekali dilaksanakan oleh warga Bangsa, padahal bagaimanapun Bangsa ini akan berubah jika warga Bangsanya mau berubah. Ataukah bangsa ini harus menunggu “tanda” dari Tuhan terlebih dahulu untuk merubah pola fikirnya.. Wallahualam

  3. Sudah tersesat, malah mau membuat jembatan selat sunda yang bisa mematikan potensi Selat Sunda sebagai alternatif dari Selat Malaka sebagai Jalur Perdagangan 🙁

    • brata says:

      Kalo selat sunda ditutup, sepertinya lebih baik daripada dibuka pun tidak bisa membuat kita lepas dari nakhoda yg tersesat, itung2 ngurangin patroli ALKI Satu…hehe

      • Bambang Trisutrisno says:

        Hehehe… Betul mas
        tapi memang terlalu banyak kepentingan dengan pembangunan JSS

  4. salim says:

    belum tentu bisa mas prima, ada yang ngeri di situ KRAKATAU, wakakakakakak.

  5. Shinto says:

    Katanya negeri maritim.. tapi masih impor hasil laut, katanya negeri agraris.. lha koq beras & rempah masih impor…

    • Bambang Trisutrisno says:

      dan Pertanyannya ? Sudahkan anda menanam untuk anda sendiri ?
      Masyarakat kita sekarang sudah terbawa ke “mainset” untuk selalu menyalahkan Pemerintah, tanpa mau melihat ke diri sendiri tentang tanggung jawabnya sebagai warga Negara 🙂

      • salim says:

        bukan belain mas shinto, tdk ada rakyat yang salah semua tergantung pemimpinya. Bahkan ada ungkapan menjadi pemimpin negeri ini tdk hanya memimpin manusia tetapi seluruh isi alampun dipimpinnya.

        • Bambang Ts says:

          Bukankah pemerintah adalah representasi dari rakyatnya mas?
          Jika rakyat menghendaki perubahan, seharusnya pemerintahnya berubah, atau akan ada konsekwensi pembangkangan rakyat terhadap pemerintahnya…

          • salim says:

            Pemrintah yang mana dulu mas, dan apakah pemerintahan kita menunjukkan representasi dari rakyat ? kalau betul dilaksanakan ya tdk akan terjadi kesalahan yg dilakukan oleh rakyat. demokrasi telah bergeser> Demokrasi Pancasila tdk dilaksanakan dengan benar kalo dilaksanakan dengan benar tidak ada wakil rakyat yang membuat keputusan sendiri, tdk ada yang melakukan korupsi nyatanya malah yg korupsi semua wakil rakyat, kalo rakyat apa yg di korupsi. Semua tergantung Pemimpinnya mas, kasih contoh yg baik maka rakyat akan meniru dan melaksanakan.

          • Bambang Ts says:

            Ya pemerintah yang “katanya” dipilih langsung oleh rakyat mas, menurut saya itulah kegagalan dan konsekwensi dari sistem demokrasi yang sekarang dianut (yang bukan bersumber pada tata nilai budaya sendiri yang ada dalam demokrasi pancasila) pasca reformasi yang dilakukan bukan hanya oleh satu atau dua orang di pemerintahan. Ketika pemerintah sudah tidak mempresentasikan rakyatnya maka seharusnya pemerintahan ini sudah bubar. tapi kenapa tidak..? berarti rakyat masih menghendaki “walau” mungkin karena ketidaktahuan, asal manut, tidak peduli atau tidak mampu berbuat apa-apa walau tau yang dilakukan oleh pemerintahnya saat ini sudah jauh menyimpang dari apa yang diamanahkan.
            Ketika warga negara berani bersikap, maka perubahan akan mudah terlaksana…

          • salim says:

            hmmmmm betul mas “yang dilakukan oleh pemerintahnya saat ini sudah jauh menyimpang dari apa yang diamanahkan Ketika warga negara berani bersikap, maka perubahan akan mudah terlaksana” dan bungkarno bilang apabila perubahan telah besar dan kesenjangan yang terjadi makin melebar satu satu nya jalan ya Revolusi, karena ya percuma kalau perubahan kecil pasti juga akan tergilas. Tapi saya tdk menyuruh revolusi loh yaa, revolusi kan tdk harus dengan kekerasan.

  6. salim says:

    Ass. Wr Dear All
    Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas komentar ttg tulisan saya, saya selalu membaca traffic diskusi yang sangat membanggakan baik dari golongan TNI dan Sipil, Kepada senior saya ucapkan terima kasih banyak yang selalu care untuk membentuk jiwa para penerus bangsa.

    Berkaitan dengan tulisan saya yang selalu bernafaskan bahari, sampai nyawa saya ditelan bumi akan terus saya gelorakan jiwa bahari bangsa karena saya dilahirkan ditengah samudera lintang 0 derajat, selama saya dinas sudah hampir 30 negara dunia saya singgahi dan mengkaji saya perbandingkan dengan Negara Indonesia yang jaman dahulu disebut dg Nusantara. Pencarian saya tidak akan berhenti sampai benar benar menemukan jati diri bangsa bahkan negeri kita merupakan ayat ayat tuhan yang di torehkan untuk umatnya dan bukan hanya kebetulan rangkaian ilmu bumi, seperti halnya kenapa P Jawa searah dengan Kiblat. Bila kita mau menggali Apakah kita perlu menarik pelajaran dari kejayaan Sriwijaya dan Majapahit? Dan Absolutely kita harus benar benar menggali peradaban kerajaan yang pernah jaya tersebut mengenai tatanan pemerintahan serta budaya masyarakatnya.

    Tidak ada niatan saya untuk mengagung agungkan satu korps atau institusi karena ini juga tdk baik untuk kemajuan bangsa yang diinginkan bersama. Apabila kita melihat bangsa yang sudah maju tak lepas dari jati diri budaya dan peradabannya yang menyatu dalam membangun bangsanya. Tidak hanya Bangsa Lain atau disebut penjajah bahkan bangsa sendiri pun berhasil merubah cara pandang dan sikap bangsa indonesia yang memusuhi lautan seakan lautan itu menjadi pemisah kesatuan pulau pulau. Malah dengan lautan itu, pulau pulau yang dekat dengan perbatasan dengan negara lain disebut dengan pulau terluar, bukan pulau terdepan dari wilayah kita. Sebutan tersebut membawah konsekwensi psikologis bagi para penduduk dikelupaun tersebut, seakan akan mereka tidak menjadi penduduk pribumi yang berada dinegeri sendiri. Hal tersebut terdapat suatu karakter yang hilang yaitu karakter kemaritiman yang merupakan rangakain daratan yang dipisahkan oleh lautan. Karakter kemaritiman inilah yang seharusnya dan sepatutnya menjadi karakter bangsa dengan melihat kejayaan bangsa masa lalu dan memandang masa depan dengan penuh optimis, mewujudkan kembali keinginannya melahirkan Indonesia baru, yang adidaya sebagai negara kepulauan terbesar didunia dan bukan hanya sebagai lips servis. Pengalaman ini sangat saya rasakan ketika berada diluar negeri bangga sebagai nusantara terhadap sejarah pendahu dan peradaban tetapi sedih tatkala negeri ini salah urus.

    Bagi bangsa yang besar ini Kejayan sebagai bangsa bahari hanya diwakili lewat ungkapan “nenek moyangku seorang pelaut”. Ungkapan ini bisa berarti besar dan kecil, bahkan mungkin anda yang bacapun sudah anda ganti dengan berbagai kata selain pelaut, namun bagi yang sadar ungkapan ini menyadarkan pentingnya untuk masa depan bangsa ini dalam mengasai kembali lautan bila ingin mewujudkan kehidupan masyarakat bangsa yang maju, modern, sejahtera dan menjadi adidaya. Buka suatu kemewahan untuk mewujudkan itu tetapi suatu keharusan untuk mensinkronkan pemerintahan dengan peradaban budaya masyarkatnya.

    Demikian tanggapan saya terhadap tulisan saya yang melatar belakangi jiwa bahari bangsa setidaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan bangsa kedepan dan keterkaitannya dengan sejarah masa lampau. Pertama: Bagaimana bangsa ini menyadari sepenuhnya untuk kembali menyadari bahwasannya keberadaan sesungguhnya kita merupakan bangsa bahari yang tinggal di negara kepulauan. Kedua Bagaimana mebangun bangsa ini yang bermartabat yaitu dengan membangun nilai nilai luhur yang diwarikan oleh pendahu kita yang sesuai kepribadian bangsa. Ketiga Menyatukan kembali jatidiri bangsa dalam pembangunan nasional sehinga menjadi jati diri bangsa yang kuat. Keempat Mari kita bangun Patriot patriot baru bangsa yang berazazkan nilai niali budaya maritim. Perlu diketahui mari kita lepaskan ego kita kebetulan saja saya dari laut namun tidak sedikit dari kalangan manapun yang memiliki jiwa bahari yang tinggi dan memiliki ocean leadership yang handal dan memiliki wawasan global yang cemerlang.

    Demikian Tanggapan saya terhadap tulisan saya, terima kasih mohon maaf apabila ada kekurangan. Silahkan dilanjut diskusinya saya bangga pada Keriser, yang bermuala terbentuknya hanya makan mie di emperan Jogjakarta. Teruskan Perjuangan Tuhan akan melihat perjuangan bla dilandasi dengan Ikhlas untuk kemajuan bangsa.

    SEKALI LAYAR TERKEMBANG PANTANG BERBALIK HALUAN.

    Salim

    Di laut Kita Jaya, Di darat Kita Sejahtera, di Udara Kita Perkasa

    • brata says:

      Setuju Menthor

      Maaf bukan bermaksud ngolor kepada Angkatan Laut, tapi sudah saatnya dan sewajarnya “green navy” menjadi “blue navy” (maaf lagi, bukan karena blue navy ada dominasi AU) melainkan wawasan nusantara yg sejak dahulu diciptakan adalah mengarah kepada “blue navy”, dimana tiga kekuatan saling terintegerasi, menyamakan warna baret, dan bertahan sebelum musuh datang disertai kekuatan melawan musuh yang samar.

      • salim says:

        Setubuh ted

        Ya kamu lah nantinya yang mengontrol Indonesia Air Power. hmmm Wasantara sebuah konsep Cakrawala Mandala Dwipantara yang tdk semua org mengerti, kalau mengerti ya dilaksanakan baru berapa gelintir penerus kertanegara yang mengerti akan konsep tersebut.

        • brata says:

          Bagaimana mungkin Mentor?

          Wong, baru sedikit menyumbangkan pikiran lewat tulisan saja sudah ada yg bilang, “jangan mikir yang terlalu ribet Leee…..”

          Sulitnya berpartisipasi menuju kebaikkan…..

          • salim says:

            Jangan Pernah Suram untuk memperjuangkan kebenaran dan Kebesaran bangsa untuk kemakmuran rakyat, setidaknya kita telah berbuat dalam tulisan artinya, Seluruh bangsa membaca dan semoga menyadari akan kebesaran itu,

            Lanjutkan sun, Sekali Layar Terkembang Pantang Berbalik Haluan.

          • Brata says:

            Siap Mentor…

            Sudahlah hak suara kita telah titipkan semenjak di kaki bukit tidar, kemudian hanya hak menulis saja yang dapat kita perjuangkan demi menuju pada kejayaan yg hilang…

            Tetap Tenang Dalam Kepercayaan Diri atas KuasaNya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.