Bangsa Maritim Tersesat di Negara Kepulauan Tanpa Nakhoda
“Untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai yang merupakan National Building bagi negara Indonesia, maka negara harus dapat menguasai lautan. Untuk menguasai lautan kita harus menguasai Armada yang seimbang.” (Pidato Bung Karno dalam National Maritime Convention tahun 1963).
Gemilang Kejayaan oleh kerajaan Sriwijaya dan Majapahitmenjadi suatu fatamorgana dilanjutkan perputaran 360 derajat dengan era continental orienteddan semakin pudarnya budaya bahari menjadi penyebab surutnya jiwa maritim bangsa Indonesia. Kini saatnya bangsa ini harus bangkit untuk tidak menyalahkan penjajahan Belanda dan Orde Baru maupun era reformasi yang menyebabkan stagnasi geloranya jiwa maritim bangsa, toh kita harus menyadari bahwasannya kita tidak dijajah selama 350 tahun. Selama itu pula perlawanan yang menggelora dari rakyat indonesia di tiap – tiap daerah, artinya belanda memerlukan waktu 350 untuk menguasai wilayah Indonesia dan mereka sepenuhnya tidak berhasil. Sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah keberanian dan perlawanan yang terus menerus dengan semangat berkobar kobar tiada henti. Kegigihan perlawanan tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang gigih dalam mempertaruhkan dan membela serta mempertahankan harkat dan martabatnya.Saat ini bangsa yang mendiami kepulauan yang besar ini sudah pada tataran Zero Status, Apakah negara ini agraris apa maritim?. Layakkah disebut negara agraris manakala sebagian hasil pertanian kita mengimpor dan harga harga hasil pertanian mencekik rakyat jelata. Layakkah disebut negara maritim manakala rakyat sama sekali tidak pernah merasakan sumber daya laut yang melimpah dan beraneka ragam, pantaskah disebut sebagai bangsa maritim yang rakyatnya hanya bisa menikmati sebatas ikan asin, yang jauh dibanding dengan Tuna, Abalon, Salmon, Napoleaon dan lain lain yang hanya bisa dinikmati oleh bangsa lain. Dimana semestinya bahwa “Geopolitacal Destiny” Indonesia adalah maritim, oleh karena itu bangsa Indonesia telah mengingkari takdir Tuhan yang menciptakan Indonesia sebagai negara kepulauan. Bila kebijakan kebijakan pemerintahan sekarang dan akan datang yang diaplikasikan untuk membangun bangsa yang seakan akan malah menjauhkan kegemilangan bangsa maritim yang besar seperti dahulu maka hal ini juga merupakan bentuk pengkhianatan terhadap pendiri bangsa yang telah bersusah payah dan memperjuangkan Indonesia sebagai negara maritim.
KENALI NEGERIMU DIMANA KAMU TINGGAL
Kita memang telah mempelajari bahwa letak Negara Indonesia dikatulistiwa dengan lintang bujurnya sebuah negeri yang antioksidannya tinggi karena sinar matahari yang bisa diterima sepanjang tahun, musim kemarau dan musim penghujan dan dengan berbagai ilmu geografi yang dimilikinya.
Namun sadarkah kita akan pertanyaan pertanyaan berikut:
-
Kenapa Negeri Ini dibuka dengan Pulau yang bernama Sabang? Bukan suatu kebetulan karena sebuah nama memiliki sebuah makna dan bukan hanya rangkaian ilmu bumi.
-
Kenapa Bali lebih dikenal orang dari seluruh dunia dari pada Indonesia? Bukan hanya keindahan alamnya karena keterkaitan penciptaan Tuhan terhadap sorga dan replikanya.
-
Bisakah kita membongkar dan meluruskan sejarah yang dibuat oleh penjajah Belanda, yang nyata nyata salah dan akan terbukti dikemudian hari karena merupakan ayat ayat Tuhan? Karena memang penjajah tidak menginginkan kita menjadi bangsa yang besar.
-
Ketika melihat kekayaan alam yang luar biasa mampukah menggali negeri apakah sebenarnya negara ini? Kebudayaan asli Indonesia sudah berumur ribuan tahun sebelum peradaban mesir maupun mesopotamia mulai menulis diatas batu.
Segudang pertanyaan yang berhubungan dengan jati diri bangsa belum bisa terkuak ke permukaan, bukan kita mengesampingkan itu semua namun untuk menjadi sebagai kodrat penciptaannya kita harus mengenalinya dengan benar jatidiri bangsa. Dari zaman baholak nenek moyang sampai sekarang tak lepas dari kenikmatan Tuhan yang diberikan kepada kita semua, kekayaan sumber alam yang melimpah. Tetapi tak lepas dari itu terkadang kita lupa sebagaimana mestinya kita patut syukuri semua hal pemberian dan anugerah nikmat Tuhan bukan untuk kita hancurkan.
Sampai dengan sekarang belum sepenuhnya penghuni negeri ini bisa membuktikan secara ilmiah tentang keberadaan negeri yang namanya nusantara, negeri yang merupakan bukan lautan tapi kolam susu, negeri yang Gemah Ripah loh Jinawi, negeri yang merupakan penggalan surga.Berdatanganlah para ilmuwan dan menyatakan keberadaan negeri ini beserta kelebihannya bahkan Plato dan Ilmuwan Barat termasuk Santos dari Italia menyebutnya Indonesia merupakan benua yang hilang. Namun adakah anak negeri ini yang menyadarinya dan mengetahuinya, Tuhan belum membuka mata batin rakyat Indonesia secara menyeluruh, karena dibutuhkan nakhoda yang menjiwai dan menyatu dengan kodrat penciptaannya. Karakter karakter yang merupakan replika penduduk sorga telah hancur dan beringas karena tidak lagi mengerti akan keberadaannya sebagai penghuni negeri yang merupakan ayat ayat Tuhan. Mari kita jelajahi negeri yang merupakan ayat ayat Tuhan, yaitu Indonesia. Penulis tidak ingin mengajak untuk shiftingke laut namun kodrat bangsa kita adalah negara kepulauan bahwa:
-
“Dan Kami Hancurkan mereka sehancur hancurnya ( QS. As Saba; 19).”Negara kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.449 pulau. Pernahkah kita berfikir darimana angka ini muncul, siapakah yang mengitung pulau hingga 17 ribu lebih. Sebagai ilustrasi, apabila setiap hari kita mengunjungi satu pulau, maka diperlukan waktu 47 tahun untuk mengunjungi seluruh pulau-pulau tersebut. Sungguh suatu anugerah Tuhan yang luar biasa.
-
“Dia membiarkan dua lautan mengalir, kemudian keduanya bertemu (QS. Ar Rahman;19). Indonesia berada pada persimpangan dunia antara dua samudera dan dua benua, hal ini harus diyakini bahwa tersimpan kekayaan yang merupakan sebuah misteri yang harus dipecahkan bersama. Kenapa pendahulu nenek moyang bangsa ini bisa menjadikan negara maritim yang kuat (Sriwijaya, Majapahit, kemudian Demak, lalu Indonesia era 1960-an). Oleh karena itu jangan hanya dibaca tentang kebesarannya namun carilah tahu konsep apa yang digunakan sehingga menjadi kerajaan maritim yang besar.
-
“Dari keduanya keluar mutiara dan marjan (QS. Ar Rahman:20).” Tepat di daerah tropis pada lintang 0°, masih ragukah akan kekayaan sumber daya alamnya, dengan flora dan fauna yang sangat melimpah dan beraneka ragam, mampukah kita memanfaatkannya?
-
“Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?”.Negeri kita memilki kompartemen strategis, alur laut Kepulauan dari utara selatan yang terletak di tengah, barat dan timur, bahkan ada negara yang mengklaim alur tradisional timur barat, dari Selat Lombok, Laut Jawa dan ke barat. Sudahkah kita memanfaatkannya sebaik-baiknya dalam sendi-sendi perekonomian, sosial budaya dan pertahanan?Luasnya wilayah laut yang hampir mencapai 6 juta km persegi, serta terletak pada jalur pelayaran dunia, mampukah kita mengamankan dan memanfaatkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai kemakmuran rakyat, khususnya pelayaran yang melintasi Selat Malaka dimana pelayaran tersebut merupakan salah satu center of gravity dari international merchandise.
BANGSA MARITIM YANG TERSESAT
Diperlukan 6 (enam) elemen pokok untuk membangun kekuatan maritim, yaitu; Geographical Position, Physical Confirmation, Extent of Territory, Number of Population, Character of the People, dan Character of Government. Elemen-elemen ini sebagai unsur budaya merupakan modal utama dalam membangun Negara Maritim. Lalu, bagaimana dengan Character of Government negara kita yang erat kaitannya dengan style of government menurut Geoffrey Till jika dihubungkan dengan kekuatan maritim pada era sekarang? Jauuuuh panggang dari api. Mari kita lihat bangsa yang besar dengan kekuatan maritimnya. “Sea Power Protect the American Way of Life”. Silakan baca selengkapnya di “A Cooperative Strategy for 21st Century Sea Power”. Inggris yang terkenal dengan “Britain Rules the Waves” kini telah mengembangkan postur angkatan lautnya tidak lagi to control the seven seas. Jepang membangun kekuatan maritimnya disiapkan untuk mengamankan garis suplay BBM dari Timur Tengah ke Jepang di samping untuk memperkuat pertahanannya. China membangun Strategi “Chain of Pearl” yang bertujuan untuk mengamankan jalur suplay BBM dari Timur Tengah ke Cina. Dan dengan berdasarkan peta sejarah maka China akan memperkuat dan mengembalikan kejayaan maritimnya masa lampau. India telah menerbitkan dokumen “Freedom to Use the Seas: Maritime Military Strategy” berisikan tentang aspirasi geopolitik India hingga strategi deployment di masa damai maupun konflik, serta strategi pembangunan kekuatan angkatan laut India. Perbandingannya dengan negeri ini adalah ketika negara negara besar dan maju dengan kekuatan maritimnya, Laut di rubah menjadi obrolan obrolan maritim yang membanggakan. Begitu lazimnya &mendunianya istilah maritim dalam obrolan sehari-hari, sehingga definisi maritim lebih dikenal dibandingkan dengan laut itu sendiri, bahkan dalam konteks sebagai instrumen kekuatan nasional. Sementara itu mari kita lihat bangsa Indonesia yang katanya bangsa maritim. Bagi orang awan, tidak perlu mengartikan maritim secara lengkap karena juga tidak akan berdampak pada pola pikirnya yang mereka tahu maritim identik dengan laut, kalo kita hubungkan dengan sejarah betapa bangga mendengar gemilang kerajaan keraajaan yang telah membuktikan kodrat Tuhan, kini kebanggan tersebut menjadi bahan olok olok an dan maki makian. Mana kala bangsa yang mencibir akan kodratnya dan tidak cepat bangkit silahkan menunggu kehancurannya. Maritim identik dengan laut, maka laut dibangsa maritim yang besar ini jadi bahan omongan yang berkonotasi jelek diantaranya yang kerap terjadi di masyarakat;
-
Umpatan “ke laut aja loe”…… tidak tahu kata ini berasal dari mana yang jelas kalo di negeri barat sama dengan “go to hell”. Artinya bahwasannya laut identik dengan tempat yg mengerikan dan tidak disukai.
-
Cewek matre “ke laut aja”…….cewek yang mata duitan sudah gak jamannya makanya dibuang saja alias dimasukkan sampah. Artinya laut adalah sampah.
-
Pengalaman ini banyak terjadi di persawahan ketika petani bekerja dan sebagai tegur sapa untuk memberhentikan atau istirahat akrab dengan sapaan, “Kang laut dulu..”. Artinya sapaan untuk istirahat atau berhenti, tidak tahu asal muasal kata laut ini bagi petani yang jelas memiliki arti yang sangat dalam yaitu membunuh aktifitas kelautan.
Perbandingan diatas nampak jelas ketika negara negara yang disebut dengan bangsa maritim terlihat bagaimana pola kehidupan masyarakat dan bagaimana pola penataan lingkungan yang bersumber ke arah laut. Kota kota besar didunia Sydney, New York, London, Amsterdam, Singapura dan lain lainnya tampak indah dan hembusan angin yang membawa yacth, perahu perahu layar membawa nuansa kehidupan bahari. Lantas mari kita lihat dan masuh ranah kota kota besar yang ada di Indonesia melalui laut, Jakarta, Surabaya, Makasar dan lain lain bukan keindahan kelautan yang terlihat tetapi sampan nelayan miskin dan rusak, onggokan sampah dimana mana, dan kawasan yang pasti ada adalah kawasan kumuh.
Oleh karena itu masih banyak selain dari kata kata tersebut diatas yang menyebabkan adanya kerancuan bahasa walaupun nampak kecil dari segi bahasa, namun akan berdampak lebih besar secara sosiologis dan antropologis. Hal tersebut mencerminkan bahwa laut bukan dari kehidupan bangsa kita dan membuang semakin jauh dengan memberikan gambaran bahwa laut sangat mengerikan dan tidak perlu untuk dijamah.Kondisi yang demikian mencerminkan laut bukan merupakan bagian dari kehidupan bangsa, dan lagi tidak mencermikan bangsa bahari yang besar namun bangsa maritim yang tidak hanya tersesat namun telah terdampar di Negara Kepulauan.
NAKHODA YANG MEMILIKI OCEAN LEADERSHIP.
Apabila negara ini disebut bangsa maritim, apakah pemerintah kita memiliki Ocean Policy yang jelas sebagai jati diri bangsa yang merupakan penghuni negara kepulauan terbesar di dunia. Kapankah kita bangkit dan menampilkan sosok yang mempunyai visi dan strategi yang cerdas dan kreatif untuk keluar dari paradigma continental oriented ke arah paradigma maritim yang rasional dan berwawasan global?. Pasang surut kejayaan bangsa indonesia dalam sejarah ditunjukkan dengan adanya penguasaaan atas lautan diantara dan disekeliling habitatnya. Nakhoda pertama Nusantara Kertanegara telah berhasil menguak dan menjadikan kerajaannya menjadi kerajaan maritim yang besar dan kuat dengan konsepsi Cakrawala Mandala Dwipantara(Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional 1990,Jilid II). Konsep besar tersebut akhirnya terwujud pada tahun 1375 saat Kerajaan Majapahit dibawah Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada.
Perkembangan konsepsi tersebut oleh Bung Karno seorang Nakhoda yang mengerti akan jati dirinya, kodrat bangsa sebagai bangsa yang besar sehingga mampu untuk keluar dari penjajahan dan memproklamirkan bangsa ini, serta memperjuangkan bahwa negara kita merupakan negera kepulauan yang terbesar didunia. Akhirnya dijadikanlah Konsep tersebut menjadi satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan dalam wujud NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Setelah Bung karno tidak lagi negeri ini memiliki Nakhoda yaitu suatu fungsi dalam kehidupan masyarakat maritim yang mendorong masyarakat untuk maju sesuai habitatnya dan karena ketidak adaan Nakhoda dapat berakibat kemunduran suatu masyarakat. Indonesia memiliki lingkungan Ideologi Pancasila, lingkungan struktur UUD 1945, lingkungan fisik berupa negara Kepulauan ada udara dan suasana maritim dalam lingkungan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena Nakhoda yang tepat untuk bangsa ini adalah Seseorang yang memiliki Ocean Leadership yang cerdas dan berwawasan global mengerti akan jatidiri bangsa, sesorang yang memiliki kepemimpinanan jiwa bahari yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
-
Nakhoda yang memiliki visi kelautan yang selanjutnya tercermin dalam ocean policyyang komprehensif.
-
Nakhoda yang memiliki kemampuan interaksi politik dengan legislatif untuk menghasilkan produk legislasi dan politik anggaran yang pro pada kekuatan maritim.
-
Nakhoda yang memiliki kemampuan membuat terobosan serta mobilisasi sumber daya nasional dalam manajemen pembangunan melalui kelengkapan instrumen fiskal, moneter, keuangan, tata ruang, serta mobilisasi lintas sektor untuk mendukung kekuatan maritim.
-
Nakhoda yang memiliki kemampuan kemampuan menggalang dukungan daerah dalam kerangka mempertahankan NKRI. Negara kepulauan ini memerlukan kemampuan pemersatu melalui instrumen keadilan ekonomi.
Bangsa ini juga sedang berusaha untuk mencari jati dirinya di tengah amukan ombak peradaban yang menghantam melalui beberapa sektor kehidupan. Dan apabila telah menemukan jatidirinya masa depan bukanlah suatu jalan yang lurus, tidak ada jalan raya yang menghubungkan hari ini dengan hari esok, masa depan adalah suatu rimba raya, suatu medan ketidak pastian namun apabila negeri dalam genggaman Nakhoda yang benar maka; Laut bukanlah media pemisah pulau pulau, juga bukan sekedar pemersatu pulau pulau tetapi juga sebagai sumber kemampuan untuk membangun negara. Manakala bangsa ini belum menemukan Nakhoda, maka kesuraman akan bangsa maritim akan terwujud dan seketika itu pula Tuhan akan memunculkan Nakhoda yang memiliki ruang dan garis batas. Bagaimana mungkin kita menjadi bangsa maritim yang besar. Kalau Nakhodanya hanya berpikir tentang keluarga, partai dan golongannya. Negara Ini Besar bung, Bangsa Maritim yang besar Bukan Jongos Jongos bangsa lain.
Marilah merubah mindset kita yang kemudian secara pelan namun pasti mengubah berbagai kebijakan dan norma norma bagi aturan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berlandaskan kemaritiman. Hal tersebut bukanlah suatu pentingnya perubahan mindset kemaritiman tetapi masa depan Indonesia yang sesuai dengan kodrat penciptaannya untuk meraih kejayaan yang telah dibangun dengan keringat dan darah leluhur bangsa.
Di Laut Kita Jaya, Di Darat Kita Sejahtera, Di Udara kita Perkasa.
Tanpa complain, saya sangat setuju sekali mentor….
Bangsa yg besar namun kerdil ini harus bisa kembali bangkit, Jepang dan Belanda itu bukan penjajah Indonesia, karena mereka bersusah payah melawan perlawanan bangsa yg kuat saat itu….sayangnya belum ada yg sadar bahwa setelah Belanda n Jepang gagal menguasai bangsa yg tangguh (*pada saat itu….), ternyata justru saat ini kita terbungkam oleh penjajah sesungguhnya…HAMerika….mereka bebas m3ngeksplorasi kekayaan bangsa yg kerdil (*saat ini….)…mereka masukkan senjata2 mereka yg “Samar” tersebut dan sayangnya….semua nakhoda meng-Amini nya….
Sama dengan mas brata, saya juga sangat setuju sekali Mas…
Permasalahannya kondisi Bangsa kita saat ini sudah dititik dimana himbauan itu jarang sekali dilaksanakan oleh warga Bangsa, padahal bagaimanapun Bangsa ini akan berubah jika warga Bangsanya mau berubah. Ataukah bangsa ini harus menunggu “tanda” dari Tuhan terlebih dahulu untuk merubah pola fikirnya.. Wallahualam
Sudah tersesat, malah mau membuat jembatan selat sunda yang bisa mematikan potensi Selat Sunda sebagai alternatif dari Selat Malaka sebagai Jalur Perdagangan 🙁
Kalo selat sunda ditutup, sepertinya lebih baik daripada dibuka pun tidak bisa membuat kita lepas dari nakhoda yg tersesat, itung2 ngurangin patroli ALKI Satu…hehe
Hehehe… Betul mas
tapi memang terlalu banyak kepentingan dengan pembangunan JSS
belum tentu bisa mas prima, ada yang ngeri di situ KRAKATAU, wakakakakakak.
Katanya negeri maritim.. tapi masih impor hasil laut, katanya negeri agraris.. lha koq beras & rempah masih impor…
dan Pertanyannya ? Sudahkan anda menanam untuk anda sendiri ?
Masyarakat kita sekarang sudah terbawa ke “mainset” untuk selalu menyalahkan Pemerintah, tanpa mau melihat ke diri sendiri tentang tanggung jawabnya sebagai warga Negara 🙂
bukan belain mas shinto, tdk ada rakyat yang salah semua tergantung pemimpinya. Bahkan ada ungkapan menjadi pemimpin negeri ini tdk hanya memimpin manusia tetapi seluruh isi alampun dipimpinnya.
Bukankah pemerintah adalah representasi dari rakyatnya mas?
Jika rakyat menghendaki perubahan, seharusnya pemerintahnya berubah, atau akan ada konsekwensi pembangkangan rakyat terhadap pemerintahnya…
Pemrintah yang mana dulu mas, dan apakah pemerintahan kita menunjukkan representasi dari rakyat ? kalau betul dilaksanakan ya tdk akan terjadi kesalahan yg dilakukan oleh rakyat. demokrasi telah bergeser> Demokrasi Pancasila tdk dilaksanakan dengan benar kalo dilaksanakan dengan benar tidak ada wakil rakyat yang membuat keputusan sendiri, tdk ada yang melakukan korupsi nyatanya malah yg korupsi semua wakil rakyat, kalo rakyat apa yg di korupsi. Semua tergantung Pemimpinnya mas, kasih contoh yg baik maka rakyat akan meniru dan melaksanakan.
Ya pemerintah yang “katanya” dipilih langsung oleh rakyat mas, menurut saya itulah kegagalan dan konsekwensi dari sistem demokrasi yang sekarang dianut (yang bukan bersumber pada tata nilai budaya sendiri yang ada dalam demokrasi pancasila) pasca reformasi yang dilakukan bukan hanya oleh satu atau dua orang di pemerintahan. Ketika pemerintah sudah tidak mempresentasikan rakyatnya maka seharusnya pemerintahan ini sudah bubar. tapi kenapa tidak..? berarti rakyat masih menghendaki “walau” mungkin karena ketidaktahuan, asal manut, tidak peduli atau tidak mampu berbuat apa-apa walau tau yang dilakukan oleh pemerintahnya saat ini sudah jauh menyimpang dari apa yang diamanahkan.
Ketika warga negara berani bersikap, maka perubahan akan mudah terlaksana…
hmmmmm betul mas “yang dilakukan oleh pemerintahnya saat ini sudah jauh menyimpang dari apa yang diamanahkan Ketika warga negara berani bersikap, maka perubahan akan mudah terlaksana” dan bungkarno bilang apabila perubahan telah besar dan kesenjangan yang terjadi makin melebar satu satu nya jalan ya Revolusi, karena ya percuma kalau perubahan kecil pasti juga akan tergilas. Tapi saya tdk menyuruh revolusi loh yaa, revolusi kan tdk harus dengan kekerasan.
Ass. Wr Dear All
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas komentar ttg tulisan saya, saya selalu membaca traffic diskusi yang sangat membanggakan baik dari golongan TNI dan Sipil, Kepada senior saya ucapkan terima kasih banyak yang selalu care untuk membentuk jiwa para penerus bangsa.
Berkaitan dengan tulisan saya yang selalu bernafaskan bahari, sampai nyawa saya ditelan bumi akan terus saya gelorakan jiwa bahari bangsa karena saya dilahirkan ditengah samudera lintang 0 derajat, selama saya dinas sudah hampir 30 negara dunia saya singgahi dan mengkaji saya perbandingkan dengan Negara Indonesia yang jaman dahulu disebut dg Nusantara. Pencarian saya tidak akan berhenti sampai benar benar menemukan jati diri bangsa bahkan negeri kita merupakan ayat ayat tuhan yang di torehkan untuk umatnya dan bukan hanya kebetulan rangkaian ilmu bumi, seperti halnya kenapa P Jawa searah dengan Kiblat. Bila kita mau menggali Apakah kita perlu menarik pelajaran dari kejayaan Sriwijaya dan Majapahit? Dan Absolutely kita harus benar benar menggali peradaban kerajaan yang pernah jaya tersebut mengenai tatanan pemerintahan serta budaya masyarakatnya.
Tidak ada niatan saya untuk mengagung agungkan satu korps atau institusi karena ini juga tdk baik untuk kemajuan bangsa yang diinginkan bersama. Apabila kita melihat bangsa yang sudah maju tak lepas dari jati diri budaya dan peradabannya yang menyatu dalam membangun bangsanya. Tidak hanya Bangsa Lain atau disebut penjajah bahkan bangsa sendiri pun berhasil merubah cara pandang dan sikap bangsa indonesia yang memusuhi lautan seakan lautan itu menjadi pemisah kesatuan pulau pulau. Malah dengan lautan itu, pulau pulau yang dekat dengan perbatasan dengan negara lain disebut dengan pulau terluar, bukan pulau terdepan dari wilayah kita. Sebutan tersebut membawah konsekwensi psikologis bagi para penduduk dikelupaun tersebut, seakan akan mereka tidak menjadi penduduk pribumi yang berada dinegeri sendiri. Hal tersebut terdapat suatu karakter yang hilang yaitu karakter kemaritiman yang merupakan rangakain daratan yang dipisahkan oleh lautan. Karakter kemaritiman inilah yang seharusnya dan sepatutnya menjadi karakter bangsa dengan melihat kejayaan bangsa masa lalu dan memandang masa depan dengan penuh optimis, mewujudkan kembali keinginannya melahirkan Indonesia baru, yang adidaya sebagai negara kepulauan terbesar didunia dan bukan hanya sebagai lips servis. Pengalaman ini sangat saya rasakan ketika berada diluar negeri bangga sebagai nusantara terhadap sejarah pendahu dan peradaban tetapi sedih tatkala negeri ini salah urus.
Bagi bangsa yang besar ini Kejayan sebagai bangsa bahari hanya diwakili lewat ungkapan “nenek moyangku seorang pelaut”. Ungkapan ini bisa berarti besar dan kecil, bahkan mungkin anda yang bacapun sudah anda ganti dengan berbagai kata selain pelaut, namun bagi yang sadar ungkapan ini menyadarkan pentingnya untuk masa depan bangsa ini dalam mengasai kembali lautan bila ingin mewujudkan kehidupan masyarakat bangsa yang maju, modern, sejahtera dan menjadi adidaya. Buka suatu kemewahan untuk mewujudkan itu tetapi suatu keharusan untuk mensinkronkan pemerintahan dengan peradaban budaya masyarkatnya.
Demikian tanggapan saya terhadap tulisan saya yang melatar belakangi jiwa bahari bangsa setidaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan bangsa kedepan dan keterkaitannya dengan sejarah masa lampau. Pertama: Bagaimana bangsa ini menyadari sepenuhnya untuk kembali menyadari bahwasannya keberadaan sesungguhnya kita merupakan bangsa bahari yang tinggal di negara kepulauan. Kedua Bagaimana mebangun bangsa ini yang bermartabat yaitu dengan membangun nilai nilai luhur yang diwarikan oleh pendahu kita yang sesuai kepribadian bangsa. Ketiga Menyatukan kembali jatidiri bangsa dalam pembangunan nasional sehinga menjadi jati diri bangsa yang kuat. Keempat Mari kita bangun Patriot patriot baru bangsa yang berazazkan nilai niali budaya maritim. Perlu diketahui mari kita lepaskan ego kita kebetulan saja saya dari laut namun tidak sedikit dari kalangan manapun yang memiliki jiwa bahari yang tinggi dan memiliki ocean leadership yang handal dan memiliki wawasan global yang cemerlang.
Demikian Tanggapan saya terhadap tulisan saya, terima kasih mohon maaf apabila ada kekurangan. Silahkan dilanjut diskusinya saya bangga pada Keriser, yang bermuala terbentuknya hanya makan mie di emperan Jogjakarta. Teruskan Perjuangan Tuhan akan melihat perjuangan bla dilandasi dengan Ikhlas untuk kemajuan bangsa.
SEKALI LAYAR TERKEMBANG PANTANG BERBALIK HALUAN.
Salim
Di laut Kita Jaya, Di darat Kita Sejahtera, di Udara Kita Perkasa
Setuju Menthor
Maaf bukan bermaksud ngolor kepada Angkatan Laut, tapi sudah saatnya dan sewajarnya “green navy” menjadi “blue navy” (maaf lagi, bukan karena blue navy ada dominasi AU) melainkan wawasan nusantara yg sejak dahulu diciptakan adalah mengarah kepada “blue navy”, dimana tiga kekuatan saling terintegerasi, menyamakan warna baret, dan bertahan sebelum musuh datang disertai kekuatan melawan musuh yang samar.
Setubuh ted
Ya kamu lah nantinya yang mengontrol Indonesia Air Power. hmmm Wasantara sebuah konsep Cakrawala Mandala Dwipantara yang tdk semua org mengerti, kalau mengerti ya dilaksanakan baru berapa gelintir penerus kertanegara yang mengerti akan konsep tersebut.
Bagaimana mungkin Mentor?
Wong, baru sedikit menyumbangkan pikiran lewat tulisan saja sudah ada yg bilang, “jangan mikir yang terlalu ribet Leee…..”
Sulitnya berpartisipasi menuju kebaikkan…..
Jangan Pernah Suram untuk memperjuangkan kebenaran dan Kebesaran bangsa untuk kemakmuran rakyat, setidaknya kita telah berbuat dalam tulisan artinya, Seluruh bangsa membaca dan semoga menyadari akan kebesaran itu,
Lanjutkan sun, Sekali Layar Terkembang Pantang Berbalik Haluan.
Siap Mentor…
Sudahlah hak suara kita telah titipkan semenjak di kaki bukit tidar, kemudian hanya hak menulis saja yang dapat kita perjuangkan demi menuju pada kejayaan yg hilang…
Tetap Tenang Dalam Kepercayaan Diri atas KuasaNya